Headlines
Loading...
Oleh. Annisa Yuliasih

SSCQMedia.Com- Bukan merupakan hal yang baru, ketika Islam kini selalu dikaitkan dengan narasi negatif atau pencitraan buruk Islam. Pertanyaannya, kenapa hal ini bisa terjadi? Tentu saja karena para musuh Islam tak akan pernah tinggal diam. Apalagi dengan ditambahnya geliat kaum muslim untuk mengkaji lebih dalam tentang Islam. Pemahaman umat Islam semakin dalam tentang aturan Islam, sehingga mulai muncul tuntutan adanya penerapan syariat. Melihat umat Islam yang mulai bangkit taraf berfikirnya ini, para musuh Islam kalang kabut, lalu mencari cara agar umat Islam menjauh dari agamanya.

Mulai dari narasi Islam radikal, Islam fundamentalis, Islam moderat hingga berbagai fitnah yang ditujukan bagi para pengemban dakwah Islam kafah.
Dimunculkan pula narasi terorisme, menakut-nakuti umat dengan berita rekayasa. Para pengkhutbah di masjid pun tak luput menjadi sasaran, berkoordinasi dengan para kaum munafik untuk menghadang dakwah dengan menghalang-halangi dan mengacaukan acara dakwah. Dimunculkan pula kelompok-kelompok Islam dengan ajaran sesat, yang sungguh membuat umat semakin terpuruk dan tak memahami Islam dengan benar. Bahkan hingga muncul islamphobia di kalangan umat Islam sendiri.

Di lain sisi, para musuh Islam mempropagandakan ideologi mereka, mengkampanyekan cara hidup mereka yang sekuler untuk kemudian diadopsi umat Islam. Materi dijadikan standar ukuran hidup.
Umat muslim yang telah dangkal pemahaman Islam pun menjadi begitu mudah mengambil ideologi tersebut, yakni ideologi kapitalis-sekuler. Hidupnya menjadi hanya berisi ambisi duniawi. Hidup tak lagi mengikuti syariat Allah.

Umat Islam semakin banyak yang menjauh dari panduan hidupnya, yakni Al-Qur'an. Al-Qur'an hanya dijadikan pajangan di lemari, tanpa memaknai isinya. Akibatnya Islam semakin menjadi asing bahkan bagi pemeluknya sendiri. Aturan Allah dianggap hal yang sudah basi, tempo dulu, tak bisa lagi dipakai di zaman sekarang. Umat Islam pun banyak yang lebih memilih menggunakan nilai-nilai barat sebagai pedoman hidupnya. Namun, mari kita lihat apa lah yang kemudian terjadi, menimpa umat manusia ini khususnya muslim.

Padahal Allah telah berfirman;
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (dampak) perbuatan mereka. Semoga mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar Rum: 41).

Lihatlah bahwa telah terjadi bencana di mana-mana, berbagai musibah telah melanda, namun semua hanya dianggap kejadian biasa. Padahal dalam firman Allah tersebut di atas, bahwa Allah menjadikan itu sebagai peringatan untuk kembali ke jalan yang benar.

Tak hanya musibah bencana, kehidupan sehari-hari pun terasa berat. Harga berbagai kebutuhan pokok melambung tinggi, sementara sumber penghasilan semakin sepi. Banyak para lelaki di PHK dari tempat kerjanya. Namun, dengan kondisi seperti itu masih pula kita dibebani berbagai pungutan pajak. Bahkan berbagai kasus pajak di luar nalar yang menjerat para pelaku usaha, menyebabkan mereka harus gulung tikar.

Allah pun telah berfirman:
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (QS. Taha: 124)

Tak cukup sampai di situ. Ketiadaan pemimpin umat Islam (Khalifah) menyebabkan umat Islam tercerai berai, tak lagi bersatu, tak punya kekuatan. Penerapan sistem kapitalis-sekuler di berbagai negeri muslim, melahirkan konsep nasionalisme buah dari nation state. Nasionalisme telah menghilangkan persatuan umat muslim, tak lagi merasa saudara karena sudah beda negara. 

Umat muslim pun banyak dizalimi di berbagai belahan dunia, namun kita tak bisa berbuat banyak selain mengutuk dan memberi bantuan kemanusiaan. Hal yang paling nyata adalah penderitaan saudara kita di Palestina, selama puluhan tahun, namun kita tak berdaya melawan secuil negara Zion1s itu. Para pemimpin di berbagai negeri muslim bagai menutup mata dan hanya merasa cukup dengan mengirim bantuan kemanusiaan. Pintu-pintu perbatasan pun ditutup hingga mereka bagaikan terkurung dalam penjara raksasa, sementara genosida itu terus berlangsing. Ironis.

Padahal, Rasulullah telah bersabda:
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)."
(HR. Bukhari dan Muslim).

Karena itulah saudaraku, apakah kita akan terus membiarkan semua ini terjadi? Mengabaikan semua aturan Allah dan tetap memilih Sistem kapitalis-sekuler sebagai jalan hidup? Sudah kita saksikan hanya kerusakan, ketidakadilan, kezaliman yang terjadi dalam sistem kapitalisme ini.

Waktunya kita kembali pada Islam, marilah menjadi pembela Islam, sampaikan kebenaran Islam. Bongkar konspirasi dan narasi buruk tentang Islam agar Islam kembali berjaya. Syariat agung-Nya kembali diterapkan secara kafah dalam bingkai Khilafah (bukan kapitalisme) untuk memuliakan manusia bukan hanya muslim.

Allah berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolong mu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad: 7). Wallahualam. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: