Challenge Motivasi
Oleh. Sri Suratni
Bismillahirrahmanirrahim
Sahabat, apa makna bahagia menurut antunna?
Kata bahagia bisa mengandung banyak makna, sesuai dengan sudut pandang seseorang dalam memaknainya.
Perasaan bahagia lahir dari fitrah naluri baka yang dimiliki setiap orang. Bahwa setiap orang menurut fitrahnya berhak merasakan bahagia. Namun letak bahagia seseorang berbeda-beda. Ada orang melakukan sesuatu hal yang kecil dan sederhana membuatnya bahagia. Sebagian orang sukses dalam pencapaian suatu impian dan cita-cita membuat mereka bahagia. Ada orang ketika mampu melewati tantangan dan keluar dari suatu masalah tertentu, dia bahagia. Sebagian yang lain ketika memperoleh rezeki berupa materi dia bahagia. Ada juga yang dianugerahi nikmat umur panjang, sehat badan dia bahagia. Yang lain pula ketika berkumpul bersama keluarga dia bahagia.
Jika kita perhatikan, maka kebahagiaan memiliki dua tingkatan. Tingkat pertama kebahagiaan yang bersifat jasadi (jasmani) dan tingkat kedua kebahagiaan yang bersifat rohaniah (rohani, ruhiyah, jiwa).
Untuk tingkat pertama, kebahagiaan yang bersifat jasadi adalah kebahagiaan yang terwujud dengan adanya materi. Misalnya, seseorang yang memiliki harta yang banyak, memiliki keturunan, memiliki kendaraan, memiliki kebun, tempat tinggal, dll. yang berupa materi. Jika kekurangan dari sisi materi atau tidak memiliki materi mereka bisa dikatakan tidak bahagia.
Perhatikan firman Allah berikut:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ وَٱلْأَنْعَٰمِ وَٱلْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ
Artinya:”Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali-Imran: 14)
Dari ayat di atas bisa kita pahami, bahwa pusat kebahagiaan manusia secara jasadi terletak pada apa-apa yang dia cintai dan inginkan yaitu wanita (istri), anak-anak (keturunan) dan harta yang banyak (emas, perak, kuda pilihan/kendaraan, binatang ternak, dan sawah ladang/kebun. Tapi dikatakan oleh Allah, bahwa itu semua adalah kesenangan atau kebahagiaan sementara yang hanya bersifat duniawi saja dan hanya didapatkan sebatas kehidupan di dunia.
Kebahagiaan duniawi bisa diperoleh oleh siapa saja dan setiap orang pasti menginginkannya.
Allah Swt. berfirman:
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهٗ فِيْهَا مَا نَشَاۤءُ لِمَنْ نُّرِيْدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهٗ جَهَنَّمَۚ يَصْلٰىهَا مَذْمُوْمًا مَّدْحُوْرًا ١٨
Artinya: ”Siapa yang menghendaki kehidupan sekarang (duniawi) Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi siapa yang Kami kehendaki. Kemudian, Kami sediakan baginya (neraka) Jahanam. Dia akan memasukinya dalam keadaan tercela lagi terusir (dari rahmat Allah).” (QS. Al-Isra: 18)
Sahabat, begitulah Allah menggambarkan bahwa siapa saja yang menghendaki kesenangan hidup di dunia maka Allah akan memberikan, namun itu hanya dinikmati sebatas di dunia saja dan di akhirat kelak Allah sediakan neraka jahanam baginya. Na’udzubillah tsumma na’udzubillah.
Adapun kebahagiaan tingkat kedua yakni kebahagiaan yang bersifat rohaniah. Kebahagiaan ini hanya didapatkan oleh seorang mukmin. Kebahagiaan ini lebih cenderung kepada ketenangan batin dan kepuasan secara _ruhiyah._ Misalnya, seorang mukmin itu bahagia tatkala dia bertakarub kepada Allah, bahagia ketika mampu menjalankan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dia bahagia ketika hari-harinya dihiasi dengan amal saleh, dia bahagia berinteraksi dengan Al-Qur’an. Intinya kebahagiaan tingkat kedua ini adalah tatkala seorang mukmin berada dalam ketaatan dan ketakwaan kepada Allah. Semua kebaikan yang dia lakukan dalam upaya menggapai rida Allah.
Dalam ayat berikutnya Allah berfirman:
وَمَنْ اَرَادَ الْاٰخِرَةَ وَسَعٰى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَاُولٰۤىِٕكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَّشْكُوْرًا ١٩
”Siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, dan dia adalah mukmin, mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik.” (QS. Al-Isra: 19)
*Bahagia Dunia dan Akhirat*
Sahabat, sebagaimana yang kita ketahui bahwa seorang muslim senantiasa berdoa kepada Allah agar diberikan kebahagiaan dunia dan akhirat. Mereka mendambakan tidak hanya bahagia di dunia saja, namun juga bahagia di akhirat kelak. Dan Allah juga memberikan peluang dan kesempatan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha dengan kesungguhan untuk meraih kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Itu artinya kita boleh mengusahakan dan menikmati kebahagiaan di dunia ini, namun jangan sampai hal tersebut melenakan kita dan lupa dari mengingat Allah, tunduk, dan taat kepada-Nya. Hendaknya segala yang menghantarkan kita kepada kebahagiaan di dunia ini mampu menjadi jembatan dan wasilah kita untuk memperoleh kebahagiaan di akhirat nanti.
Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَ الأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
"Barang siapa menginginkan kebahagiaan dunia, maka tuntutlah ilmu dan barang siapa yang ingin kebahagiaan akhirat, tuntutlah ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya, tuntutlah ilmu pengetahuan."
Dari hadis Rasulullah saw. tersebut, dapat dipahami bahwa sesungguhnya kebahagiaan itu diperoleh dengan ilmu. Mempelajari ilmu pengetahuan tentang dunia dan segala pernak-perniknya adalah modal utama memperoleh kebahagiaan yang bersifat duniawi. Sementara mengkaji ilmu pengetahuan agama yang bersifat ukhrawi sebagai jalan yang menghantarkan kepada kebahagiaan akhirat.
Sahabat, kebahagiaan seorang muslim adalah tatkala dia mampu menggapai rida Allah. Gapailah rida Allah dan raihlah kebahagiaan dunia dan akhirat dengan mengkaji ilmu tentang keduanya. Semoga kita termasuk hamba Allah yang istikamah dalam menuntut ilmu dan berhak memperoleh kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin
Wallahualam bissawab. [Ni]
Baca juga:

0 Comments: