
OPINI
Harga Komoditas Naik, Hidup Kian Tercekik
Oleh Afiyah Rasyad
Praktisi Pendidikan dan Aktivis Peduli Umat
Duhai, pelik nian kehidupan saat ini. Krisis multidimensi terus menjangkiti, terlebih kesulitan ekonomi pasca naiknya harga BBM. Sudah jamak diketahui, kenaikan BBM akan diikuti dengan kenaikan harga berbagai komoditas, termasuk komoditas kebutuhan pokok masyarakat. Sementara penghasilan masyarakat belum tentu naik secara signifikan atau presentasenya setara dengan kenaikan harga BBM.
Sebab Utama Harga Komoditas Naik
Dikabarkan oleh beberapa media, ribuan buruh kembali menggelar aksi demo di Patung Kuda, Jakarta, pada Rabu, 12 Oktober 2022. Salah satu tuntutan demo buruh adalah meminta kenaikan upah pada tahun 2023. "Kami minta naik upah sebesar 13 persen," kata Bais, salah satu orator dari Partai Buruh.
Selain menuntut kenaikan upah minimum, massa buruh yang terdiri dari petani, nelayan, guru, hingga ojek online ini membawa 6 tuntutan lain, di antaranya:
1. Tolak kenaikan harga BBM
2. Tolak Omnibus Law UU Cipta Kerja
3. Naikkan UMK/P tahun 2023 sebesar 13 persen
4. Tolak PHK besar-besaran di tengah ancaman resesi global
5. Reforma Agraria
6. Sahkan RUU PRRT.
Mereka menegaskan bahwa bakal ada aksi yang lebih besar jika keenam tuntutan tersebut masih tidak didengar oleh pemerintah. (Tempo.co, 15/10/2022)
Apa yang menjadi tuntutan massa aksi buruh ini merupakan suara hati masyarakat luas. Kebijakan yang ada menyulitkan dan mencekik kehidupan rakyat. Ibarat kata peribahasa "Hidup segan mati pun tak mau", itulah kondisi hidup rakyat saat ini. Himpitan ekonomi yang mencekik membuat hidup rakyat semakin sulit ketika terus menghadapi berbagai kenaikan harga. Mulai BBM, hingga komoditas sembako (sembilan bahan pokok) yang menjadi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kenaikan harga semua komoditas, jelas membuat setiap rumah tangga kelimpungan untuk mencukupi kebutuhan pokoknya, khususnya bagi rakyat yang bergaji rendah dan tak mempunyai gaji tetap. Untuk kebutuhan hidupnya sekarang saja belum tentu ada. Betapa banyak rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan? Belum lagi, lapangan pekerjaan teramat sulit. Rakyat kian tercekik, hingga banyak di antara mereka yang berselimut putus asa.
Adapun bantuan-bantuan sosial yang diprogramkan pemerintah belumlah merata. Besaran jumlahnya pun sangat tidak memadai untuk kebutuhan sebulan. Meskipun demikian, banyak rakyat yang masih berharap akan kucuran bantuan sosial; yang entah kapan cairnya, apakah bisa setiap bulan atau kah tidak?
Luapan arus demo buruh merupakan sebuah kekecewaan besar terhadap kebijakan yang tidak pro rakyat. Inilah kebijakan yang ada dalam sistem Kapitalisme. Negara terlihat bermalas-malasan dalam memenuhi kebutuhan pokok setiap individu rakyat. Asas manfaat akan mendorong negara untuk melakukan apa pun dari paradigma untung dan rugi. Melayani urusan rakyat dan membuka lapangan kerja dianggap beban negara. Hubungan antara negara dan rakyat bagaikan penjual dan pembeli dalam transaksi jual beli.
Negara yang mengadopsi sistem Kapitalisme cenderung mengabaikan hati nurani. Negara akan mengeruk keuntungan besar meskipun dengan mengorbankan rakyat. Meskipun keuntungan itu semu, negara akan terus berbaik hati pada para korporasi demi permen yang bernama investasi. Padahal, ketika kebijakan pro korporasi, kerusakan SDA dan sulitnya hidup SDM di negeri ini nyata dirasakan. Eksploitasi menjadi ciri khas para korporasi yang telah berinvestasi.
Islam Menjamin Kebutuhan Rakyat
Tentu saja sistem Kapitalisme bukanlah atmosfer yang cocok untuk manusia. Sebab, yang disejahterakan dan tercukupi kebutuhan hidupnya adalah segelintir orang saja. Oleh karena itu, rakyat membutuhkan sistem aturan yang menjamin kesejahteraan dan kebutuhan mereka dengan adil dan merata. Maka, sistem itu haruslah bersumber dari Dzat Yang Maha Kuasa dan Maha Tahu atas segala sesuatu. Dialah sistem Islam.
Islam adalah agama paripurna dan diridai oleh Allah Swt. Islam adalah agama ritual sekaligus ideologi yang mengatur setiap aspek kehidupan. Termasuk sistem ekonomi Islam beserta dalil-dalilnya 'syumuliyah' (menyeluruh) dan ittisa’ (keluasan) untuk memecahkan dan menyelesaikan seluruh masalah ekonomi yang dihadapi manusia. Baik dalam kehidupan dunia maupun Yaumil Akhir; tentang harta, yang mencakup kepemilikan, pengelolaan, dan distribusinya.
Sungguh, sistem ekonomi Islam akan memberikan perhatian khusus bagi setiap individu rakyat. Negara akan menjamin kebutuhan pokok rakyat dengan mekanisme langsung dan tak langsung. Negara akan membuka lapangan kerja untuk memotivasi dan memudahkan kaum Adam dalam menafkahi keluarganya. Jika tak ada seorang pun yang bertanggung jawab atas nafkah, maka negara akan menjamin langsung kebutuhan pangan, sandang, dan papan keluarga tersebut. Sementara kebutuhan akan keamanan, kesehatan, dan pendidikan tetap dijamin sepenuhnya oleh negara secara langsung.
Dalam kepemilikan, Islam mendorong negara untuk membina dan motivasi rakyat agar meraih dan mengelola harta kepemilikan individu secara syar'i. Harta kepemilikan umum seperti air, padang gembala, dan api wajib dikelola negara dan hasilnya didistribusikan untuk kebutuhan komunal rakyat. Islam mengharamkan kepemilikan umum diserahkan pengelolaannya pada individu, swasta, ataupun asing.
Demikianlah sistem ekonomi Islam pernah diterapkan sejak masa Baginda Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wassalam hingga Khilafah Islam terakhir, Turki Utsmani. Kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan primer hingga tersier rakyat dijamin oleh negara. Orang miskin tidak akan merasakan penderitaan yang berkepanjangan. Hidupnya tak akan tercekik ketika Islam diterapkan. Sebab, harta milik negara, terutama dari pos zakat (baik mal, ternak, perniagaan, pertanian, dan fitrah) akan didistribusikan untuk 8 ashnaf secara berkala.
Islam menjamin kebutuhan setiap individu rakyat. Pembinaan dan suasana keimanan juga akan dijamin, sehingga tak ada penguasa, terutama khalifah yang akan mengkhianati amanahnya sebagai pelayan rakyat. Khalifah Umar bin Khattab pernah menangis saat mengetahui ada rakyatnya yang kelaparan. Beliau bahkan akan menangis saat mengetahui ada keledai yang terperosok di jalan. Beliau tak segan-segan memanggul bahan kebutuhan pangan dan memasakannya sendiri di rumah keluarga miskin. Pemimpin dalam Islam akan menyadari hubungannya dengan Allah. Dia juga menyadari bahwa kelak kepemimpinannya akan dimintai pertanggungjawaban di alam keabadian. Saatnya penguasa muslim berpikir dengan jernih bahwa aturan yang diterapkannya saat ini sangat tidak layak.
Hendaknya mereka mengganti sistem Kapitalisme dengan sistem Islam. Demikian pula kaum muslimin. Mereka seharusnya 'tsiqah' berjuang untuk melanjutkan kehidupan Islam agar keberkahan meliputi langit dan bumi.
_Wallahu a'lam bishawwab_.
Baca juga:

0 Comments: