Challenge Motivasi
Oleh. Ratty S.
Ada apa sih dengan yang namanya cinta? Katanya perasaan cinta itu berjuta rasanya, apalagi jika sedang jatuh cinta. Wah melayang rasanya. Apa pun akan dipersembahkan demi cinta. Cinta membuat kita mau diperbudak. Percaya atau tidak, jika sudah jatuh cinta maka semuanya jadi mudah dan indah.
Cinta adalah sebuah perasaan yang muncul yang tak bisa dilukiskan. Untuk mengetahui ada atau tidaknya cinta harus dirasakan sendiri. Tak bisa diraba, tak bisa dipegang, tak bisa dilihat dengan mata, tak bisa dicium dengan hidung, tak bisa di dengar oleh telinga, dan tak bisa dirasa oleh lidah kita.
Namun jika kita mencintai sesuatu, setidaknya rasa cinta itu bisa diungkapkan dengan kata-kata. Pernyataan bahwa aku mencintai Allah, Nabi, Al-Qur'an, dan lain sebagainya. Untuk mengungkapkan rasa cinta kepada Allah, bukankah setiap hari minimal 5 kali sehari kalimat cinta itu meluncur dengan ringannya dari lisan kita, namun seolah terasa berat melaksanakannya.
Coba kita renungkan ucapan janji cinta itu:
'Inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi robbil alamin', yang artinya: "Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Tuhan semesta alam." (QS. Al-An'am: 162)
Lidah memang tak bertulang. Dengan mudahnya mengucapkan janji cinta itu. Duh, beneran nih salatku untuk Allah semata? Ibadahku ikhlas untuk Allah semata. Dan yang paling wah, hidup dan matiku hanya untuk Allah semata. Beneran atau cuma bercanda? Atau sekadar obral janji kepada Allah? Ah, Allah Maha Mengetahui segala isi hati. Hatiku, hatimu, hati kita semua.
Cinta kita kepada Allah harus dimulai ketika kita mulai menyadari keberadaan-Nya secara yakin dengan dalil yang qath'i (pasti), baik dalil naqli (Al-Qur'an dan hadis mutawatir) maupun dalil akli (diterima oleh akal). Rasa cinta kepada Allah harus kita buktikan dengan terus-menerus rajin dan istikamah menghadiri majelis-majelis ilmu yang menyebabkan kita makin mengenal Allah dengan lebih baik dan lebih dekat. Allah memang gaib (tidak bisa kita indra), tetapi keberadaan-Nya itu nyata dalam hidup kita.
Rasa cinta kita kepada Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam, kekasih Allah yang bertugas menyampaikan wahyu-Nya juga pasti akan muncul. Lelaki agung yang menyerahkan seluruh hidupnya demi menjalankan risalah yang harus diembannya. Betapa berat ujian, cobaan, dan penderitaan beliau ketika menyampaikan ajaran kebenaran ini.
Rasulullah begitu mencintai umatnya, sehingga ketika hendak wafat pun yang dikhawatirkan adalah umatnya. "Ummati, ummati, ummati (umatku, umatku, umatku." Beliau risau akan nasib umatnya jika umatnya tak mau menuruti perintah Allah dan menjauhi larangan Allah.
Sebegitu cintanya beliau kepada kita. Apakah kita tak akan membalas cinta beliau? Maka mulailah dari sekarang kita membaca sirah nabawiyah lagi (sejarah perjalanan perjuangan Nabi) agar makin menancap rasa cinta itu. Bacakan dan ajarkan juga sirah nabawiyah serta sejarah para sahabat yang sangat mencintai Rasulullah kepada keluarga dan anak-anak kita agar mereka juga bisa mencintai Rasulullah. Jika tidak diperkenalkan, bagaimana mungkin bisa mencintainya? Tak kenal maka tak sayang. Jika belum mengenal, mari kita mulai mengenalnya.
Selain cinta kepada Allah dan Rasulullah, kita harus mencintai surat cinta-Nya yakni Al-Qur'an. Bagaimana bisa mencintai Allah dan Rasulullah jika tidak pernah membaca Al-Qur'an, membaca terjemahnya, dan berusaha mentadaburinya. Maka mau tidak mau, suka tidak suka kita harus berusaha mencintai Al-Qur'an sebagai pedoman hidup kita di dunia untuk bekal perjalanan menuju akhirat kelak.
Alhamdulillah bertemu dengan SSCQ (Sahabat Surga Cinta Qur'an) yang membawaku mencintai Al-Qur'an dengan lebih baik dan serius. Bayangkan, kami harus kholas (selesai) 1 juz sehari karena memilih di kelas B (1 juz). Ada teman-teman yang memilih di kelas A (1/2 juz per hari), dan di kelas teras (bebas mau berapa lembar per hari). Jika tidak ada niat yang kuat pasti tidak akan dikerjakan. Maka kami berkomitmen setiap bulannya untuk bisa khatam 30 juz bagi yang mengambil kelas B.
Bermesraan dengan Al-Qur'an, Alhamdulillah telah menjadi habits (kebiasaan) kami di SSCQ. Tidak hanya membaca Al-Qur'an saja, tetapi membaca terjemahannya juga agar kami paham apa isi penjelasan ayat-ayat yang sudah kita baca. Setelah itu kita diminta menuliskan satu ayat berkesan yang dipilih untuk ditadaburi. Tadabur pendek (tulisan 2A) atau tadabur panjang (tulisan 2B).
Awalnya berat, namun setelah terbiasa menjadi suatu aktivitas menyenangkan yang susah untuk menghentikannya. Ada rasa yang mengganjal jika belum kholas (selesai 1 juz) membaca Al-Qur'an. Ada rasa ingin menuliskan terjemah yang sudah kita baca untuk ditadaburi. Alhamdulillah dengan keberkahan Al-Qur'an akhirnya banyak sekali ayat-ayat yang bisa kita tulis menjadi buku solo dan buku antologi. Banyak sekali karya buku solo dari Sahabat Surga Cinta Qur'an yang bisa kita nikmati. Sempatkanlah membeli dan membacanya agar tumbuh rasa cinta yang sama yakni kecintaan kita kepada Allah, Rasulullah, dan Al-Qur'an sebagai ayat-ayat cinta-Nya. [Ni]
Baca juga:

0 Comments: