Headlines
Loading...
Palestina Bukan Sekadar Berita Jam Delapan Malam

Palestina Bukan Sekadar Berita Jam Delapan Malam


Oleh: Hanif Eka Meiana
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com — Dua tahun telah berlalu. Berapa banyak lagi nyawa yang harus menjadi angka statistik? Tragedi kemanusiaan di Palestina terus berlangsung di depan mata kita. Tak terhitung jumlah korban syahid akibat genosida oleh zionis Israel. Tak banyak pula bantuan yang mampu mengembalikan keceriaan anak-anak Palestina. Sudah lama pula tak ada kejelasan dari para pemimpin negeri muslim untuk bersatu dan mengirimkan pasukan demi membebaskan tanah suci itu.

Sering kali kita melihat di media sosial seorang ayah kehilangan anaknya; rumah sakit dan sekolah hancur; dentuman bom tak henti; kaki-kaki mungil berjalan tak tentu arah; muslimah berteriak memohon pertolongan; para pemuda menyelamatkan saudaranya di balik reruntuhan. Derita yang seolah tanpa akhir ini menjadi mimpi buruk bagi para pejuang tanah suci. Begitu banyak air mata yang menetes hingga kering. Keikhlasan dan kesabaran yang ditunjukkan melampaui batas nalar manusia. Kekejaman Israel tak sanggup menggugah hati para pemimpin negeri muslim untuk bersatu melawan kebiadaban zionis. Namun masih ada hati yang bersih menolong dengan kemampuan yang dimiliki.

Dua tahun terakhir menjadi bukti betapa rapuhnya tata kelola internasional: jerat utang, kepentingan ekonomi, dan persekutuan politik mampu membungkam pihak-pihak yang berwenang. Ironisnya, bukan hanya para pemegang wewenang yang terhenyak; sebagian besar umat bak singa tertidur, tak mampu mengembalikan kemuliaan umat seperti dahulu. Pemikiran sekuler merasuk dalam diri banyak insan beriman, membuat mereka apatis, pasrah, bahkan bungkam terhadap penderitaan Palestina.

Lebih memalukan lagi ketika negeri-negeri muslim menjalin hubungan erat dengan pihak yang tangannya berlumuran darah, tanpa rasa malu melakukan kerja sama yang jelas merugikan kaum muslimin. Ditambah dorongan untuk menerima solusi dua negara. Banyak ulama dan umat menaruh harapan besar pada pemimpin mereka, namun harapan itu menguap akibat pengkhianatan dan pembungkaman dari mereka yang diserahi amanah.

Rasulullah saw. tidak akan membiarkan umatnya berkubang dalam derita. Beliau tak pernah menelantarkan umatnya; kasih sayangnya diwujudkan dalam doa dan syafaat. Sayangnya, umat kerap terlena akan dunia, mengabaikan hak-hak sesama dan memilih perbaikan diri semata.

Kita masih diberi kesempatan hidup yang lebih baik: masih dapat makan sampai kenyang, berkumpul dengan keluarga, mengejar mimpi, bercanda dengan teman, atau berbelanja tanpa takut ancaman. Namun sadarilah bahwa umur adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan.

Palestina bukan sekadar tontonan, seperti saat layar televisi menyala pukul delapan malam. Dalam segmen berita internasional, gambar-gambar pilu dari Gaza dan Tepi Barat silih berganti. Ledakan, tangisan, dan puing-puing bangunan. Kita mungkin terenyuh, marah, atau bersedih. Namun, satu jam kemudian, program berganti menjadi hiburan, dan Palestina pun surut dari benak kita, tenggelam dalam rutinitas harian.

Palestina bukan sekadar tontonan, bukan sekadar derita yang kemudian dilupakan. Palestina adalah kita, wujud umat yang dikatakan terbaik dalam Al Qur'an, khairu ummah (umat terbaik). Namun, saat ini layakkah kita mendapat gelar umat terbaik jika perjuangan yang diberikan pun hanya sebatas memberikan bantuan obat-obatan, pakaian dan makanan? Palestina butuh jihad dari kaum muslimin dan khilafah.

Khilafah diharapkan mampu menyatukan umat di berbagai penjuru dunia; institusi inilah yang diyakini bisa mengirim pasukan untuk membebaskan Palestina dan menumpas antek-antek penjajah. Melalui khilafah, kemuliaan umat akan kembali, menegakkan keadilan, menjadi perisai umat, serta mengembalikan Palestina ke tangan kaum muslimin.

Hal itu hanya mungkin jika umat Islam mau berpikir kritis, melawan ideologi kufur, menjadikan akidah Islam sebagai asas, membentuk syakhsiyyah Islamiyah, dan menjadikan dakwah sebagai poros hidup. Ketika umat sadar akan jati dirinya, menolak budaya Barat yang sarat penindasan dan pelemahan, serta menerapkan Islam dalam setiap aspek kehidupan, baik oleh individu, masyarakat, maupun negara, maka kebangkitan akan dimulai.

Sudah saatnya kita bangkit, melawan, berkontribusi pada perjuangan dakwah, syariah, dan khilafah, sehingga Palestina segera terselamatkan. Di samping itu, jangan lupakan upaya-upaya maksimal yang bisa kita lakukan sekarang juga: doa, penyadaran umat, membongkar makar penjajah, boikot, dan bantuan kemanusiaan. 

Semoga Allah swt. mengabulkan doa-doa kita, memberikan kesabaran kepada kaum muslimin di Palestina, dan memberikan hidayah kepada para pemimpin negeri muslim. Amīn.

Wallahu a’lam. []

Baca juga:

0 Comments: