Headlines
Loading...
Oleh. Noviana Irawaty 

Rasulullah saw. bersabda dalam HR. Tirmidzi dan Ahmad sebagai berikut:
Yaa muqollibal quluub, tsabbit qolbi ‘alad-diinik. Wahai Zat Yang Maha Membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku di atas agama-Mu. 

Jalan keselamatan hanya ada di dalam Islam, Allah telah menyempurnakan dan meridai Islam sebagai din/agama-Nya (lihat QS. Al-Maidah ayat 3). 

Maka siapa pun yang menghendaki kebaikan dunia dan akhirat, hendaknya memanjatkan dan mendawamkan doa tersebut dalam setiap sujud terakhir salat fardu. Doa ini dibaca bersamaan dengan doa memohon husnul khatimah dan diberikan rezeki berupa tobat nasuha sebelum ajal. Karena manusia itu tabiatnya berbuat dosa dan khilaf. Astagfirullah. Semoga Allah senantiasa mengampuni, menjaga, dan meneguhkan hati ini di dalam Islam. 

Ada yang menarik saat kita membahas perkara hati. Segumpal daging yang menentukan kualitas manusia, itulah hati. Saat hati baik, maka baiklah seluruh tubuh manusia. Saat hati buruk, maka buruk pula seluruh tubuh manusia. Jagalah hati agar selalu lurus, ikhlas, dan benar sesuai syariat Allah. 

Syekh Taqiyyuddin An-Nabhani berpesan agar kita selalu memiliki kesadaran berhubungan dengan Allah. Bahasa karennya, idrak silah billah. Sejatinya, seluruh amal manusia hanyalah materi. Makan, minum, menulis, bekerja, dst. Agar dia bernilai ibadah, maka tautkan amal tersebut, tautkan hati kita kepada Allah. 

Selain senantiasa menautkan hati kita kepada Allah, Islam juga mengajarkan kita untuk menetapkan qimatul amal (nilai beramal) pada setiap aktivitas yang kita lakukan.

Ada empat macam qimah:
Pertama, qimah ruhiyah (nilai ibadah). Seluruh ibadah qimahnya adalah qimah ruhiyah, hanya mengharapkan pahala yang tak terhingga dan rida Allah semata. Termasuk dakwah. Bayarannya langsung dari Allah, tak boleh berharap diberi oleh manusia. 

Kedua, qimah madiyah (nilai materi). Contohnya, seorang pedagang maka qimah yang berlaku adalah qimah madiyah, dia harus berorientasi mendapatkan untung dalam jual beli. Seorang siswa maka dia harus menetapkan qimah madiyah saat menuntut ilmu, dia harus sungguh-sungguh agar mendapatkan ilmu (baca: memahami ilmu). Pun berlaku pada seorang guru, sekalipun mengajar generasi adalah aktivitas mulia. Namun jika sejak awal akadnya adalah ijarah (kerja) maka tentu saja guru tersebut berhak mendapatkan dan menuntut upah. Perkara ikhlas yang juga dilakukan, itu lain hal, masing-masing berdiri sendiri.

Ketiga, qimah khuluqiyah (nilai akhlak), akhlak karimah yang melekat pada diri seorang muslim. Jujur, sabar, amanah, ramah, sopan santun, dst.

Keempat, qimah insaniyah (nilai kemanusiaan), misalnya: menolong orang menyebrang jalan, menyelamatkan dari bahaya tenggelam, kebakaran, kecelakaan, memberi makan pemulung sampah, dst.

Jangan sampai salah menempatkan qimah ini ya, Sob. Atau mencampur-adukkan. Bisa kacau hasilnya. Sebagai contoh, ada ibu pedagang baju seragam sekolah, ditawar harga teman oleh tetangga sampai kebangetan. Ibu ini mencampurkan antara qimah madiyah dengan qimah insaniyah, sehingga dia tak dapat untung, malah rugi karena jual di bawah modal. Seharusnya yang dilakukan, ambillah untung walau hanya sedikit. Hal menolong, lakukan pada perkara lainnya. 

Masyaallah betapa luar biasa Islam mengatur kehidupan ini secara sempurna ya. Tinggal taat saja, surga bagi kita, insyaallah. Dan jangan lupa untuk selalu menautkan hati kita setiap detiknya kepada Allah, ya. [My]

Baca juga:

0 Comments: