
OPINI
Bosan Merawat Ayah, Durhaka menjadi Pilihan?
Oleh. Ummu Faiha Hasna
Sungguh durhaka!
Peristiwa pembunuhan menggegerkan warga Ngawi, Jawa Timur. Ayahnya adalah orang yang turut andil dalam mengurus dan membiayai hidup anak dan istrinya. Namun, dengan alasan bosan merawat ayah yang terkena stroke, anak pun tega membunuh ayahnya sendiri.
Dikutip dari tribunjateng.com, Senin, 19/9/2022 lalu, Pria bernama Wachid (52) tewas di tangan putranya sendiri, FAE (19). Kabarnya Si anak tega menikam ayah lantaran bosan merawatnya dan ingin pergi merantau. Lama kelamaan kesabarannya pun hilang. Dan terjadilah peristiwa yang sadis ini. Akibat perbuatannya, pelaku langsung diringkus aparat polres Ngawi, Jawa Timur. Kini si anak terancam 15 tahun penjara.
Anak Kehilangan Fitrah
Paham sekularisme memang sukses membuat anak kehilangan fitrahnya untuk menyayangi orang tuanya. Sebab sekularisme kapitalis membuat seseorang salah mengartikan kehidupan. Kehidupan dianggap sebuah kesempatan untuk mendapatkan kekuasaan materi sebanyak-banyaknya. Sehingga sang anak akan berusaha untuk mendapatkan kepuasan materi itu dengan segala cara. Ketika anak merasa ada yang mengganggu kesenangannya, maka ia akan menghilangkan gangguan itu meskipun itu bapak kandungnya sendiri.
Ditambah lagi, susahnya mencari pekerjaan juga memicu dirinya jadi tertekan. Tak dimungkiri kalau mencari pekerjaan di kampung sendiri itu susah sekali. Padahal, kebutuhan menuntut untuk dipenuhi. Apalagi sekarang, apa-apa serba naik. Jiwa kelelakian meronta-ronta ingin bekerja. Bagi mereka yang berpikir kapitalis, durhaka menjadi pilihan, daripada merasa eksistensi dirinya terancam.
Di dalam masyarakat kapitalis, sudah lazim terbentuk anak-anak yang durhaka seperti ini. Karena dalam masyarakat kapitalis, kemuliaan seseorang ditentukan dari materi. Menjadi anak yang berbakti tidak cukup membuat seseorang menjadi dihargai. Bahkan, mengurus orang tua yang sakit dianggap sebagai suatu beban. Karena harus mengorbankan uang, waktu, dan tenaga. Apalagi mereka tak mendapatkan edukasi yang benar. Pendidikan yang ada saat ini tak cukup membuat seseorang menjadi muslim yang bertakwa. Karena sistem pendidikannya memisahkan agama dari kehidupan. Islam hanya diajarkan sebagai ibadah ritual sehingga untuk memandang kehidupan generasi muslim menggunakan cara lain yaitu kapitalisme sekularisme yang berasal dari Barat.
Sementara dalam Islam, jika harus merawat orang tua mereka akan merawat dengan sabar dan penuh keikhlasan. Allah Ta'ala berfirman: "Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Ia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (TQS. Al-Isra ayat 23)
Nah, kalau pemuda sudah mengkaji Islam dan terbentuk kepribadian Islamnya pasti bisa mengamalkan perintah tadi sesulit apa pun kondisinya. Tetapi individu akan susah taat jika lingkungannya masih sekuler. Artinya, lingkungan juga harus ikut mensuasanakan hal-hal yang mendukung kepada ketaatan. Dan ini bisa kita dapatkan jika kita hidup dalam masyarakat Islami.
Masyarakat yang Islami akan menilai seseorang berdasarkan ketakwaan bukan materinya. Maka, mestinya pemuda tak usah minder ketika dirinya kesusahan secara ekonomi. Dan sejatinya, merawat orang tua yang sakit akan dianggap sebagai sebuah prestasi. Karena ini akan menghantarkan seorang anak menuju surga.
Tapi, masyarakat yang Islami ini tidak akan mungkin ada kalau negaranya tak mensuasanakan. Semestinya negara harus mensuasanakan dengan menerapkan aturan Islam secara keseluruhan. Nah, dalam kitab-kitab fikih istilah ini disebut Kh!l4f4h. Kh!l4f4h akan menerapkan sistem pendidikan Islam. Sistem pendidikan Islam sungguh luar biasa, karena mampu mencetak generasi yang berkepribadian Islam secara massal. Sebab, tujuannya sendiri adalah untuk membentuk generasi yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islami. Jadi, tak hanya pintar masalah dunia saja. Dan sistem Islam tak akan menjadikan laki-laki merasa pusing terancam eksistensinya akibat tidak mempunyai pekerjaan. Karena Kh!l4f4h akan menyediakan lapangan kerja yang luas untuk seluruh pencari nafkah. InsyaAllah lapangan kerja akan tersedia karena untuk mengelola sumber daya alam yang wajib dikelola secara mandiri oleh negara, negara butuh banyak tenaga kerja ahli maupun teknisi. Kalaupun ada yang berminat menjadi pengusaha, maka negara akan memberikan modal. Jadi, seorang laki-laki di dalam Islam tidak perlu bingung dan kelimpungan mencari pekerjaan.
Bila sudah dijamin seperti demikian, tetapi masih ada anak yang durhaka dan membunuh bapaknya, maka negara akan menerapkan sanksi tegas sesuai dengan Islam atau sistem uqubat. Bagi pelaku pembunuhan, sanksinya adalah qishash. Sebagaimana firman-Nya dalam QS al-Baqarah ayat 178.
Dengan begitu, maka, orang yang mau membunuh jadi berpikir jutaan kali. Sebab, sistem sanksi dalam Islam itu mempunyai fungsi yang luar biasa yaitu sebagai zawajir (menimbulkan efek jera) dan jawabir (menghapuskan dosa).
Negara Islam juga punya aturan bahwa seorang anak yang membunuh orang tuanya, maka ia tak berhak mendapat warisan, "Tidaklah seorang pembunuh berhak mewarisi harta orang yang dibunuhnya".
Jika sistem Islam ini diterapkan secara sempurna, pasti kasus pembunuhan tak akan bakalan semasif hari ini. Wallahu a'lam. [my]
Baca juga:

0 Comments: