Headlines
Loading...
Momen Bersama Bapak: Perjuangan Tanpa Kenal Lelah

Momen Bersama Bapak: Perjuangan Tanpa Kenal Lelah

Challenge Motivasi 

Oleh. Teti Rostika

Setiap hari pukul 02.00 dini hari, bapak bangun. Menyiapkan barang yang akan dijual. Berupa makanan Ranginang Oyek (RO) dimasukkan ke dalam karung untuk ditanggung. Melewati dinginnya angin malam hari, bahkan bapak jarang pakai jaket. Saat orang lain masih terlelap tidur, bapak semangat menjemput rezeki. Sambil jalan kaki dari rumah menuju alun-alun Majalaya, menanggung RO yang lumayan berat sekali. Karena tinggi karung hampir setengah badan bapak. 

Hal itu bapak lakukan sampai usiaku 10 tahun. Setelah pindahan rumah ke Tarikolot, bapak jualan dengan mengayuh sepeda. Jualan RO itu kadang laku kadang sisa. Tapi karena RO itu makanan kering, jadi bisa kuat sampai seminggu.

Di tempat jualan bapak tidak punya lapak. Hanya menempel di bangku orang lain ukuran satu karung. Pernah saat aku kuliah menemui bapak yang jualan di alun-alun. Saat aku datang wajah bapak sumringah. Sambil menunjukkan pada teman-teman jualannya bahwa saya adalah anaknya yang sedang kuliah. Bapak merasa bangga karena bisa memiliki anak yang kuliah.

Sepulang jualan di pasar, bapak selalu membawa makanan. Ibu tinggal memasak makanan yang dibawa bapak. Tanpa istirahat, hanya sekadar makan saja, bapak langsung mengambil pisau, dan papan panjang sebagai talenan.

Bapak mulai ke dapur melihat cetakan RO yang siap dipotong. Setiap pagi sebelum aku ke sekolah, aku bantu bapak menjemur RO dan ngetap (menyusun) RO basah yang sudah dipotong di ebeg (anyaman dari bambu).

Proses pemotongan hingga penjemuran selesai berlangsung selama 4 jam. Dari jam 8 s.d. jam 12.00, sehingga ada hal yang dulu aku korbankan. Di saat teman sekolah mengajak main di hari Minggu, aku harus membantu bapak, kadang ada rasa kecewa. Tapi aku pun tidak tega dan bahkan tidak berani pergi kalau tidak ada izin dari bapak

Usai itu, bapak langsung ke dapur. Siap-siap memasang dua wajan besar beserta minyak yang panas. Menyediakan tolombong (keranjang besar dari anyaman bambu) tempat RO yang sudah matang. Sebelumnya ngeprakeun RO yang sudah kering dikumpulkan dalam tolombong untuk siap digoreng. Proses menggoreng berlangsung sampai Asar kurang lebih 3 jam. Usai menggoreng, bapak langsung membuat adonan lagi RO, mengukus oyek (makanan dari singkong yang direndam) yang sudah dicuci ke dalam drum. Lalu dibuat adonan. Hal itu dilakukan sampai Isya.

Malamnya sebelum tidur, bapak membungkus RO yang akan dijual. Sebagian dibiarkan tanpa dibungkus. Barulah kemudian bapak bisa tidur. 

Masyaallah, perjuangan bapak dalam mencari nafkah untuk kami begitu besar. Selalu semangat. Walau kerja berwirausaha mandiri, tanpa berada di telunjuk orang lain, tapi bapak pantang libur. Apalagi saat aku sekolah aliah dan kuliah, bapak rajin menabung. Tabungannya disimpan di pintu triplek, atau di kompan kosong disimpan di dapur. 

“Ya Allah, muliakan Bapak dengan keimanan dan ketakwaan. Berkahi usia, kesehatan, dan kehidupannya. Terimalah amalan baiknya, hapuskan semua dosanya.” [Ni]

Bandung, 6 Juli 2014

Baca juga:

0 Comments: