Headlines
Loading...
Story Telling 

Oleh. Yanti MDY

Apa itu hijrah? Hijrah menurut Syekh Izzudin bin Abdul Salam ada dua macam:
Pertama, hijrah makani, yaitu pindahnya seseorang dari satu tempat ke tempat lain.
Kedua, hijrah maknawi, yaitu meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat yang tidak sesuai ajaran Islam menuju yang sesuai ajaran Islam.

Berikut adalah kisah hijrah saya, semoga bermanfaat. Saya lahir di Pekalongan, Jawa Tengah. Pendidikan terakhir di Universitas Jendral Soedirman (UNSOED) Purwokerto, Fakultas Sosial Politik, Jurusan Administrasi Negara. Saya dahulu bekerja di Departemen Pertanian, lalu pindah ke PT. MERCK yang bergerak di bidang farmasi di Jakarta, lalu pindah lagi ke Surabaya, sampai akhirnya resign dan tinggal di Sidoarjo hingga sekarang.

Mengkaji Islam

Di Sidoarjo saya memulai proses pencarian jati diri karena sebelumnya merasa gelisah, resah, kosong, dan tidak tahu tujuan hidup ini mau ke mana. Saya mencoba ikut kajian tahsin Al-Qur'an. Alhamdulillah di sana saya menemukan teman diskusi keislaman. Selanjutnya saya diajak ikut kajian keislaman di sekitar sekolah anak saya, membahas buku Materi Dasar Islam (MDI) “Islam Mulai Akar hingga Daunnya”.

Di forum tersebut saya belajar tentang akidah Islam, syariat, siyasah,  syakhshiyah, sampai kewajiban dakwah. Saya belajar selama hampir satu tahun untuk memahami materi tersebut. Akhirnya pelan namun pasti, saya mantap untuk meninggalkan aturan yang bukan dari Allah. 

Saya akhirnya paham bahwa Islam mengatur semua urusan kehidupan manusia mulai dari tidur sampai bangun tidur, mengatur rumah tangga hingga membangun negara. Islam mengurusi dari hal kecil sampai urusan politik. Dari kajian tersebut saya menemukan bahwa Allah memberitahu cara memutuskan suatu perkara, memperbaiki kehidupan, dan mengurai masalah pribadi, rumah tangga, keluarga, dll.

Saya merasakan jauhnya kehidupan saat ini dari Islam dalam banyak hal. Bertetangga, bertamu, adab ke orang tua, tidak menutup aurat, budaya pacaran, jual beli, berdagang, campur baur laki laki dan perempuan tanpa hajat syar'i, transaksi ribawi, ikhtilat dalam budaya masyarakat, seperti pesta pernikahan, budaya sedekah bumi yang rawan terjadi kesyirikan, dan banyak hal lain yang menyalahi aturan Allah. Setelah mengaji, saya paham bahwa kehidupan masyarakat harus berjalan sesuai dengan hukum Allah agar diberkahi dan diridai Allah.

Dengan hijah, penulis berharap bisa istikamah untuk menjaga diri selalu taat kepada Allah dan berusaha menjauhi segala larangan-Nya, istikamah dalam ibadah, memilih makanan yang halal, cara berpakaian yang syar'i, bermuamalah sesuai aturan ekonomi Islam. Saya juga belajar politik Islam dan perbandingannya dengan politik kapitalis dan politik sosialis.

Penutup

Sesudah mengubah pemahaman tentang keyakinan/akidah Islam, saya berusaha menerima seluruh syariat Islam. Circle (lingkungan) pergaulan saya pun berubah. Di lingkungan baru, kami saling menguatkan semangat dalam belajar. Alhamdulillah, literasi saya bertambah, pengetahuan pun bertambah. Sekarang pembicaraan dalam diskusi saya adalah tentang dakwah dan urusan umat. Semoga hijrahnya penulis bisa membawa perubahan untuk sekelilingnya. Mulai dari diri sendiri, kemudian mengajak keluarga untuk taat pada Allah. Selanjutnya mengajak masyarakat untuk kembali ke ajaran Allah dan taat syariat, yaitu dengan melaksanakan hukum-hukum Allah. Amin.

Wallahualam bissawab. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: