Headlines
Loading...
Oleh. Ratty S Leman

Siang yang sangat terik. Ning mengipasi si kecil Rafi. Pukul 14.30 pintu diketuk Pak Mul, tukang ojek langganan kami untuk menjemput sekolah Faiz.

 "Assalamu'alaikum!" salam Pak Mul. 

"W'alaikumsalam," jawab Ning. Segera dibukanya pintu untuk menyambut Faiz pulang sekolah. 

"Terimakasih, Pak Mul," kata Ning. 

"Sama-sama, Bu", jawab Pak Mul sambil pamit. 

Faiz membawa bungkusan hadiah. Hadiah apa ini? Ning segera mengambil handpone dan menanyakan kepada Pak Nana guru kelasnya.

 "Assalamu'alaikum Pak Nana, afwan ini Faiz membawa bungkusan hadiah. Hadiah apa ya?" tanya Ning. 

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wa barakaatuh. O iya Bu, Faiz menang juara pertama lomba membuat komik di sekolah," jawab Pak Nana. 

"Juara membuat komik?" tanya Ning mengenyitkan dahi. 

"Iya, Bu. Komiknya bagus. Langsung menggambar tanpa ada yang dihapus. Spontan dan khas," lanjut Pak Nana memberi keterangan. Ning masih bengong belum percaya, 

"Oh, baiklah Pak, jazakallah khairan katsir atas bimbingannya," sahut Ning. 

"Wa anty jazakillah khair Bu,"jawab Pak Nana. 

Ning masih menatap bungkusan hadiah itu. Faiz segera mengambil dan membukanya. Sebuah tempat pensil dan isinya. Hadiah itu memang tak seberapa, tapi Faiz sangat senang menerimanya. Mulailah dia menggambar dengan pensil barunya. Tumpukan kertas bekas di meja kerja ayahnya diambilnya.

Alhamdulillah ya Allah, anakku bisa menunjukkan prestasinya di sekolah. Laporan hari ini sungguh menyejukkan dibandingkan laporan-laporan sebelumnya. Biasanya laporan yang kami terima adalah Faiz masuk-masuk kelas lain, Faiz kabur mau pulang ke rumah, Faiz cakar-cakaran sama temannya. 

Tak disangka, kegemarannya menggambar diapresiasi di sekolah. Memang buku-buku pelajarannya sering habis untuk menggambar bebas dibandingkan untuk menulis mata pelajaran. Namun bagi Ning itu tidak masalah. Buku habis tinggal beli lagi jika itu memang hobinya menggambar. Namun Ning sudah berpesan pada Faiz jika menggambar di buku khusus menggambar saja, jangan dicampur dengan buku pelajaran. Namun, terkadang saran itu belum dihiraukan Faiz. 

Jika anak-anak sebayanya setiap hari jajan kue atau susu kotak, Faiz lebih suka jajan buku untuk menggambar. Dalam 1 hari buku habis digambarnya dengan coretan gambar khas anak-anak. Jika bukunya habis dia mencari kertas bekas di meja ayahnya untuk menggambar. Namun seringkali dia menggambar di tembok, di lantai, di lemari, di bantal dan guling. Ah, anak ini tak lelah tangannya untuk menggambar dan corat-coret. 

Ning membiarkannya karena menurutnya ini aktivitas yang lebih baik daripada naik-naik teralis, meja, kursi atau naik pohon rambutan di depan rumah. Biarlah tangannya yang aktif daripada kakinya yang aktif, batinnya.

Dibiarkan tangan kecil Faiz memenuhi semua tembok rumah, semua lantai dan benda apa pun. Sudah seringkali diberitahu bahwa jika ingin menggambar di kertas saja, tapi tetap saja dia bereksplorasi di berbagai media yang ada. Lengah sedikit saja sudah habis digambarnya seluruh dinding rumah. 

Melihat minat Faiz, seringkali Ning mengarahkan anaknya ini dengan cara membuat komik sederhana. Tak diduganya ternyata bermanfaat juga arahannya. Hati ini Faiz mendapat hadiah juara pertama membuat komik. Selama ini Ning merasa banyak orangtua hanya melihat sisi buruk anak saja. Sukanya corat-coret dinding membuat kotor. Tak terpikir bahwa kegemaran ini bisa diarahkan ke suatu kreatifitas diantaranya membuat komik sederhana. 

Bahagia rasanya hati Ning, bisa membersamai anak dalam tumbuh kembangnya. Inilah yang diharapkannya. Ning ingin dia yang mewarnai pengasuhan dan pendidikan anaknya. Diambilnya kewajiban utama dan pertama sebagai seorang ibu, yakni 'madrasatul ula' bagi anak-anaknya. Ning sadar menjadi Ibu adalah kewajiban. Ning tidak akan meninggalkan yang wajib hanya untuk mengerjakan yang mubah. Jika surga bisa didapatkan di dalam rumah, mengapai harus bercapek-capek mengejar surga di luar rumah. 

*
Alhamdulillah semakin hari semakin baik perkembangan Faiz. Ning dan suami sangat bersyukur. Sikapnya makin baik dan nilai-nilai sekolahnya pun juga baik seperti anak-anak lainnya. Bahkan ada beberapa mata pelajaran yang dia unggul.

Setelah juara komik di sekolah, juara berikutnya adalah juara Kegiatan Harian Siswa (KHS). Sebagai anak yang harus runut aktivitasnya dalam keseharian, pola kegiatan harian siswa ini sangat membantu. Dia memang belum bisa bangun pagi-pagi untuk tahajud, namun sholat subuh dia rutin mengerjakannya. Setelah sholat dia mengaji untuk setoran tahsin dan tahfiz di sekolah. Sarapan pagi lalu mandi dan bersiap-siap ke sekolah. Dia sekolah dari jam 7 pagi hingga sore. 

Sore hari sepulang sekolah dia sholat ashar kemudian langsung mencari kertas untuk menggambar. Setelah puas menggambar dia istirahat sejenak sambil makan sore. Setelah makan dicarinya aktivitas lagi seperti mewarnai, menggunting, meronce, kolase, membaca majalah bergambar dan aktivitas motorik halus lainnya. Itulah kegiatan yang Ning rancang untuk Faiz.

Kegiatan motorik kasarnya sudah cukup baik. Tidak usah disuruh dia sudah merangkak cepat saat bayinya dulu. Setiap hari berlari ke sana ke mari, naik pohon dan loncat-loncat. Kegiatan motorik halusnya yang harus dilatih agar dia bisa tahan duduk lebih lama dan focus pada hal-hal yang detail. 

*
Sebagai autisi kegiatan harian siswa yang harus dikerjakannya di rumah tak mengalami kendala. Bahkan jauh sebelum sekolah membuat KHS ini, Ning sudah menjadwalkan kegiatan Faiz sehari-hari dengan sangat rinci. Bukan hanya kegiatan harian, namun kegiatan mingguan, bulanan dan tahunan pun dibuat Ning untuk memudahkan program Faiz.

Alhamdulillah beberapa kali juara KHS juga didapatkan Faiz setiap semesternya. Prestasi demi prestasi diraihnya meski kesembuhan tanpa bekas belum didapatnya. Ning dan suami sangat mengingkan kesembuhan yang sempurna, namun Allah masih mensisakannya sedikit. Mungkin Allah ingin agar mereka selalu bersandar kepada Allah, mengingat Allah terus dan tidak melampaui batas atau sombong jika Faiz diberi kesembuhan yang sempurna tanpa bekas. 

Namun doa meminta kesembuhan tanpa bekas selalu dipanjatkan oleh mereka agar kelak Faiz bisa memaksimalkan potensi yang sudah Allah berikan dengan sebaik-baiknya untuk beribadah total hanya kepada Allah Ta'ala.

Tangisan Rafi, adiknya Faiz membuyarkan lamunan Ning. Hasbunallah wa nikmal wakil nikmal maula wa nikman nasir. Laa haula wa laa quwwata illa billah.

Baca juga:

0 Comments: