
OPINI
Paylater Pada Generasi, Antara Kemudahan atau Jebakan ?
Oleh. Irmawati
(Aktivis Dakwah Kampus)
Teknologi saat ini semakin berkembang dan memfasilitasi manusia untuk memenuhi kebutuhan hanya dengan satu genggaman. Banyak fitur yang dihadirkan untuk itu semua, salah satunya adalah paylater yang diterapkan pada setiap e-commerce. Paylater merupakan fasilitas pinjaman atau kredit digital dengan menggunakan dana talangan dari perusahaan aplikasi, kemudian pengguna membayar tagihannya ke perusahaan aplikasi.
Berdasarkan riset Kata Data Insight Center dari survey yang dilakukan dari 5.204 responden terdapat sebanyak 16.5 persen pengguna fitur paylater termasuk kalangan milenial atau gen Y. Sedangkan pengguna fitur paylater dari kalangan gen Z berjumlah 9.7 persen lebih banyak jika dibandingkan dengan kalangan gen Y atau milenial. (Republika.co.id, 15/01/2023)
Relawan Edukasi Anti Hoaks Indonesia menjelaskan skema paylater memiliki kemiripan dengan kartu kredit pada umumnya yang memberikan batas berbelanja. Umumnya paylater memberikan kemudahan transaksi yang cepat dan efisien yang digunakan oleh gen Z untuk membeli produk mode dan aksesoris, gawai, dan fesyen. Selain itu, paylater juga memiliki cara kerja dengan konsumen membeli barang atau jasa di merchant dengan konsumen memiliki tenor pembayaran sesuai kebutuhan misalnya 30 hari sampai 12 bulan serta memberikan skema yang memberikan jaminan yang lebih rendah sehingga mampu menarik konsumen yang menggunakan fitur ini.
Pada sisi yang lain, "Insitute for Development of Economic Studies (Indef)" menjelaskan akibat pemahaman rendah terkait risiko paylater ditambah dengan mitigasi resiko gagal bayar yang lemah memicu fitur Buy Now Pay Later berakhir dengan utang yang melilit. Fitur paylater yang berujung utang pada media sosial bukan permulaan terjadi tetapi telah berulang kali. Salah satunya ada sejumlah pengguna twitter membagikan tangkapan layar yang menunjukan tagihan paylater yang membuat sesak untuk membayar.
Secara keseluruhan, OJK pada September lalu menyatakan bahwa angka kredit macet paylater mencapai 7.61 persen. Kasus–kasus pinjaman macet tersebut semakin meningkat dan banyak menimpa pada pengguna berusia dibawah 19 tahun yang belum berpenghasilan. Gen Z cenderung sebagai generasi yang paling adaktif terhadap teknologi, cenderung memilih fasilitas kredit melalui platform online seperti paylater dibanding kredit perbankan. Proses pengajuannya yang mudah serta membuat banyak orang lolos walaupun profil keuangan tidak layak diterima.
Pemuda saat ini, sadar atau tidak, telah terpapar perilaku hedonisme dan konsumerisme yang dimanfaatkan oleh rentenir gaya baru untuk menjerat mangsa. Sebagai buah diterapkannya sistem dalam masyarakat yang hanya berorientasi pada materi semata yang masuk dalam benak pemuda yang lebih mengutamakan gaya hidup dari pada apa adanya.
Sungguh penerapan kapitalis hari ini telah membawa generasi pada perilaku hedonisme yang lebih dalam. Berbagai kesenangan ditawarkan kepada generasi yang membuat mereka berlomba-lomba untuk meraihnya yang secara nyata telah mengesploitasi keinginan manusia sesuai pola yang mereka jalankan guna mempertahankan pengaruhnya. Dibenaknya penting memiliki barang-barang branded tanpa memandang halal atau haram. Apalagi saat ini, sistem pendidikan dijauhkan dari islam yang melahirkan darinya rancangan kurikulum dan aplikasi yang tidak mampu membentuk anak dalam standar memilih pengaruh yang boleh diikuti dan tidak diikuti. Pendidikan justru ditekankaan pada kemanpuan akademis semata dan menjauhkan pendidikan yang fokusnya pada pemahaman yang benar, yakni dengan Islam. Walhasil, pemuda hari ini kehilangan arah dan identitas yang sesungguhnya sebagai muslim.
Paylater menjadi akses untuk memudahkan pinjam uang, memberikan peluang untuk memenuhi keinginan untuk mengikuti gaya hidup barat tanpa memiliki standar. Mirisnya, Negara yang seharusnya bertanggung jawab dan berperan penting dalam menentukan arah dalam memenuhi kebutuhan warganya justru memfasilitasi sesuatu yang haram tersebut dengan dalih seperti yang terdaftar di OJK, bunga rendah, tanpa syarat adanya penghasilan dan lain-lain. Sehingga hal ini biasa bahkan memudahkan. Namun, realitasnya berbeda. Paylater yang katanya memberikan kemudahan justru menjadi jebakan untuk penggunanya dan merusak pemuda di masa depan.
Berbeda dengan Islam. Pemuda dalam Islam dipandang sebagai aset utama di masa yang akan datang. Pemuda juga terkategori manusia berusia produktif dengan banyak potensi untuk melakukan suatu perubahan. Hidup dan pendidikan pemuda dijamin sehingga aman dari bahaya gaya hidup barat karena mendapatkan pendidikan berkualitas yang menerapkan kurikulum berbasis akidah Islam. Dengan merujuk pada penguatan akidah dan pemikiran Islam dan mampu membangkitkan, serta mengarahkan potensi pemuda sesuai fitrah manusia.
Selain itu, Islam juga memberikan pengaturan kehidupan sejak dini mulai usia pra-balig hingga pendidikan tinggi. Di sisi lain, potret bahwa Islam memberikan jaminan pendidikan adalah dengan memberikan fasilitas dan jaminan yang layak dengan harga murah. Sehingga keberhasilan pendidikan yang dicapai ketika Islam kafah menjadi asas dalam sistem pendidikan tidak perlu diragukan.
Di masa Dinasti Abbasiyah di bawah kepemimpinan Harun Ar-Rasyid, Islam mengalami masa keemasan gemilang yang ditandai dengan didirikan bangunan untuk sosial, seperti rumah sakit, lembaga pendidikan, dan farmasi. Adapun di kota Bagdad lahir para ilmuan, ulama, filsuf dan sastrawan islam yang ternama, seperti al-Khawarizmi (ahli astronomi dan matematika), al-Kindi (filsuf arab pertama), dan ar-Razi ( filsuf, ahli fisika,kedokteran). Selain itu, juga tercatat beberapa lembaga pendidikan dengan menggunakan kurikulum pendidikan yang sangat maju sebagai symbol kegemilangan Islam masa itu adalah seperti Nizamiyyah di Bagdad, Al-Azhar di Mesir, al-Qorawiyyin di Fez, Maroko, Sankore di Timbuktu, Mali Afrika.
Pencapaian para pemuda di masa kegemilangan Islam menunjukkan bahwa para ulama dan khalifah memperhatikan dengan serius teknologi dan ilmu pengetahuan. Sehingga untuk mewujudkan peran pemuda sebagai agen perubahan dan harapan umat hanya akan terwujud dengan penerapan Islam kafah. Mereka memiliki pola pikir dan pola sikap sesuai tuntunan Islam dengan tidak mudah terjebak oleh gaya hidup barat.
Wallahu a'lam bishawwab.
Baca juga:

0 Comments: