Headlines
Loading...
Oleh. Noviana Irawaty 

Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Mereka aset generasi. Islam sangat memberi perhatian khusus kepada pemuda. Kualitas pemuda hari ini akan menentukan nasib bangsa, maju atau terpuruk. 

Namun jangan salah, tak cuma Islam yang memahami aset pemuda ini. Seluruh dunia (Barat dan Timur) juga membidik pemuda, karena memiliki energi yang luar biasa, pintar, cepat beradaptasi. Mau dibawa ke mana saja bisa. Ibarat roda tinggal digelindingkan. Kita menghadapi musuh internasional. Islam ingin pemudanya beriman dan bertakwa. Barat (termasuk Timur) kebalikannya. Akan menjauhkan pemuda dari Allah, dengan memegang teguh liberal sekularisme.

Siapakah Pemuda itu?

Menurut PBB, pemuda adalah manusia dengan rentang usia antara 16—24 tahun. Sementara definisi pemuda dalam UU No. 40/2009 tentang Kepemudaan adalah WNI yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16—30 tahun.

Sehingga dapat digolongkan, pemuda saat ini terdiri dari:
Pertama, generasi Y/milenial (tahun kelahiran 1981—1996). Tahun 2023 ini mereka berusia 27—42 tahun, berjumlah 69.699.972 jiwa = 25,87% dari total penduduk Indonesia tahun 2020.

Kedua, generasi Z/gen-Z (tahun kelahiran 1997—2012). Tahun 2023 berusia 11—26 tahun, berjumlah 71.509.082 jiwa = 27,94% dari total penduduk Indonesia tahun 2020.

Kita tidak bahas generasi milenial yang berusia 27 tahun, karena tiga tahun ke depan mereka akan melewati kategori pemuda.

Kita Kupas Siapa Gen-Z itu, yuk!

Pertama, Gen-Z adalah digital native. Mereka lahir dengan kondisi digital di tangan, artinya sangat melek informasi. Teknologi gadget telah membuat Gen-Z banjir informasi.

Kedua, kebiasaan scrolling (melek data) membuat Gen-Z bersifat open mind. Mereka open (terbuka) dengan berbagai ilmu dan pemahaman baru. Seluruh info yang baik, benar, dan buruk bahkan salah, menyimpang, menyesatkan, semua diserap otak. 

Bayangkan apa yang terjadi jika anak tak punya filter? Tak memiliki pisau analisis (kemampuan) memilih dan memilah informasi. Beruntung jika informasi yang masuk ke dalam benaknya itu benar, jika bertentangan dengan pemahaman Islam? Hemm, bahaya sekali. 

Sifat open mind ini juga membuat anak tidak langsung menurut saat dinasihati, karena ia mempunyai pendapat dan pandangan sendiri. Pandangannya sangat terpengaruh circle (lingkungan) dia bergaul, siapa teman akrabnya di dunia nyata maupun dunia maya. Akan baik jika ‘circle’-nya positif, namun bahaya jika sebaliknya?

Ketiga, Gen-Z sangat realistis. Akibat dia tahu banyak hal, apa yang terjadi, menyebabkan Gen-Z menjadi orang yang pesimis, maunya seadanya saja ah. Tidak bangkit, mager (malas bergerak).

Keempat, sangat pragmatis karena mereka terbiasa mendapatkan segala sesuatu secara instan, serba cepat. Sehingga saat menemui masalah, mendorongnya hanya memberi solusi sesaat/teknis, tidak menyentuh ke akar masalah.

Kelima, gen-Z memiliki sifat impulsif, cepat bertindak secara tiba-tiba, hanya mengikuti gerak hati, bukan karena pemikiran yang matang dan mendalam.

Keenam, gen-Z ini mudah rapuh, karena mereka tidak melewati proses step by step, tahunya terima/sudah jadi. 

The Varkey Foundation melakukan penelitian, “Apa yang dipikirkan dan dirasakan generasi muda di dunia” terhadap 20 negara. Hasilnya: negara-negara berkembang memiliki tingkat kebahagiaan lebih besar daripada negara maju. Negara dengan gen-Z yang paling bahagia itu adalah Indonesia, lalu disusul Nigeria dan India. Dikatakan bahagia, karena semua kejadian walau itu kesedihan bisa jadi konten meme, bacaan candaan. Contohnya, ada video singkat yang mengkritik BMKM (belajar mandiri kurikulum merdeka) pemerintah. Di mana saat ini siswa SD harus pulang jam 2 siang, akibatnya jam main dan tidurnya berkurang. Anak mengeluh sekarang tidak bisa main layang-layang lagi, padahal ya BMKM itu kan programnya pemerintah. 

Dan kondisi gen-Z dikenal sangat kuatir kekurangan uang, hingga banyak bermunculan youtuber, content creator, gamer. 

Gayung bersambut, memang seperti itulah yang diharapkan Barat. Mereka membajak peran pemuda untuk kepentingan kapitalisme-sekuler:
Pertama, pemuda dibajak secara ideologis untuk menjadi agen penyebar ide-ide moderasi yang mengarah pada menolak dan melawan syariat Islam, memelintir dan menyimpangkan pemikiran-pemikiran Islam yang sahih.

Kedua, pemuda dibajak untuk menjadi pelaku penyelamat ekonomi kapitalisme dari kebangkrutannya melalui isu kesetaraan gender, entrepreneurial university, MBKM (magang bersertifikat), bisnis start-up.

Ketiga, pemuda dibajak untuk menjadikan HAM sebagai standar kebahagiaannya, seperti: mengakui LGBT, doyan freesex, menjadi army K-Pop, sibuk sebagai content creator, self reward/healing untuk mencegah mental illness.

Subhanallah, sungguh ini PR besar bagi umat Islam untuk menyiapkan Gen-Z menjadi Gen-Q (Generasi Qur’an) calon pemimpin peradaban gemilang Islam di masa depan. Umat Islam harus bersatu melawan Barat untuk menyelamatkan pemuda dan peradaban Islam dari kebinasaan. 

Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memliki shabwah." (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)

Pada kitab Faidhul Qadiir 2/263 dijelaskan maksud shabwah adalah pemuda yang dia tidak memperturutkan hawa nafsunya, kemudian membiasakan dirinya melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan. [My]

Baca juga:

0 Comments: