Masiroh Kubro 261: Panggilan Jihad dan Khilafah demi Pembebasan Palestina
Oleh. Indri Wulan Pertiwi
(Kontributor SSCQMedia.Com dan Aktivis Muslimah Semarang)
SSCQMedia.Com-Masiroh Kubro atau aksi damai besar yang digelar oleh umat muslim Indonesia di depan Kedubes Amerika Serikat di Jakarta pada hari Minggu, 26 Januari 2025, digelar bersamaan dengan momentum Isra Mikraj. Aksi ini dihadiri oleh berbagai kalangan untuk menyerukan pembebasan Palestina melalui jihad dan penegakan Khilafah. Aksi ini menjadi bukti nyata cinta umat muslim Indonesia terhadap saudara seimannya, sekaligus tekad besar mereka untuk mencapai pembebasan Palestina dengan mengadvokasi solusi yang autentik.
Massa peserta aksi memadati sisi selatan Jalan Medan Merdeka Selatan dengan mayoritas mengenakan pakaian hitam dan atribut khas, di mana massa perempuan dan laki-laki terpisah. Massa laki-laki berada lebih dekat dengan mobil komando di seberang kantor Kedutaan Besar AS, sementara massa perempuan berada di belakang mereka. Mereka membawa poster yang menuntut kebebasan Palestina, seperti "Liberating Al-Aqsa and Palestine: Fardhu Ain" yang artinya pembebasan Masjidilaqsa dan Palestina adalah kewajiban bagi umat muslim. Terdapat juga poster lain yang mengajak untuk "Send Troops to Liberate Al-Aqsa and Palestine" dalam bahasa Inggris dan Arab.
Selain poster, massa juga mengibarkan bendera hitam-putih dengan tulisan dalam bahasa Arab, dan memajang baliho besar yang menyerukan "Isra Mi'raj Umat Bersatu Bebaskan [Masjid] Al-Aqsa & Palestina" di samping mobil komando. Seorang orator menyatakan bahwa kebebasan Palestina tidak dapat dicapai melalui jalur damai, karena menurutnya Israel hanya akan mengerti bahasa perang. Oleh karena itu, ia menekankan perlunya berjuang melalui jalur jihad dan Khilafah untuk mencapai kemerdekaan Palestina (tirto.id/26/01/2025).
Palestina menduduki posisi yang sangat istimewa dalam hati umat Islam. Berbagai peristiwa penting seperti Isra Mikraj, perjalanan malam Nabi Muhammad saw. dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa dan yang dilanjutkan ke langit untuk menerima wahyu dari Allah Swt., kian memperkuat rasa kecintaan umat Islam terhadap tanah suci tersebut. Berbagai perjuangan besar dari para pendahulu seperti Umar bin Khatab dan Salahuddin Al-Ayubi telah menjadi landasan sejarah yang menjadikan status tanah Palestina sebagai tanah kharajiyah atau menjadi tanah milik umat muslim seluruh dunia yang diperoleh melalui proses jihad dan penaklukan. Dengan demikian, tak dapat disangkal bahwa membela Palestina bukan hanya merupakan tindakan politik atau sosial, tetapi juga bagian integral dari identitas keagamaan umat Islam yang mempererat solidaritas dan persaudaraan umat Islam di seluruh dunia.
Perjuangan untuk mempertahankan hak-hak umat Islam atas tanah Palestina masih terus berlangsung hingga saat ini, terutama pasca pendirian negara Israel pada tahun 1948 di tanah Palestina yang telah didiami oleh penduduk asli Palestina selama berabad-abad. Genosida pun dilakukan oleh Zionis Yahudi hingga menimbulkan banyak korban jiwa serta berbagai pelanggaran hak asasi manusia. Meskipun upaya perundingan damai telah dilakukan, kenyataannya Zionis Yahudi sering kali melanggar perjanjian dan terus berupaya menguasai Palestina demi ambisi mereka untuk mendirikan "Israel Raya". Selain itu, adanya aktor internasional yang turut serta demi kepentingan politik dan ekonomi menjadi hambatan dalam mencapai kebebasan bagi rakyat Palestina.
Oleh karena itu, untuk menghadapi Zionis Yahudi bersama induk semangnya, solusinya harus dengan langkah yang logis dan praktis sesuai perintah Allah Swt., bukan damai atau dialog, di mana Islam memerintahkan umatnya untuk memerangi orang-orang kafir yang memerangi kaum muslim, melalui jalan jihad.
Dan sebagaimana yang disampaikan Rasulullah saw., bahwa sejatinya umat Islam adalah satu tubuh, sehingga ketika ada yang diserang atau diusir, seluruh umat muslim wajib untuk membalas dan mengusir penyerang tersebut.
Terlebih, saat ini jumlah tentara umat muslim sejatinya sudah cukup untuk melawan Zionis Yahudi, misalnya jika setiap negara muslim mengirimkan bantuan satu batalion. Namun, akibat kapitalisme yang telah menyekat batas teritorial melalui nasionalisme menjadikan umat Islam terpecah belah tak berdaya, maka solusinya adalah dengan menyatukan negara-negara muslim dalam naungan satu negara yaitu di bawah naungan Khilafah yang merupakan sistem pemerintahan dalam Islam yang dipimpin oleh seorang khalifah yang dipilih berdasarkan prinsip kepemimpinan Islam. Sehingga Khalifah akan bertanggung jawab atas pemerintahan dan menerapkan seluruh ajaran Islam dalam setiap aturan kehidupan, baik itu sosial ekonomi politik termasuk penjagaan atas tanah umat Islam, seperti membersihkan tanah Palestina dari entitas Yahudi melalui jihad fi sabilillah. Sebagaimana dahulu Salahuddin Al Ayubi yang mengusir Tentara Salib di Hittin.
Dengan meneladani perjuangan Umar bin Khatab dan Salahuddin Al Ayubi, dalam momentum Isra Mikraj kali ini, maka kaum muslimin yang benar-benar peduli terhadap nasib Palestina, terus menyerukan jihad dan penerapan Khilafah sebagai satu-satunya solusi hakiki untuk memperjuangkan hak kemerdekaan Palestina.
Berbekal ikatan akidah, keyakinan yang kokoh, dan doa yang tiada henti, pelaksanaan masiroh kubro ini bukan hanya sebagai bentuk dukungan, tetapi juga sebagai amalan ibadah dan jihad dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Dengan bersatu dan berupaya tanpa kenal lelah, harapan untuk pembebasan tanah Palestina bukanlah sekadar mimpi, melainkan tujuan yang pasti akan dicapai melalui perjuangan yang nyata yaitu dengan jihad dan penerapan Khilafah Islamiah.
Wallahu'alam. [My]
Baca juga:

0 Comments: