#motivasi
Momen Bersama Bapak: Agustus, Awal Mula Masuk Aliah
Challenge Motivasi
Oleh. Teti Rostika
Celetuk bapak sambil marah melihat aku yang masih di dalam kamar mengurung diri sendirian selama empat hari, jarang keluar.
Saat itu Juli 2004, tahun ajaran baru sekolah sudah dimulai. Tapi aku belum juga daftar ke sekolah SMA. Padahal nilaiku juara. Tapi bapak tidak memberikan kata-kata. Apakah aku lanjut atau tidak ke jenjang sekolah menengah atas.
“Emak, Bapak, aku ingin sekolah.” Tapi sepertinya tidak ada harapan. Standar bapak melihat biaya di SMA Negeri Majalaya. Daftar masuknya tembus sampai dua juta. Bapak tidak ada biaya. Akhirnya aku tidak lanjut sekolah. Tapi aku tidak mau menyerah. Aku ingin bisa sekolah. Walau aku tahu, di kampung tempat tinggal banyak yang memilih bekerja. Kebanyakan lulus SD dan SMP. Jarang yang dilanjutkan ke SMA.
Walau aku sadar. Motivasi awal lanjut SMA ada yang ingin aku kejar. Aku ingin bisa membahagiakan orang tua di masa depan. Walau keempat kakakku tidak ada yang sampai SMA, tapi aku mau lanjut SMA, agar nanti aku punya pekerjaan yang elegan. Derajatku naik. Punya gaji jutaan bisa memberi orang tua tiap bulan.
Tapi apa di kata, orang tua jadi marah saat aku bersikeras ingin sekolah SMA. Setelah empat hari mengurung di kamar, aku mulai bangkit. Solusinya bukan meratapi kesedihan. Tapi mencari penghasilan agar biaya sekolah bisa tertunaikan.
Akhirnya aku bekerja di warung punya adik bapak. Warung baru mulai buka, ramai pembeli dari pagi buta sampai malam tiba. Sehari aku diberi upah 5.000 rupiah tak mengapa. Aku tabungkan agar bisa daftar sekolah tahun depan.
Alhamdulillah ternyata aku bertemu pria pujaan di rumah teman. Pria yang dulu aku impikan bisa menjadi pendamping di masa depan. Dia teman satu SMP. Dia termasuk salah satu motivator besar agar aku bisa sekolah SMA. Karena aku berpikir, jika dia nanti sarjana, sedangkan aku lulusan SMP, apakah dia mau menikah denganku yang tidak sekufu dengannya. Dia bukanlah pacarku. Walau aku pernah mencintainya sejak di bangku kelas dua SMP. Tetapi, dulu aku pernah menaruh harapan, agar nanti dia jadi suamiku.
Dia mengajak aku untuk daftar satu sekolah di Aliah Al-Mufassir. Katanya kalau di Al-Mufassir SPP ringan hanya 7.000 rupiah. Pendaftaran juga bisa 100.000 rupiah dulu.
Atas info darinya itu, alhamdulillah bapak akhirnya mau mendaftarkan aku sekolah, walau di aliah aku tidak mengapa. [Ni]
Baca juga:

0 Comments: