Headlines
Loading...

Oleh. Rina Herlina 

Malam ini, tiba-tiba saja terlintas kondisi saudara-saudaraku di Palestina. Membayangkan kehidupan mereka yang semakin sulit, membuat air mata ini menetes tanpa bisa dicegah. Begitu banyak luka yang mereka rasakan, luka batin dan juga luka fisik yang tak kunjung sembuh. Setiap saat mayat bergelimpangan, darah bercucuran, menyisakan luka yang kian menganga bagi mereka yang masih mencoba terus bertahan.

Mencoba membandingkan kondisiku dengan kondisi mereka di sana, ah ternyata kesulitanku belum ada apa-apanya, jika dibandingkan kesulitan mereka. Kelaparan mendera mereka setiap saat. Bahkan, anak-anak harus meregang nyawa akibat kelaparan akut yang melanda Palestina. Zionis Israel begitu kejam tak membiarkan bantuan masuk, seolah sengaja ingin membuat rakyat Palestina mati perlahan.

Sudah sepatutnya aku bersyukur atas semua keadaan. Seharusnya tidak boleh ada keluhan. Malu dengan rakyat Palestina, yang setiap saat hidup dalam ketidakpastian. Nyaris setiap hari mereka berjalan mencari tempat aman, namun sejatinya tidak ada lagi tempat yang aman. Sebab, negeri indah mereka telah luluh lantak, hancur lebur menyisakan puing-puing tak bertuan. Harapan mereka hanya satu, pertolongan Allah segera datang. Mereka begitu yakin pertolongan Allah akan segera tiba. Tidak ada keraguan dalam dada mereka akan kebesaran Rabb-Nya.
Saudara-saudaraku, maafkan kami umat Islam seluruh dunia yang tidak bisa membantu perjuangan kalian. Sekat nasionalisme ini begitu memuakkan. Penjajah Barat sudah berhasil mengkotak-kotakkan umat Islam, sehingga meski banyak, namun seperti buih di lautan. Penjajah Barat sudah berhasil membuat umat Islam tertidur nyenyak selama lebih 100 tahun sejak kekhalifahan Utsmani runtuh pada Maret 1924.

Semoga kalian terus kuat menghadapi berbagai kekejaman Zionis sampai pertolongan Allah datang. Allah Maha Tahu pundak siapa yang paling kuat untuk menjalankan ujian ini, dan pundak itu adalah pundak kalian. Kalian adalah contoh umat terbaik. Keimanan menancap kuat dalam dada kalian, meski tak ada lagi hari indah yang dirasakan. Kesedihan akan bertubi-tubinya kematian tak mampu mengikis iman yang ada pada jiwa kalian. Prasangka baik pada ketetapan Allah, senantiasa hadir menghiasi hari-hari kalian yang penuh dengan penderitaan.

Sungguh diri ini semakin malu melihat kukuhnya keimanan yang kalian tampilkan. Semoga setelah ini, tidak ada lagi keluhan. Semoga rasa syukur senantiasa terucap meski lirih nyaris tak terdengar. Terimakasih Palestina atas setiap pelajaran. Terimakasih atas kuatnya keteguhan hati dan iman kalian, sehingga aku menjadi semakin yakin bahwa ujian hidup yang sedang dijalani pasti bisa dilalui meski terasa berat. Ya Rabb, ampuni atas semua keluh dan kesah, mohon istikamahkan dalam taat hingga ajal menjemput kelak.

Payakumbuh, 17 Oktober 2024 
[An]

Baca juga:

Related Articles

0 Comments: