
OPINI
Ketika Perempuan dan Anak-anak dalam Kepungan Sekulerisme
Oleh. Dewi Humairah
Nyawa dalam sistem sekularisme saat ini terasa sangat tidak berharga lagi, terlebih nyawa makhluk lemah berupa perempuan dan anak-anak. Seperti yang beberapa wakru ini terjadi ditemukannya mayat perempuan yang dimutilasi. Entah ini sudah kasus yang ke berapa kali, tapi yang pasti kasus mutilasi kepada perempuan sering terjadi.
Polda Metro Jaya telah menyatakan wanita rnenjadi korban mutilasi di Bekasi bernama Angela Hindriati Wahyuningsihn. Berdasarkan penelusuran Beritasatu.com, Angela diketahui merupakan seorang mantan aktivis Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) yang dinyatakan hilang sejak Juni 2019. Hal itu diketahui dari cuitan aktivis lingkungan hidup dan mantan Direktur Eksekutif Walhi Indonesia, Chalid Muhammad pada 16 November 2019.
"Kawan kami mantan aktivis walhi dinyatakan hilang oleh keluarga sejak Juni 2019. Bantu sebar ya, siapa tau ada yang pernah melihat atau mengetahui. #saveanggel #oranghilang," cuit Chalif saat itu yang dikutip Beritasatu.com atas seizin Chalid pada hari Sabtu 7 Januari 2023.
Kejadian lain juga menimpa seorang anak bernama Malika yang diculik hampir satu bulan. Ibunda Malika menceritakan kesaksian anaknya selama hampir satu bulan diculik oleh pemulung di Gunung Sahari, Jakarta Pusat (Jakpus). Onih menyebut anaknya kerap dimarahi hingga dipukul oleh pelaku bernama Iwan Sumarno (42). Awalnya Onih menceritakan saat bertemu dengan anaknya setelah 26 hari terpisah, Malika merasa capek dan kakinya pegal-pegal. Malika, menurut Onih setiap hari diajak berjalan memulung barang bekas siang dan malam oleh pelaku.
Telah nyata betapa bahaya kondisi para perempuan dan anak di sistem rusak saat ini. Yang seharusnya dilindungi, dijaga sepenuh hati malah seringnya mendapat perlakuan yang tidak manusiawi. Tentunya masih banyak lagi para perempuan dan anak di luar sana yang terancam bahaya dan tidak terekspos media.
Sungguh miris, masalah sepelik ini tidak ada yang bisa mengatasi bahkan sekelas negara. Negara seakan-akan lepas tangan dan menunjukkan tanda tak mampu melindungi para perempuan dan anak. Negara juga secara tak langsung menunjukkan tabiatnya sebagai negara yang abai terhadap keamanan rakyatnya.
Seharusnya negara ibarat payung yang melindungi rakyatnya. Negera ibarat pelayan yang siap 24 jam penuh melayani rakyatnya. Tapi sudah bukan rahasia lagi, kalau negara saat ini hanya memikirkan kehidupannya sendiri hingga lupa tanggung jawabnya sebagai pemimpin umat.
Sangat berbeda dalam aturan Islam yang dimana perempuan dan anak sangat dimuliakan, dihargai, dilindungi dan pastinya terjaga keamanannya. Bahkan pernah dikisahkan dulu ada seorang perempuan muslimah saat di pasar dilecehkan oleh laki-laki Yahudi dengan sedikit menyingkap pakaian muslimah itu. Perempuan muslimah tadi merasa terlecehkan dengan sikap laki-laki yahudi itu, lalu berteriaklah memanggil khalifah untuk meminta pengadilan atas masalah yang menimpanya ini. Dan lihatlah bagaimana respon khalifah mendengar berita ini, dimana khalifah langsung memerintahkan semua pasukannya untuk mengepung pemukiman laki-laki Yahudi tadi sampai Yahudi tadi mengaku salah dan mendapat keadilan hukum.
Sungguh hebat sekali bukan sikap khalifah dalam sistem Islam? Bayangkan jika masalah serupa dialami perempuan saat ini, maka akan seperti apa respon khalifah?
Jadi, jika diminta memilih, masihkah memilih untuk bertahan dalam sistem saat ini atau hijrah kepada sistem Islam yang terbukti memuliakan perempuan?
Wallahu'alam bi shawab. [ ]
Baca juga:

0 Comments: