Headlines
Loading...
Oleh. Yuki Zaliah (Pemerhati Remaja)

Diduga ‘demi konten’ para remaja dan anak-anak nekat menghentikan truk secara paksa di Exit Tol Gunung Putri, Desa Gunung Putri, Kecamatan Gunung Putri, Bogor. (www.republika.co.id)

Nyawa Remaja Seolah Tidak Berharga

Seakan kekurangan bahan untuk dijadikan konten, para remaja dan anak-anak melakukan penghadangan paksa  terhadap truk yang melintas di Exit Tol Gunung Putri, Bogor. Dari yang terekam oleh CCTV, kegiatan ini biasa dilakukan pada malam hari. Namun nahas, hari Sabtu siang, 14 Januari 2023, satu remaja tewas tertabrak truk yang dihadangnya.

Di belahan Indonesia lainnya, tepatnya di Palembang, tragedi berdarah-darah juga dilakukan oleh para remaja. Tawuran yang biasa terjadi sempat terhenti saat pandemi, kembali terjadi menjelang tahun baru dan mengalami puncaknya pada hari Minggu tanggal 15 Januari 2023 yang menewaskan satu orang remaja. (www.sumeks.disway.id)

Semakin ke sini tujuan hidup para remaja semakin tidak jelas ke arah mana yang hendak mereka capai. Nyawa seolah tidak lagi berharga. Normalnya, manusia akan menghindari apa-apa yang membahayakan jiwa mereka. Akan tetapi, para remaja Indonesia ini justru mendatangi bahaya. Apa yang sebenarnya ingin mereka raih? 

Darah Muda Salah Arah

Seperti lagu penyanyi dangdut legendaris Roma Irama. Darah muda darah yang berapi-api. Selalu merasa gagah dan tidak mau mengalah. 

Setiap manusia memiliki naluri untuk mempertahankan diri atau mencari eksistensi diri. Terutama mereka yang berusia remaja, ingin lebih unggul dibandingkan dengan yang lain. Sayangnya, mereka salah dalam memilih eksistensi yang hendak mereka capai. Sebenarnya karakter jiwa remaja yang demikian sangat bermanfaat jika diarahkan kepada hal yang positif.

Luapan energi manusia berdarah muda ini butuh disalurkan. Kalau saja mereka memiliki kegiatan positif yang menghabiskan waktu mereka, tidak akan sempat untuk melakukan hal-hal negatif. 

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,

وَنَفْسُكَ إِنْ أَشْغَلَتْهَا بِالحَقِّ وَإِلاَّ اشْتَغَلَتْكَ بِالبَاطِلِ

“Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil."

Namun, sistem kapitalis yang dianut oleh banyak negara di dunia ini secara perlahan tapi pasti menggiring para remaja untuk mencapai standar kebahagiaan dan kepuasan yang semu. Sistem sekular membuat kondisi remaja hidup seperti tanpa ibu. Dibebaskan begitu saja tanpa adanya pemantauan. Sehingga tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Mana yang harus dilakukan dan mana yang harus dihindari. Mereka bergerak sesuka hati. Hingga menimbulkan keresahan dalam masyarakat.

Sistem kapitalis seperti hukum rimba, siapa yang kuat, dialah yang mampu bertahan hidup. Dialah yang akan memimpin manusia lainnya. Pemahaman ini membuat sesama manusia saling menjatuhkan, saling mengalahkan dengan cara apapun. Dalam hal berkonten pun sama, mereka berlomba memperbanyak followers. Sehingga tidak jarang konten di luar nalar orang normal juga sering menghiasi gemerlap dunia media sosial. Sungguh ini bukan hal yang patut dijadikan visi oleh para remaja Indonesia, terkhusus remaja muslim.

Remaja dalam Naungan Islam

Jika kita mempelajari tentang sejarah peradaban Islam, kita akan menjumpai banyak sekali remaja yang berkualitas. Mereka mencurahkan luapan energi di jalan yang diridhoi Allah swt.

Contoh remaja berprestasi yang akrab kita baca sejarahnya adalah Muhammad Al Fatih. Sosok panglima perang yang mampu menakhlukan Konstantinopel di usia 21 tahun.

Juga dalam perang Badar. Ada dua bersaudara Mu’awwidz bin Afra dan Mu’adz bin Afra ra yang masih berusia belia turut memerangi kaum Quraisy. Abdurrahman bin Auf sempat menyangsikan kelihaian mereka dalam berperang karena usia mereka masih tergolong anak-anak. Akan tetapi, tanpa keraguan sedikitpun, kakak beradik itu menyerang Abu Jahal. Mereka menaruh rasa benci terhadap Abu Jahal karena Abu Jahal selalu mencaci Nabi Muhammad saw.

Energi darah muda dalam naungan Islam diarahkan untuk memperjuangkan agama Allah swt. Sehingga bagi mereka yang syahid di medan perang mendapat gelar terhormat sebagai syuhada. Bagi mereka yang menang mendapatkan kedudukan yang mulia. Tidak mati sia-sia seperti yang dialami oleh remaja dalam berita di atas.

Dalam Islam setiap individu diwajibkan untuk menuntut ilmu. Agar mampu memahami mana yang benar dan mana yang salah. Mereka mampu membedakan antara halal, haram, sunnah, mubah, dan makruh. Hati mereka senantiasa terhubung dengan Allah swt. Para remaja memahami tujuan hidup mereka yang sebenarnya yakni untuk beribadah kepada Allah swt. Mereka pun tahu bahwa suatu saat akan mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya di hadapan Allah swt.

Kegemilangan ini tercapai karena negara pada saat itu menerapkan Islam secara menyeluruh termasuk ke dalam kurikulum pendidikannya. Fasilitas pendidikan yang berkualitas diberikan secara cuma-cuma kepada umat. Dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.

Karena itu tidak heran, peradaban Islam mampu melahirkan para cendekiawan yang berpengaruh di dunia. Beberapa di antaranya  Al-Khawarizmi yang menemukan konsep aljabar, aritmatika, dan logaritma dalam matematika. Ibnu Sina yang berhasil meraih gelar dokter ahli di usianya yang ke-16 tahun. 

Tidak hanya pada sistem pendidikan, dalam sistem peradilan Islam juga mampu memberi efek jera bagi mereka yang melakukan kejahatan. Sehingga tidak akan mengulangi perbuatan jahat lagi. Selain itu, hukum yang diberikan menjadi peringatan bagi yang melihat agar tidak melakukan kejahatan yang sama. Hal ini terbukti dengan menurunnya kasus kejahatan dalam era kepemimpinan Islam.

Masyarakat dalam tatanan Islam selalu melakukan amal ma'ruf nahi mungkar, mengajak dalam kebaikan dan mencegah terjadinya keburukan. Hal ini menjaga masyarakat, terutama remaja agar senantiasa berada dalam lingkungan yang kondusif.

Semua itu tidak akan kita dapatkan selama masih berada dalam naungan sistem kapitalis sekular yang memisahkan agama dari kehidupan. Sistem kapitalis membuat umat Islam melupakan tujuan akhir hidup mereka yakni alam akhirat yang kekal.

Maka dari itu, kita butuh sebuah sistem yang dapat menyelesaikan permasalahan remaja pada saat ini. Sistem yang sudah terbukti melahirkan generasi terbaik sepanjang masa yakni sistem yang berasaskan akidah Islam. Wallahu a'lam bishawwab.

Baca juga:

0 Comments: