Headlines
Loading...
Oleh. Ummi Fatih 

Prediksi musim kemarau panjang yang menyulut bencana kekeringan semakin terbukti nyata. Kabupaten Pasuruan yang dikenal memiliki banyak sumber air di wilayah Provinsi Jatim, sehingga banyak perusahaan air minum yang berdiri di sana pun ternyata saat ini juga dilanda kekeringan parah yang menyulitkan kehidupan. 

Sebagaimana dalam suatu liputan berita detik.com yang menyebutkan bahwa Polres Pasuruan tengah menggelar aksi bakti sosial pada hari Rabu, 16 Oktober 2024 lalu berupa pengiriman air bersih di tiga desa Kecamatan Pasrepan yang terkena dampak kekeringan, yakni Desa Pasrepan, Mangguan dan Ampelsari. (17/10/2024) 

Lalu, mengapa demikian? Apakah ini merupakan adzab besar dari Tuhan? 

Penyebab dan Solusi Kekeringan

Ketentuan datangnya suatu musim memang tergantung dari kehendak Allah Swt. selaku sang Maha Pencipta alam semesta. Jadwal kedatangannya tidak bisa rutin sesuai dengan keinginan kita yang hanya merupakan makhluk ciptaan-Nya, meskipun kita adalah penghuni resmi bumi ini. 

Namun demikian, ketika Dia mendatangkan musim panas panjang ke atas bumi, bukan berarti Dia kejam atau sedang murka dan hendak memberi azab makhluk-Nya yang durhaka. Karena Allah Swt. adalah Dzat Maha Pengasih dan Penyayang. Dia tidak segera murka akan kemaksiatan hamba-Nya. Dia tetap memberi nikmat dan kesempatan bertaubat berupa petunjuk hidup Islam yang sempurna dalam merawat alam ini. Sehingga kehidupan dapat berjalan damai tentram dan nyaman walaupun musim panas sedang datang melanda. 

Misalnya saja, petunjuk yang mewajibkan suatu negara untuk mengelola sendiri sumber daya air yang ada dalam tanah ciptaan-Nya bagi semua penduduk negeri tersebut. Sebab air masuk kategori kepemilikan umum dalam kacamata Allah Swt. yang tercantum dalam  hadist Rasulullah saw. yang berbunyi :
"Tiga hal yang tidak boleh dimonopoli adalah air, rumput, dan api." (HR. Ibnu Majah) 

Dengan begitu, tentu masyarakat tidak akan kesulitan mendapatkan air, meski air hujan belum turun sejak lama. Karena masyarakat tetap bisa menikmati air dari dalam sumbernya yang ada dalam tanah dengan fasilitas layanan negara yang menguasainya. 

Jauh berbeda dengan sekarang. Ketika petunjuk Islam justru dijauhi. Bahkan negeri ini pun lebih memilih sistem kapitalisme yang dasarnya mencari keuntungan pribadi untuk dijalani. Maka rakyat pun menjadi kesulitan menimba air dari sumbernya di setiap musim. Sebab sebagian besar sumber air telah ditutup oleh para pengusaha swasta melalui ikatan sewa dengan pihak negara. Hasilnya terbukti, saat masyarakat berteriak kekeringan dan ingin menimba air dari sumbernya dilarang oleh perusahaan air mineral yang menyewanya. Karena perusahaan-perusahaan itu masih ingin tetap stabil memproduksi air dagangannya untuk meraih laba usaha. 

Selain itu, ketika petunjuk Islam yang mendefinisikan negara sebagai pelayan rakyat juga dijauhi. Maka negara pun menjadi kurang menyediakan fasilitas hidup yang mencukupi bagi semua rakyatnya. Di antaranya fasilitas pemompaan air tanah yang masih jarang disediakan negara membuat mayoritas masyarakat yang bermasalah ekonomi menjadi tidak mampu memompa air yang dibutuhkannya. 

Akhirnya jelas, kekeringan panjang ini masih mungkin bukan akibat azab murka Allah Swt. Namun, akibat manusia sendiri yang menjauhi petunjuk kebenaran-Nya untuk mengelola sumber daya alam di bumi ini dan merubahnya dengan sistem kapitalisme. 

Lalu, apakah kita akan tetap membiarkan sistem kapitalisme ini diterapkan, sehingga kesulitan hidup terus berjalan? [Hz]

Baca juga:

0 Comments: