Headlines
Loading...
Bullying dan Krisis Adab dalam Dunia Pendidikan

Bullying dan Krisis Adab dalam Dunia Pendidikan

Oleh: Aqila Fahru
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com – Ledakan yang terjadi di SMA 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Jumat, 7 November 2025, mengejutkan publik dan memunculkan kekhawatiran serius tentang kondisi psikososial pelajar di Indonesia. Polisi menyatakan bahwa terduga pelaku telah diketahui dan tengah menjalani operasi akibat luka dari insiden tersebut.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menegaskan bahwa penyelidikan masih berlangsung, termasuk pendalaman identitas, lingkungan sosial, dan latar belakang keluarga pelaku. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Budi Hermanto menyebut bahwa olah tempat kejadian perkara (TKP) masih dilakukan, sementara pemeriksaan saksi belum bisa dilaksanakan karena mereka masih dalam penanganan medis.

Seorang siswa yang tidak disebutkan namanya (Ilham) mengungkap bahwa pelaku dikenal menyendiri, memiliki ketertarikan pada gambar bernuansa ekstremisme, dan sering menonton video perang. Ia juga menyebut bahwa pelaku merupakan korban perundungan atau bullying yang tidak tertangani secara serius oleh lingkungan sekolah (cnnindonesia.com, 8/11/2025).

Fakta ini membuka tabir bahwa bullying bukan sekadar perilaku menyimpang individual, melainkan gejala sistemik yang telah lama mengakar dalam dunia pendidikan kita. Di berbagai daerah, kasus perundungan terus bermunculan, menunjukkan bahwa sekolah belum mampu menjadi ruang aman bagi tumbuh kembang peserta didik. Lebih dari itu, media sosial memperparah situasi dengan menjadikan bullying sebagai bahan candaan, konten viral, bahkan ajang pembuktian dominasi sosial.

Dalam banyak kasus, korban bullying tidak hanya mengalami tekanan psikologis, tetapi juga kehilangan rasa aman, harga diri, dan arah hidup. Sebagian dari mereka mencari pelampiasan melalui media sosial yang menyajikan konten ekstrem, penuh kekerasan, dan glorifikasi dendam. Ketika sistem pendidikan hanya berfokus pada capaian akademik dan prestasi materi, pembinaan karakter, adab, dan nilai ruhiyah menjadi terabaikan. Akibatnya, krisis adab menjadi keniscayaan, dan sekolah gagal menjalankan fungsi utamanya sebagai pembentuk kepribadian yang utuh.

Sistem pendidikan sekuler kapitalistik yang berlaku saat ini telah menunjukkan kegagalannya dalam membentuk generasi yang tangguh secara mental dan bermoral. Pendidikan dijalankan sebagai industri, bukan sebagai amanah. Kurikulum disusun untuk memenuhi kebutuhan pasar, bukan untuk membentuk manusia yang beradab dan bertakwa.

Guru dibebani administrasi dan target nilai, sementara pembinaan akhlak dan pendampingan emosional siswa sering kali terpinggirkan. Negara pun lebih berperan sebagai regulator teknis daripada penjamin moral dan pelindung generasi. Lembaga pendidikan dibiarkan bersaing secara bebas, tanpa standar nilai yang kokoh dan tanpa sistem perlindungan sosial yang menyeluruh.

Dalam Islam, pendidikan memiliki tujuan yang jauh lebih luhur, yaitu membentuk kepribadian Islam yang berpola pikir dan berpola sikap islami. Proses pendidikan dilakukan melalui pembinaan intensif yang menanamkan nilai-nilai maknawi dan ruhiyah, bukan sekadar transfer ilmu atau pencapaian akademik. Kurikulum harus berbasis akidah Islam, menjadikan adab sebagai fondasi utama dalam interaksi dan pembelajaran.

Guru bukan hanya pengajar, tetapi juga pembina dan teladan moral. Negara dalam sistem Islam (khilafah) wajib menjadi penjamin utama pendidikan, pembinaan moral umat, dan perlindungan generasi dari kezaliman sosial seperti bullying. Negara tidak hanya menyediakan fasilitas pendidikan, tetapi juga memastikan bahwa lingkungan belajar bebas dari kekerasan, tekanan sosial, dan pengaruh destruktif media. Negara Islam juga akan mengatur media sosial agar tidak menjadi sumber kerusakan moral, serta menjamin setiap anak mendapatkan haknya untuk tumbuh dalam lingkungan yang aman, beradab, dan penuh kasih sayang.

Dengan sistem pendidikan Islam yang menyeluruh, generasi akan dibentuk menjadi pribadi yang kuat secara mental, beradab dalam interaksi sosial, dan bertanggung jawab terhadap masyarakat serta Tuhannya. Pendidikan bukan hanya tentang masa depan individu, tetapi tentang masa depan peradaban. Maka, solusi Islam bukan sekadar alternatif, melainkan kebutuhan mendesak untuk menyelamatkan generasi dari krisis nilai, kekerasan sosial, dan kehampaan spiritual yang semakin mengancam. []

Baca juga:

0 Comments: