Headlines
Loading...
From Gaza to Sudan: Luka yang Tak Benar-Benar Sembuh

From Gaza to Sudan: Luka yang Tak Benar-Benar Sembuh

Oleh: Hana Salsabila A.R
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com — Belum sembuh luka lama, dunia kembali diperlihatkan luka baru yang baru saja terbuka.

Luka pertama, Gaza. Ia dinyatakan telah merdeka sejak disepakatinya gencatan senjata total antara Hamas dan Israel pada 10 Oktober lalu. Namun, euforia itu tidak bertahan lama. Sebab, bagaimana kita bisa percaya pada mereka yang sudah ratusan kali membohongi dan mengkhianati janji?

Mengutip Tempo.co (22/10/2025), dalam sepuluh hari sejak kesepakatan itu berlaku, hampir 100 warga Palestina tewas dan 230 lainnya luka-luka akibat serangan militer Israel. Serangan udara dan tembakan langsung terhadap warga sipil tetap terjadi meski kesepakatan damai masih resmi berlaku.

Belum sembuh luka Gaza, kini kita dihadapkan dengan luka selanjutnya, yakni Sudan. Mengutip Antara News (1/11/2025), perang ini berawal dari konflik perebutan kekuasaan antarfaksi militer RSF dan SAF yang kemudian meletus menjadi perang saudara. Jejak kekejaman terhadap warga sipil terungkap, mulai dari pembantaian, pengusiran, hingga pemerkosaan.

Disebutkan pula bahwa setidaknya 2.000 orang tewas, tetapi para saksi mengatakan jumlah sebenarnya bisa jauh lebih tinggi. Puluhan ribu warga sipil diyakini masih terjebak di kota tersebut.

Yang membuat konflik ini semakin miris adalah adanya campur tangan negara Arab, yakni Uni Emirat Arab (UEA). Dubai, ibu kota yang terkenal dengan kekayaannya, diduga memiliki hubungan bisnis emas ilegal dengan RSF yang kini menduduki Darfur dan menguasai tambang emas di sana.

Jika Gaza melawan musuh Islam yang jelas, maka Sudan melawan musuh yang munafik dan tidak tampak. Kita juga tidak boleh melupakan penderitaan Muslim Uyghur, Rohingya, dan lainnya. Padahal, dalam Islam nyawa manusia sangat berharga dan wajib dilindungi.

Sebagaimana disebutkan dalam petikan Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 32:

“...bahwa siapa yang membunuh seseorang bukan karena (orang yang dibunuh itu) telah membunuh orang lain atau karena telah berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Sebaliknya, siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, dia seakan-akan telah memelihara kehidupan semua manusia...”

Semua ini merupakan akibat dari wajah buruk sistem kapitalisme sekuler, sistem yang menciptakan sekat antarnegara, melahirkan manusia yang lemah, dan menumbuhkan hubbud dunya (cinta dunia).

Mesir, Dubai, dan banyak negara lainnya memang berwajah Muslim, tetapi tidak satu pun benar-benar merepresentasikan Muslim sejati. Mereka lemah dan terpecah oleh batas serta kepentingan pribadi masing-masing negara.

Konflik di negeri-negeri Muslim memang tampak rumit. Namun sejatinya, yang kita perlukan hanya satu: persatuan seluruh Muslim di bawah naungan satu negara, yaitu Khilafah Islam.

Faktanya, hingga kini belum ada satu pun kekuatan yang benar-benar mampu menghentikan seluruh kejahatan ini. Khilafah adalah negara pelindung bagi seluruh umat manusia—yang senantiasa meriayah rakyatnya dan menjaga darah mereka.

Itulah fungsi sejati dari sebuah negara, yang jelas tidak akan terwujud dalam sistem rusak ala kapitalisme saat ini. Sekali lagi, yang kita butuhkan adalah persatuan umat di bawah naungan Khilafah.

Wallahualam. [US]


Baca juga:

0 Comments: