Oleh. Eka Suryati
SSCQMedia.Com-Waktu yang bergulir sangat cepat, tanpa terasa telah menghantarkan kita di penghujung tahun kembali. Banyak sudah yang terjadi dan aku alami sepanjang tahun 2024 ini. Cerita suka dan duka datang silih berganti mewarnai kehidupan. Itu wajar terjadi. Sebagai manusia biasa kita tidak bisa menghindari takdir kehidupan. Meyakini akan takdir, apakah itu takdir baik atau buruk adalah sikap yang harus kita miliki sebagai hamba Allah yang taat.
Jika kita diuji, apakah karena sakit, kehilangan, atau kejadian-kejadian lainnya yang tidak mengenakkan, maka sikap yang harus kita ambil adalah tetap bersabar dalam menghadapinya. Jadikan salat dan sabar sebagai sarana memohon pertolongan dari Allah Swt. Begitu juga jika kita menerima kebaikan, kenikmatan yang membuat kita bahagia, maka sikap syukurlah yang harus kita lakukan. Jangan sampai kita menjadi orang yang tidak pandai bersyukur, padahal nikmat Allah telah begitu banyak kita peroleh.
Dan yang paling baik itu adalah adalah kita tetap bersyukur apabila sedang diuji. Bagaimana bisa? Bisa dong, itu semua memang tergantung pada nilai-nilai keimanan yang kita miliki. Contohnya apa, tetap bersyukur padahal sedang diuji? Banyak, banyak sekali contohnya. Misalnya saja kita sedang sakit namun kita tetap bersyukur, karena kita merasa dengan sakit kita itu Allah akan menggugurkan dosa-dosa yang kita perbuat. Kita tetap menjalani rasa sakit itu dengan tabah dan tanpa mengeluh. Walau rasa sakit melanda fisiknya, namun senyum indah tetap menghiasi wajah, karena keyakinannya akan baiknya Allah yang akan mengurangi dosa-dosa dari rasa sakit yang dialami.
Tahukah, Sobat? Aku banyak belajar dari mana rasa syukur itu walaupun sedang dalam kesulitan dan didera banyak ujian? Tidak lain semua itu aku pelajari dari melihat dan menyaksikan sikap yang diambil oleh penduduk Palestina. Walaupun genosida melanda negeri mereka, namun penduduknya begitu taat pada Allah. Di tengah hancur leburnya rumah-rumah mereka, mereka tetap beribadah kepada Allah. Keteguhan hati dan keimanan mereka harus bisa kita jadikan sebagai contoh agar kita tetap taat pada Allah, walau apa pun yang menimpa kehidupan kita.
Lalu, ada seorang bunda yang sangat luar biasa. Darinya aku banyak belajar arti hidup. Tetap bersyukur walaupun sedang diuji sakit, itulah yang aku lihat dari sikap-sikapnya. Aku tahu bahwa beliau sakit dari cerita dan buku yang beliau tulis dan telah aku miliki sebagai hadiah darinya. Ah, andai aku diuji seperti beliau mungkin aku tak akan setegar beliau. Dari ujian sakit ini bahkan lahirnya sebuah komunitas yang luar biasa. Ya, sang muasis Komunitas SSCQ, beliaulah orang yang kumaksud. Beliau menerima ujian sakitnya dengan hati yang tabah, lalu mensyukuri hari-harinya. Di tengah sakitnya beliau mendirikan komunitas Sahabat Surga Cinta Qur'an (SSCQ).
Sangat panjang jika aku mengurutkan ceritaku dari berkenalan dengan beliau walau lewat online, hingga aku kini berada di sini, di Komunitas SSCQ, sebuah komunitas yang menurutku begitu bermanfaat, karena selalu mengajak kita untuk taat pada Allah. Di komunitas ini kita selalu berproses dari waktu ke waktu menuju arah yang lebih baik lagi. Aku merasakan kembali prosesku menuju taat, setelah bergabung di sini. Di SSCQ, aku merasa mendapatkan banyak hal positif. Banyak kebaikan yang telah aku dapatkan dan juga aku lakukan.
Apa sajakah yang telah aku dapatkan dan diambil hikmahnya setelah bergabung di sini? Aku yang merasa awam dalam ilmu agama, kini mulai banyak mendapat pelajaran tentang ketaatan, rasa cinta pada Allah. Mulai dari bertilawah, membaca arti dari ayat-ayat suci itu, sehingga akan lebih untuk memahami isi dari kandungan Al-Qur'an. Dengan memahami kandungannya maka kita dapat memetik hikmah dan menerapkan isi Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari.
Plus-plusnya Challenge One Day One Juz (ODOJ) membawaku pada kelas-kelas tambahan yang ada di SSCQ. Maka, kemampuan literasiku menjadi makin baik dari hari ke hari. Banyak pelajaran tentang dunia literasi didapatkan di sini karena memang SSCQ menyediakan kelas literasi umum dan literasi khusus.
Kemampuan menulis para sahabat SSCQ juga diasah terus-menerus. Belum lagi challenge-challenge yang rutin diadakan, betul-betul memberi tantangan agar kita ikut menulis. Hal ini secara langsung memberi dampak pada kemampuan menulis kami. Menulis pun menjadi istikamah yang pada akhirnya menjadi habits.
Mengapa sih, SSCQ sangat peduli pada dunia literasi? Karena akan berdampak pada keinginan dan kemampuan untuk berdakwah. Dunia yang penuh dengan kebobrokan membutuhkan sentuhan dakwah yang baik agar tatanan Islam bisa muncul dan memimpin kembali peradaban dunia. Media sosial yang berkembang pesat bisa menjadi ajang berdakwah mengenalkan islam, sekaligus meluruskan pendapat-pendapat yang keliru tentang Islam.
SSCQ begitu peduli dan berusaha mengambil peran itu, sehingga anggota-anggotanya mampu menjadi pendakwah yang tangguh. Aku sangat bersyukur berada di SSCQ yang dipenuhi oleh para sahabat taat.
Sebagai seseorang yang sudah bisa menulis, pasti memiliki impian untuk menerbitkan buku, baik itu antologi maupun solo. Nah, di SSCQ, impian itu bukan hanya angan-angan, semua bisa diwujudkan. Ada wadah untuk menerbitkan karya-karya kita menjadi buku yang siap dicetak. Ada SSCQ Media dan SSCQ Publishing untuk mewujudkan impian para penulis. Karya-karyaku sudah dimuat di SSCQ Media dan sudah ada yang dicetak menjadi buku. Keren 'kan SSCQ?
Tahun yang akan kita tinggalkan akan menjadi kenangan, sedangkan tahun yang akan kita lalui adalah harapan. Semoga hal yang baik di tahun lalu dapat kita pertahankan, bahkan kita tingkatkan. [My]
Kotabumi, 1 Januari 2025
Baca juga:

0 Comments: