OPINI
Nataru, Masalah Toleransi yang Sering Keliru
Oleh. Audina Putri (Aktivis dakwah muslimah)
SSCQMedia.Com- Tahun 2024 akan segera berganti ke tahun 2025. Akhir tahun yang berdekatan dengan hari Natal ini biasanya dirayakan secara bersamaan dengan tahun baru. Biasanya di berbagai toko, pusat perbelanjaan, fasilitas umum, bahkan spanduk di pinggir jalan pun, akan bertuliskan ucapan "Selamat Natal dan Tahun Baru". Berbagai atribut Natal, lampu kelap-kelip hingga pakaian khas Santa biasanya tak lupa dikenakan beberapa pegawai toko, dan juga sebagai dekorasi ruangan.
Lucunya, sebagian umat Islam antusias dalam perayaan. Mulai dari yang turun ke jalan, memenuhi lapangan atau tempat luas untuk menunggu pergantian tahun, melariskan penjual terompet, membunyikan petasan, sebagian memakai kostum khas Natal. Sementara umat Kristiani, sibuk dengan ibadah agama mereka sendiri.
Berbagai perdebatan mewarnai pergantian tahun. Beberapa orang dengan dalih toleransi, akan mendukung pengucapan Selamat Natal dan Tahun Baru. Sebagian yang lain menentang serta menolak, menganggap hal itu merupakan tasyabbuh bil kuffar. Mereka berkata bahwa pergantian tahun baru Islam harusnya berdasarkan kalender Hijriyah, bukan mengikuti kalender Masehi.
Walikota terpilih, periode 2024-2025, Dr. dr Maulana, MKM, ikut menghadiri perayaan Natal yang diselenggarakan oleh Komisi Perempuan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia Wilayah Jambi (PGIW), dengan tema "Marilah Sekarang Kita Pergi Ke Betlehem." (Lukas 2:15) di GBI MHCC Abadi, Paal Merah Kota Jambi. (rri.co.id/jambi, 11-12-2024)
Acara ini dihadiri berbagai tokoh-tokoh agama, juga masyarakat. Dr. dr Maulana, mengucapkan selamat Natal kepada seluruh umat kristiani dan berharap semangat Natal, dapat memperkuat persatuan masyarakat dalam menghadapi tantangan dan membangun Jambi menjadi kota yang inklusif dan maju, serta menjaga toleransi dan kerukunan antar umat beragama.
Toleransi yang Bertentangan dengan Islam
Kembali terulang. Kepala Daerah, pejabat, bahkan menteri agama, menyerukan toleransi yang berlebihan. Mereka menghadiri perayaan atau ikut mengucapkan selamat pada perayaan kepercayaan yang jelas-jelas bertentangan dengan agama mereka.
Atas dasar HAM, mereka menjunjung tinggi solidaritas, tidak membeda-bedakan, toleransi dan lainnya. Mereka lupa bahwa ada yang namanya batasan dalam beragama serta pentingnya perlindungan akidah kaum muslimin.
Moderasi beragama yang digadang-gadang, sepertinya berhasil mengecoh kebanyakan kaum muslimin. Sehingga, banyak yang latah mengikuti dan terbawa arus. Terutama generasi muda.
Pemahaman seperti ini makin menjauhkan umat dari pemahaman yang benar dan lurus. Mereka seakan didoktrin. Sebab, kurikulum dalam sekolah pun menerapkan hal seperti ini. Hal ini seakan tertanam dalam pemahaman mereka sehingga akan sangat sulit menyadarkannya kembali.
Pemisahan antara agama dari kehidupan, menjadi penyebab kurangnya pemahaman yang benar. Sebab, akan sangat sulit mencari kebenaran di tengah tumpukan pemikiran-pemikiran yang salah. Ibarat mencari jarum dalam tumpukan jerami. Namun, ini bukanlah sebuah hal yang tak mungkin, jika timbul kesadaran dan niat menuntut ilmu demi menemukan kebenaran.
Toleransi dalam Islam
Di dalam Islam, tentu ada toleransi. Tapi, toleransi dalam Islam bukan berarti ikut menghadiri, mengucapkan, ataupun merayakan kepercayaan agama lain. Itu sudah kebablasan.
Toleransi dalam Islam, cukup dengan menghormati dan tidak mengganggu perayaan agama lain saja.
Negara Islam, sangat menghargai perbedaan keyakinan, sehingga akan membebaskan para kafir dzimmy (yang terikat perjanjian dengan membayar pajak), untuk menganut agama mereka masing-masing, tanpa memaksa mereka untuk masuk Islam. Sikap menghargai ini, bukan berarti ikut serta dalam setiap acara keagamaan mereka, melainkan menjaga keamanan dan keberlangsungannya, tanpa harus masuk kedalamnya.
Pemerintahan dalam Islam, mengambil hukum berdasarkan syariat. Yakni, Al-Qur'an dan as-sunah. Pemerintah akan mengawasi dan menjaga setiap warga negaranya serta melarang keikutsertaan mereka dalam perayaan agama lainnya. Pemberian sanksi untuk orang yang melanggar juga diberlakukan.
Diadakannya edukasi pengingat di sekolah-sekolah, masyarakat, maupun lingkungan kerja agar jangan latah mengikuti berbagai perayaan yang ada.
Umat juga dijaga keyakinan agamanya melalui muhasabah dan renungan akan perbuatan amal serta maksiat, yang telah dilakukan dalam setahun. Tidak ada perayaan apa pun. sebab memang bukan pergantian tahun baru Islam.
Dalam Islam, aturan negara bersumber dari syariat Islam, yakni Al-Qur'an dan as-sunah. Para pejabatnya mendedikasikan diri untuk kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi. Tidak ada kesenjangan maupun kesengsaraan yang dialami masyarakat sebab pemerintah sadar akan posisi nya sebagai pengurus umat, bukan penguasa. Jadi setiap kebijakan yang diambil, harus menguntungkan masyarakat, tidak boleh sampai merugikan.
Islam sangat menghargai perbedaan keyakinan, dan sangat menjaga kekuatan akidah kaum muslimin, dengan mencegah tasyabbuh bil kuffar. Tentu saja akidah umat akan lebih terjaga. Apalagi, Allah SWT sudah sebutkan dalam Qs. Al-Kafirun ayat 6
yang artinya: "Untukmu agamamu dan untukku agamaku"
Dari sini jelas bahwa Islam sangat menghormati agama lain dan toleransi dalam Islam bukan berarti mencampur adukkan segala agama, atau memandang semua agama sama, seperti yang digadang-gadang kan oleh beberapa orang pada saat ini.
Selama kekuasaan Daulah Islam, yang menguasai hampir seluruh wilayah dunia dan berlangsung selama berabad-abad lamanya. Islam menjaga interaksi dengan agama lain, meskipun hidup berdampingan dengan kepercayaan yang berbeda, tidak serta merta membuat keributan atau berbagi perayaan, mereka tetap pada keyakinannya sendiri tanpa menghina kepercayaan lainnya.
Ketika Islam diterapkan secara sempurna, negara Islam beserta pemerintahannya tidak pernah menerapkan selain dari hukum Islam yang berasal dari sang pencipta. Negara menjamin hak seluruh rakyatnya tanpa membeda-bedakan latar belakang maupun agamanya. Mereka berhak mendapatkan pelayanan dan perlindungan yang sama.
Negara menjamin pendidikan, kesehatan, infrastruktur umum, jaminan keamanan, jaminan perlindungan dan Islam menjaga jiwa, harta, akidah seluruh masyarakat negaranya. Penyelewengan atau pelanggaran akan dikenakan sanksi yang juga berdasarkan syara'.
Penutup
Islam pernah berjaya sekian abad lamanya dan menjadi bukti nyata, betapa berhasilnya syariat ini jika diterapkan kembali dalam kehidupan nyata. Berbagai sejarah, telah menunjukkan betapa gemilangnya Islam ketika masih memegang teguh syariat-Nya, Jika Islam diterapkan secara kafah, maka akan mendatangkan rahmat bagi seluruh alam. Sebab, seluruh aturan ini bersumber dari Allah Swt. [US]
Baca juga:

0 Comments: