Headlines
Loading...
Challenge Motivasi 

Oleh. Sri Suratni 


Sahabat, tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini kaum muslimin hidup di ekosistem yang tidak sesuai dengan fitrahnya. Hidupnya tidak baik-baik saja. Mereka mengarungi kehidupan yang tidak normal dan penuh keterpaksaan. Mereka tidak bisa bernafas dengan lega, tidak bisa tidur dengan nyenyak juga tidak bisa makan dengan nikmat. 

Betapa tidak, impitan kehidupan yang semakin sempit memaksanya untuk terus berfikir keras dan mengerahkan segenap kemampuan demi mencapai taraf kehidupan yang layak. Sangat sulit memang untuk mewujudkannya. 

Kehidupan yang semakin keras dan kejam, tak ayal membuat seseorang menghalalkan segala cara untuk bisa mendapatkan yang diinginkan. Sangat pantas dan wajar semua itu terjadi, karena memang sistem hidup dan kehidupan saat ini dikondisikan sedemikian rupa dengan diterapkannya ideologi kpitalisme  demokrasi. Sebagian orang yang memiliki limpahan materi, mereka akan menghabiskan hari-harinya dengan berfoya-foya dan bermegah-megahan, hidupnya  hanya untuk bersenang-senang dan hedon.

Namun bagi sebagian yang lain,  hidupnya serba kekurangan, jauh dari standar hidup layak, dibiarkan terombang-ambing, terseok-seok mengais sebagian rezeki yang Allah titipkan. Sungguh sangat nampak ketimpangan antara masyarakat yang kaya dengan yang miskin. Tidak heran di sistem saat ini yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.

Seolah-olah yang bisa menikmati kehidupan hanya bagi mereka yang memiliki harta berlimpah. Namun apakah benar bahwa mereka yang hidupnya berkecukupan dengan limpahan materi itu mampu merasakan kebahagiaan? Jika tolak ukur kebahagiaan bagi mereka adalah mendapatkan materi yang sebanyak-banyaknya,  mungkin saja saat itu mereka bahagia. 

Namun kebahagian yang mereka dapatkan hanyalah kebahagiaan semu dan sementara. Ketika mereka dalam hidupnya tidak hanya mengejar pemenuhan kebutuhan semata, tapi juga bagaimana bisa memenuhi semua keinginannya, maka percayalah mereka tidak akan pernah bisa puas dan bahagia. 

Karena ketika terpenuhi satu keinginan, maka keinginan yang lain juga menuntut untuk dipenuhi. Sehingga setiap detik waktu yang dia miliki dihabiskan dan diforsir untuk memenuhi keinginan-keinginan yang tidak ada habisnya. 

Kenapa Ada Manusia yang Seperti Itu? Bukankah Mereka Muslim?

Memang benar, kebanyakan dari mereka yang bersikap dan bertindak demikian, dari kalangan kaum muslimin. Mereka menjalani kehidupan yang demikian dikarenakan jauh dari akidah Islam yang sebenarnya,  tidak lagi menjalankan ketaatan semata-mata kepada Allah. Bahkan sudah  sangat berani menghadirkan tandingan-tandingan Allah untuk disembah. 

Mereka mencampakkan hukum-hukum Allah dan menggantinya dengan hukum buatan mereka yang  sesuai dengan nafsu dan keinginannya. Merekalah pelopor akidah sekuler dan mengkampanyekan atau mempropagandakan akidah tersebut di tengah-tengah masyarakat yang notabene muslim. 

Mereka mengaku beragama Islam, tapi tidak meyakini dan menjalankan syariat Islam. Mereka mengaku beriman kepada Allah Swt. tetapi mereka sebenarnya kufur kepada Allah. Allah Swt..berfirman , artinya : "Di antara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari Akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang mukmin." (TQS Al-Baqarah : 8)

Lebih parahnya lagi, penguasa atau pemimpin kaum muslimin itu sendiri sejak diproklamirkannya kemerdekaan RI hingga hari ini, mengadopsi ideologi kapitalisme demokrasi yang asasnya akidah sekuler . Dari sinilah sebenarnya munculnya berbagai persoalan yang dihadapi kaum muslim yang semakin hari semakin parah. 

Para penguasa bertindak sesuai dengan arahan sistem  yang mereka anut. Mereka tidak segan-segan bertindak sesuai dengan keinginannya, brutal, dan arogan. Merekalah pelaku tindak kezaliman terbesar di negeri ini,  menjerumuskan rakyatnya kepada kesengsaraan dan penderitaan yang tidak kunjung sirna. 

Apabila keadaan ini dibiarkan dan tidak ada yang berani bertindak untuk mencegah dan membungkam maka tunggulah azab Allah yang tidak hanya menimpa pelaku kezaliman saja, tetapi juga menimpa orang-orang sholeh yang membiarkan kezaliman tersebut.

"Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya." (TQS Al-Anfal : 25).

Rasulullah saw. melarang bersikap diam terhadap kezaliman dan kemungkaran, khususnya bagi yang memiliki kesanggupan. Hal ini disampaikan beliau dalam Hadis dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu berkata. Rasulullah bersabda: "Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman." (HR Muslim 49)

Sebagian besar di kalangan para ulama mengatakan, diam terhadap kezaliman dan kemungkaran adalah setan bisu. Abu Ali Ad-Daqaq rahimahullah mengatakan: "Siapa yang diam saja, tidak menyatakan Al-Haq (kebenaran), maka dia adalah setan bisu." (Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, 2/20)

Subhanallah, tentunya kita tidak ingin dikatakan menjadi setan bisu. Untuk itu, suarakanlah kebenaran, berani membela yang haq dan mencegah dari kemungkaran. 

Dan hendaklah ada dari kaum muslimin yang berdakwah di hadapan penguasa. Menasihati penguasa kepada kebaikan dan mencegah mereka dan kemungkaran dan kezaliman adalah jihadnya seorang muslim yang paling utama. 

Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran (berkata yang baik) di hadapan penguasa yang zalim.” (HR. Abu Daud no. 4344, Tirmidzi no. 2174, Ibnu Majah no. 4011). Wallahualam bissawab. [ry].

Baca juga:

0 Comments: