Headlines
Loading...
Oleh. Purwanti 
(Kisaran, Sumatera Utara)

SSCQMedia.Com- Menurut data yang dikeluarkan oleh UNICEF, bahwa sekitar 473 juta anak atau sekitar satu dari 6 orang anak tinggal di daerah konflik. Sementara itu, untuk perang yang telah menghancurkan hampir seluruh daerah di Gaza, setidaknya 17.496 anak dilaporkan tewas dalam hampir 15 bulan perang. (cnnindonesia com, 28/12/2024).

Dari data di atas, secara jelas menunjukkan bahwa tahun ini merupakan tahun terkelam bagi anak-anak khususnya di Gaza, Palestina. Kondisi ini juga memberikan dampak yang buruk bagi anak-anak. Mulai dari kehilangan orang tua dan keluarga, akses pendidikan, kesehatan, keamanan, trauma psikologis yang mendalam, tidak memiliki tempat tinggal, hingga ancaman kelaparan dan gizi buruk. 

Untuk menyelesaikan konflik di dunia saat ini, khususnya di Gaza, kaum muslim tidak bisa berharap kepada dunia internasional, termasuk kepada para pemimpin yang kerap menjadikan isu Palestina sebagai pencitraan dan malah mengambil two nation solution sesuai dengan arahan barat sebagai pengusung ideologi kapitalisme.

Sebagaimana diketahui bahwa solusi dua negara adalah solusi paling praktis untuk masalah Palestina dan entitas Yahudi, yakni dengan membagi tanah Palestina menjadi dua negara untuk kedua warga. 

Menyetujui solusi dua negara sebenarnya berarti mengakui eksistensi negara bagi entitas Yahudi. Hal ini bermakna sama saja dengan mengakui penjajahan dan kezaliman. Tentu saja hal tersebut selain tidak logis, juga bertentangan dengan tuntunan syariat Islam.

Terjadinya konflik di dunia, khususnya di wilayah Timur Tengah, tak lepas dari kepentingan ekonomi dan politik negara-negara kapitalis. Ketamakan mereka dalam mengejar sumber daya, pasar baru, dan kontrol geopolitik bisa memicu ketegangan antar negara. Ini tidak bisa dipisahkan dari metode penyebaran ideologi kapitalis yaitu penjajahan (imperialisme). Penjajahan merupakan metode ideologi kapitalisme yang bersifat tetap dan tidak berubah. 

Korban paling parah dari konflik ini adalah anak-anak. Ini menjadi ancaman nyata bagi generasi mendatang. Anak-anak bisa kehilangan harapan untuk meraih cita-cita dan masa depan yang cerah akibat konflik berkepanjangan.

Keberadaan anak-anak merupakan hal penting bagi sebuah peradaban. Sebuah negara harus punya generasi masa depan yang berkualitas untuk dapat membentuk peradaban unggul dan cemerlang. Generasi seperti ini tidak akan terwujud di wilayah yang rentan dengan konflik dan peperangan. Sebuah peradaban mulia dapat terwujud ketika hak-hak anak terpenuhi, mulai dari sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan rasa aman.

Membangun lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-anak di daerah konflik sangat penting untuk membantu mereka pulih dan membangun masa depan yang lebih baik. Masa depan tersebut haruslah berdasarkan Islam. Sebab, menurut pandangan Islam, anak adalah generasi penerus yang harus terpenuhi dan terjamin kebutuhannya. Islam tidak akan membiarkan bencana generasi terjadi. Dalam sistem Islam, negara akan memenuhi kebutuhan dasar anak, seperti makanan bergizi, tempat tinggal, pakaian yang layak, pendidikan, kesehatan, dan keamanan.

Dalam Islam, kehadiran sebuah negara (Khilafah) yang menerapkan Islam secara totalitas akan melindungi kaum muslim di seluruh negeri dari konflik. Khilafah akan menghapus sekat-sekat nation-state, ras, dan golongan. Sebab, kehadiran pemimpin (Khalifah) sebagai perisai akan mewujudkan persatuan yang hakiki. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: