
motivasi
Hati Adalah Cermin Kehidupan
Oleh. Eka Suryati
Buruk muka cermin dibelah. Sering kita mendengar istilah atau pepatah tersebut. Pepatah itu mengandung arti seseorang yang menyalahkan keadaan ataupun orang lain terhadap apa yang terjadi pada dirinya padahal sejatinya kesalahan itu adalah akibat dari ulahnya sendiri.
Sebagai seorang muslim tentunya kita tidak boleh bersifat dan bertingkah seperti pepatah di atas. Seorang muslim yang baik seharusnya selalu mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri apabila ada suatu masalah atau kejadian yang mengakibatkan suatu kesalahan. Apabila ada kejadian yang tidak diinginkan janganlah ujuk-ujuk kita menyalahkan orang lain padahal kita justru yang memiliki andil terjadinya kesalahan tersebut.
Sebagai contoh dalam suatu cerita di mana Rafli harus menyelesaikan suatu tugas dari gurunya. Rafli sudah berkali-kali diingatkan oleh ibunya agar tidak menunda tugasnya dan memerintahkan Rafli untuk segera menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya tersebut. Rafli yang keasyikan bermain game online hingga larut malam menjadi lalai pada tugasnya. Sampai larut malam akhirnya Rafli mengantuk dan belum bisa menyelesaikan tugasnya. Rafli berpesan pada ibu agar dibangunkan pada jam 3 malam sambil dia salat tahajud.
Ibu Rafli berusaha untuk bersabar. Ibu berpikir ya sudahlah dari pada harus dimarahin sementara anaknya memang sudah benar-benar mengantuk, tak baik juga memarahi anak menjelang tidurnya. Ibu membiarkan Rafli tertidur tanpa menyelesaikan tugas yang diberikan guru kepadanya.
Namun sampai jam yang sudah dijanjikan Rafli untuk bangun mengerjakan salat malam dan melanjutkan tugas sekolahnya ternyata Rafli tak juga bisa dibangunkan akibat kelelahan bermain game sampai larut. Rafli terbangun menjelang salat subuh dan singkat ceritanya dia tidak bisa menyelesaikan tugasnya dengan tuntas.
Rafli menangis dan meyalahkan ibunya mengapa tidak gigih membangunkannya sampai benar-benar terbangun pada jam yang dia janjikan. Ibu berusaha menasehati Rafli agar tak serta merta menyalahi orang lain akibat kelalaian yang dilakukannya tersebut. Rafli tidak boleh bagai pepatah yang menyebutkan "buruk muka cermin dibelah". Rafli yang lalai maka harus berani menanggung risiko bahwa tugasnya belum selesai akibat kelalaiannya bermain game sehingga menunda-nundanya yang berakibat tidak terselesaikannya tugas Rafli.
Kembali kepada filosofi cermin maka seperti cermin kita sebagai sesama muslim yang bersaudara bisa mengambil filosofi cermin sebagai pengingat diri dan terhadap sesama manusia terutama kepada sesama kaum muslim.
Rasulullah SAW bersabda : "Al mu'min mir'ah al mu'min" yang artinya "Orang mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lainnya." (HR Abu Dawud).
Kehidupan memang bisa diibaratkan seperti cermin dan cermin kehidupan kita adalah hati. Mengapa demikian? Karena hati adalah pusat dari pergerakan jasmani kita.
Mengutip sabda Rasulullah SAW yang artinya "Sesungguhnya hati itu berkarat sebagaimana besi berkarat jika terkena air. Sahabat bertanya. "Ya Rasulullah apakah pembersihnya? Beliau bersabda, "Banyak mengingat maut dan membaca Alqur'an."
Menurut Maulana Muhammad Zakkariya Al-Khandalwai dalam kitabnya Fadhilah Amal, hati dapat diibaratkan cermin, semakin kotor akan semakin redup sinar yang dapat dipantulkannya dan sebaliknya semakin bersih maka akan semakin terang pantulan sinar marifatnya.
Hati yang ibarat cermin tersebut harus selalu dijaga agar tetap bersih. Jauhkan diri dari sifat-sifat tercela, selalu menjalankan perintah Allah baik yang wajib maupun yang sunnah. Segala larangan Allah harus mampu kita hindari. Perbanyak membaca Alqur'an dan berzikir sehingga hati kita menjadi tenang yang berakibat kehidupan kita akan menjadi baik dan kebahagiaan terpancar dari jiwa yang tenang karena hati kita selalu dekat dengan Allah. Wallahu a'lam bish showwab. [ry].
Kotabumi, 2 November 2023
Eka Suryati
Baca juga:

0 Comments: