Headlines
Loading...
Opini

Oleh. Nunik Ummu Fayha 

Banyak harap dilontarkan ketika ICJ juga PBB, mengeluarkan keputusan menelurkan resolusi pembelaan untuk Palestina. Tapi seperti biasa semua hanya berhenti dalam euforia di media saja. Israel kembali dan kembali lagi mengabaikan dan tetap menjalankan kebijakan brutalnya. 
Kematian menjadi 'satu-satunya kepastian' bagi 2.4 juta warga Gaza, sebut Wateridge, jubir UNRWA (dunia.tempo.co, 21/08/2024). 

Lebih 40 ribu jiwa sudah syahid. Tempat pengungsian pun semakin menyudut. Tapi tiada belas kasih justru Israel semakin garang menyerang dari semua matra. Darat, laut, udara mereka kirim peluru dan rudal. Semua dilakukan berkedok menyasar H4mas. Sekolah, rumah sakit, masjid, kamp pengungsian, tak luput dari bombardir tiada henti. Terlebih saat ini Israel hanya menjamin 9.5% wilayah Gaza bagi pengungsi di tengah keterbatasan pangan dan fasilitas hidup yang layak (inews.id, 25/08/2024)

Warga sipil Gaza dipaksa terus-menerus berpindah-pindah mengikuti arahan militer Israel. Saat ini semakin banyak warga sipil Gaza enggan berpindah tempat lagi (liputan6.com, 21/08/2024).
Selain karena repot, faktanya kamp pengungsian pun tidak lantas aman dari serangan tentara Zionis. Seperti 20 Agustus lalu, serangan di sebuah pasar di Deir Al Balah, Gaza Tengah, menewaskan 10 orang (cnnindonesia.com, 21/08/2024).

Perang Pemikiran 

Pada tanggal 7 Oktober 2023, tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba Israel mendapat serangan Badai Al Aqsha dari pasukan Izzuddin Al Qassam sebagai bentuk perlawanan atas pendudukan negerinya. Serangan militer terbesar kedua yang pernah dialami Israel setelah perang Yom Kippur, 1973 (republika.co.id, 08/10/2023). 
Bagi Palestina sebagai bangsa yang dijajah, wajar jika mereka marah dan melawan. Tapi culasnya Israel yang didukung Amerika, mereka menyebutnya sebagai terorisme dan balasan mereka pada Gaza yang sudah berjalan hampir setahun ini, mereka sebut melawan terorisme. Mereka juga menyebutnya sebagai Israel melawan Hamas. 

Israel sangat yakin dengan kekuatan opininya. Mereka meyakini bahwa persepsi mampu membentuk kenyataan dan mereka pun sudah menyiapkan influencer yang menjadi pembela mereka sehingga kejahatan perang yang mereka lakukan tidak mendapat hukuman (deduktif.id, 04/04/2024). 
Tentunya masih hangat di ingatan heboh 5 pemuda yang diundang ke istana raja jagal di Tel Aviv beberapa waktu lalu. Faktanya mereka hanya undangan ke sekian dalam tahap perang pemikiran ini. Gerakan ini juga mendatangkan wartawan, politisi dan tokoh untuk mendapatkan _brain storming_ tentang posisi Israel dalam penjajahan tersebut. 
Di Indonesia selain Hasbara juga ada AJC (American Jewish Committee) yang kemarin ramai diviralkan bekerjasama dengan masjid Istiqlal hendak mengadakan seminar. Bahkan logo flyer acara mencantumkan Voice of Istiqlal, meski akhirnya digagalkan karena terlanjur viral dikecam (cnnindonesia.com, 17/07/2024). 

Palestina Menunggu Kita 

Komandan Strategi Perang Media Hamas, Abu Ubaidah, menegaskan dalam beberapa kesempatan berbeda tentang pentingnya mendukung perjuangan Palestina sebagai kewajiban kemanusiaan, moral, dan agama yang melekat pada semua orang di seluruh dunia (dunia.tempo.co, 17/06/2024).

Saat ini kaum muslim justru kalah masif menyuarakan pembelaan pada Palestina. Eropa, Amerika, semua bergerak mendukung Palestina. Di sisi lain, justru negeri muslim kurang greget menyuarakan pembelaan. 
Kita bisa menyebut hal ini sebagai dampak diplomasi Hasbara dalam perang pemikiran yang menggunakan alat kaum Muslim itu sendiri. Padahal harusnya setiap Muslim harus saling mendukung dalam kebaikan, saling menolong bila ada yang kesusahan. Palestina saat ini bukan hanya sedang kesusahan tapi mereka dihadapkan pada genosida! Umat tidak cukup mengirim logistik tapi harusnya tentara pembebasan.

Dakwah harus semakin masif agar semakin tumbuh dan kuat kesadaran pembelaan umat sebab sudah seharusnya dakwah dilakukan untuk perubahan masyarakat bukan sekedar mengubah individu. Allah menjaga penduduk Syam, penduduk Palestina, tapi siapa yang akan menjaga kita bila kita sendiri yang berlari menjauh dan bukannya berikhtiar menggenapi janji Allah dengan menyampaikan kebenaran?

Kita perlu meluruskan pemahaman umat tentang apa yang sebenarnya terjadi di bumi para nabi itu. Bahwa rakyat Palestina lebih butuh tentara pembebas yang mendukung mereka mengusir Israel penjajah dari bumi Syam. Bahwa yang banyak dilakukan saat ini tak ubahnya hanya mengobati luka tetangga yang rumahnya disatroni penjahat dengan tetap membiarkan penjahat menyakiti pemilik rumah. 

Terus kita harus pula menyampaikan bahwa yang dibutuhkan Palestina adalah pasukan jihad yang hanya bisa digerakkan oleh negara Khilafah. Saat ini negeri-negeri muslim yang banyak hanya serupa buih di lautan karena tidak mampu menggerakkan tentaranya untuk membela Palestina. Mereka hanya mampu mengirim pasukan penjaga perdamaian. Perdamaian semu yang disodorkan penjahat perang saat mereka kehabisan amunisi dan seperti sebelumnya ketika mereka sudah kuat maka agresi akan dilakukan lagi.

Tugas kita saat ini memantaskan diri menjadi pembela agama-Nya. Mengingatkan umat akan pentingnya Khilafah bagi umat khususnya bagi negeri muslim yang tertindas di seluruh belahan bumi. 
Kita harus terus mendukung saudara kita di Palestina  dan memperbaiki diri agar dipantaskan menjadi bagian kebaikan yang dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta'ala. 
Palestina akan terus dalam penjagaan Rabb-nya, tapi kita tidak akan mampu menjaga diri kita bila membiarkan Palestina berdiri sendiri. Kita dorong masyarakat menjadi umat terbaik agar kabar gembira dari Rasulullah tentang datangnya pasukan dari Timur pantas disandang generasi binaan kita. 

Wallahualam bissawab. [My]

Baca juga:

0 Comments: