Headlines
Loading...

Oleh. Amira Ummi Fatih
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com— Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hai, kawan muda seiman, apa kabar kalian hari ini? Ya, insyaAllah kalian masih kuat, kan? Meski virus dan kondisi cuaca ekstrem lagi serem mengintai kita, kaki kalian mungkin masih bisa berjalan santai panjang sambil mencet HP daripada orang-orang tua yang udah ngeluh setiap hari nggak sanggup berdiri. Iya, kan?

Eh, tapi boleh dong kasih tahu, apa sih yang semangat banget kalian lihat di HP itu? WA, medsos, game, pasar online, atau yang lainnya kali ya? Tetapi, kalau kabar barunya saudara seiman kita di Palestina, apa udah rajin kalian cari tahu juga?

Keadaan mereka sekarang tambah disiksa lho sama si Zionis Israel dan sekutunya itu. Tanggal 20 September 2025 aja, 91 warga Palestina termasuk seorang ahli kesehatan udah wafat akibat serangan udara Zionis Israel di Jalur Gaza. Belum lagi urusan pengusiran paksa warga Palestina. Sejak Agustus 2025 aja, si Zionis kejam itu udah maksa 450 ribu warga Gaza keluar dari tanah airnya (SuaraSurabaya.net, 20-9-2025).

Nah, kalau udah jelas ada penyiksaan buas begini, apa kita masih mau diam tanpa cari tahu dan tanpa bergerak peduli? Padahal Allah Swt. yang kita sembah udah berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada Muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi...”
(QS. Al-Anfal: 72)

Solusi Sekuler

Kalian juga udah sadar nggak sih, Kawan, kalau solusi-solusi yang banyak ditampilkan di TV, medsos, dan lainnya sebenarnya nggak efektif kalau pakai landasan sistem sekuler? Sebab sistem itu munafik, yaitu ngaku percaya agama, tapi selalu berkhianat dan durhaka kepada Sang Maha Pencipta. Akibatnya, semua solusi yang ditawarkan nggak pernah bisa bikin masalah terselesaikan.

Coba bayangin aja, buat masalah perang yang senjata musuhnya udah diangkat tiap hari, pemimpin negeri-negeri Islam cuma berani melaknat. Padahal kalimat laknat yang udah pasti bisa mendatangkan azab untuk mengakhiri kezaliman dan maksiat cuma milik Allah. Iya, kan?

Lantas, apa bisa juga solusi gencatan senjata berupa perjanjian damai antara Palestina dan Israel itu diambil, sedangkan Israel sendiri udah jelas selalu berkhianat dan menyerang lagi? Bahkan kalaupun saat ini sudah ramai negara-negara internasional mengakui kemerdekaan Palestina, faktanya tekanan dan siksaan si penjajah masih terus berlangsung. Malah pemimpin Israel aja masih berani ngaku mau menyerang lebih keji di hadapan publik.

Waduh, makin kesel aja kan sama sistem sekuler bejat ini? Gara-gara sistem sesat ini, pemimpin negeri-negeri Islam jadi sombong karena berani ngerebut hak laknat Allah Swt., tapi mereka malah takut maju berperang.

Padahal semua orang udah tahu kalau Allah Swt. itu Maha Kuasa dan Perkasa. Zaman dulu Firaun aja bisa kalah hanya dengan setongkat mukjizat yang diberikan-Nya pada Nabi Musa. Kenapa para pemimpin itu sekarang nggak mikir kalau Allah Swt. masih selalu bisa menolong kita untuk meraih kemenangan? Buktinya, rakyat Palestina dan para mujahidnya nggak pernah bisa punah meski mereka dibom setiap hari dan ribuan orang tewas.

Tidakkah dipahami bahwa semua pertolongan itu karena Allah Swt. sudah berjanji dalam surah Al-Ankabut ayat 69:

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.”

Jadi Pahlawan Islam

Allah juga berfirman dalam surat An-Nisa ayat 59:

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur`ān) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Ayat di atas emang menegaskan ada kepatuhan pada pemimpin, tapi posisi kepatuhan itu di bawah kepatuhan pada Allah dan Rasul-Nya. Pemimpin yang harus dipatuhi umat Islam itu cuma satu, bukan banyak pemimpin dari berbagai belahan negeri.

Lho, kok gitu? Terus kalau umat Islam sekarang punya tanah air sendiri-sendiri, pemimpin yang mana yang harus dipatuhi?

Ya, balik lagi ke surah An-Nisa tadi. Ketika ada perbedaan, kita disuruh mengembalikannya ke petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah. Oleh karena itu, semua perbedaan negeri umat Islam harus disatukan dalam satu sistem kenegaraan yang sama, yakni Khilafah.

Dalam Khilafah yang menjalankan semua petunjuk Islam, seorang pemimpin akan sadar bahwa dia wajib jadi pembela dan pelindung semua rakyatnya. Rasulullah saw. bersabda:

“Seorang imam ibarat perisai. Dia menjadi perisai orang yang berperang di belakangnya, dan dia juga digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa atau azab.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Nah, makanya, ketika Khilafah itu sekarang belum ada, maka kita penuhi aja panggilan Allah Swt. untuk gabung dengan jamaah dakwah Islam ideologis yang konsisten nyebarin kebenaran Islam dan ngajak umat bersatu di bawah payung negara Khilafah. Supaya kita sendiri jadi orang yang beruntung besar.

Di dunia, kita punya pemimpin yang nggak sesat. Di akhirat, kita dapat imbalan kepahlawanan istimewa dari Allah Swt. Mau, kan?

“Dan hendaklah di antara kalian ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
(QS. Ali Imran: 104)

Wallahualam bissawab. [ry]


Baca juga:

0 Comments: