OPINI
Sampai Kapan Palestina Menderita?
Oleh. Rina Herlina
SSCQMedia.Com- Wilayah Jalur Gaza, Palestina, terus dibombardir oleh militer Israel. Sejumlah orang dikabarkan tewas setiap saat. Di satu sisi, militer Israel memerintahkan evakuasi sebuah rumah sakit di bagian utara. Menurut petugas medis Palestina, ada sekitar delapan orang, termasuk anak-anak, tewas di Sekolah Musa Bin Nusayr yang menaungi keluarga pengungsi di Kota Gaza, (cnnindonesia.com, 22/12/2024).
Dalam sebuah pernyataan, militer Israel menyatakan target dari serangan tersebut adalah militan Hamas yang diduga beroperasi dari pusat komando yang berada di dalam sekolah. Israel menuduh kelompok militan Hamas menggunakan tempat itu untuk mengatur rencana dan melaksanakan serangan terhadap pasukan Israel. Padahal faktanya, justru Israellah yang sedang melakukan tindakan "pembersihan etnis" guna menghilangkan penduduk di daerah-daerah tersebut. Tujuan pembersihan ini tentu saja untuk menciptakan zona penyangga di wilayah tersebut.
Namun, Israel terus membantah tuduhan tersebut dengan mengatakan bahwa serangan itu bertujuan untuk memerangi militan Hamas dan mencegah mereka berkumpul kembali. Israel juga mengatakan bahwa pasukannya telah menewaskan ratusan militan dan menghancurkan infrastruktur militer sejak operasi itu dimulai pada Oktober tahun lalu.
Sementara itu, sayap-sayap bersenjata Hamas dan Jihad Islam juga terus melakukan perlawanan dan serangan balasan. Mereka tidak tinggal diam melihat kesewenang-wenangan yang ditunjukkan oleh pasukan militer Israel. Sejauh ini, pasukan Hamas juga telah menewaskan banyak tentara Israel dalam penyergapan selama periode yang sama. Rakyat Palestina memilih untuk melawan dan berjuang sampai titik darah penghabisan ketimbang menyerah kalah dan menjadi seorang pengecut.
Sejauh ini, para mediator memang belum berhasil mencapai kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan kelompok Islam Hamas. Israel selalu mengajukan berbagai syarat yang memberatkan pihak Palestina. Inilah kenapa wacana gencatan senjata belum menemukan titik terang.
Padahal menurut pihak otoritas di Gaza mengatakan jika serangan Israel yang dilakukan terus menerus sampai hari ini telah menewaskan lebih dari 45.000 rakyat Palestina. Serangan tersebut bahkan membuat sebagian besar penduduk Palestina yang berjumlah 2,3 juta jiwa terpaksa harus mengungsi. Dan keadaan sebagian besar daerah kantong pesisir tersebut saat ini hancur berantakan menyisakan puing-puing bangunan. Mirisnya, sebagian besar korban tewas adalah perempuan, lansia, dan anak-anak. Lalu, harus sampai kapan keadaan tersebut dijalani oleh saudara kita di Palestina?
Sebagian rakyatnya tidak lagi memiliki rumah. Harus pergi mengungsi dan berpindah-pindah dari satu pengungsian ke pengungsian lainnya. Berharap ada sedikit makanan untuk mengganjal perut, karena terkadang sudah berhari-hari mereka tidak menemukan makanan untuk di makan. Fakta tersebut, semestinya membuat kita semakin bersyukur karena kita tidak hidup dalam kondisi perang. Kita masih bisa makan enak meski sederhana, masih bisa tidur nyenyak meski tinggal di sebuah gubuk reyot, dan masih banyak lagi kenikmatan yang diberikan Allah kepada kita yang terkadang luput untuk kita syukuri.
Oleh karena itu, marilah kita sejenak merenung tentang banyaknya nikmat yang patut disyukuri. Malu rasanya jika kita bandingkan kondisi kita dengan saudara di Palestina. Mereka tetap memegang kuat akidah meski nyawa harus melayang, meski derita datang tak berkesudahan.
Semoga Allah segera menghadirkan pertolongan. Semoga umat segera menyadari tentang keharusan adanya institusi Khilafah yang akan membebaskan Palestina dan seluruh negeri muslim yang terjajah. Karena Khilafah akan menyerukan seruan jihad kepada umat. Dengan begitu, umat akan menyambut seruan tersebut dengan sukacita dan bergerak bersama pasukan militer guna membebaskan saudara seakidah dari belenggu penjajah yang sudah menyengsarakan begitu lama.
"Ya Allah, bebaskanlah Palestina dan Masjid Al-Aqsa dari tipu daya para penyerang. Jadilah Engkau, wahai Tuhan kami, sebagai penolong bagi saudara-saudara kami di Palestina."
Payakumbuh, 23 Desember 2024 [An]
Baca juga:

0 Comments: