Headlines
Loading...
Surga Didekatkan kepada Orang yang Bertakwa

Surga Didekatkan kepada Orang yang Bertakwa

Oleh. Rita Mutiara
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Saat usia memasuki angka 60, banyak orang menyangka segalanya akan melambat. Sebagian bahkan merasa kehilangan arah karena tidak lagi menjalani rutinitas kerja, tak lagi menjadi pusat dalam rumah, atau merasa tak dibutuhkan seperti dulu. Tapi saya tidak melihat usia ini sebagai akhir. Justru sebaliknya—di sinilah saya lebih memantapkan diri memulai hidup baru sesuai apa yang saya inginkan.

Dua puluh tahun saya jalani profesi sebagai guru. Setiap hari saya bertemu siswa, menyampaikan ilmu, mempersiapkan pelajaran, dan berinteraksi dengan rekan sejawat. Agenda padat pada jam kerja, begitu pun  di luar jam kerja. Sepulang mengajar di sekolah, saya harus bergerak cepat mengurus rumah tangga.

Namun, saya menyadari satu hal: selama bertahun-tahun, saya terlalu sibuk untuk mengenal diri sendiri. Setelah bebas dari kewajiban kantor, saya mulai punya waktu untuk mendengar suara hati saya sendiri.

Dulu sepulang kerja saya seperti pulang dari perjalanan jauh, lelah secara fisik dan psikis. Tetapi kini setelah tidak ada lagi jadwal yang padat. Tidak ada deadline, tidak ada daftar tugas yang menumpuk. Saya mulai mengisi waktu dengan hal-hal yang selama ini saya rindukan: membaca Al-Qur’an dengan tenang, merenungi artinya, dan mencatat ayat-ayat yang menyentuh hati saya. Kegiatan ini tidak hanya menjadi rutinitas harian, tapi saya menikmatinya.

Saya tidak lagi sekadar membaca, saya merasakan getaran kala ilahi. Al-Qur’an bukan hanya kitab, tapi menjadi cermin dan petunjuk untuk menjalani hari.

Hal ini bisa terjadi karena saya bisa teringat materi pengajian yang pernah saya terima beberes tahun yang lalu. Kini saya bisa untuk merenungkan kembali sekaligus sebagai refleksi diri.

Sudah empat tahun lebih saya bergabung dalam komunitas luar biasa SSCQ (Sahabat Surga Cinta Qur’an),yang memiliki target untuk membaca Al-Qur'an setiap hari berikut terjemahannya. Saya menemukan keluarga baru dalam SSCQ  yang memiliki semangat yang sama—menjadikan waktu  sebagai masa untuk memperkuat hubungan dengan Allah. Kami membaca, menulis tadabur, dan berbagi satu ayat yang berkesan setiap hari. Aktivitas sederhana ini membuat hati saya selalu hidup.

Inilah salah satu tadabur Qur'an yang saya tulis pada Bulan Juli.

Hikmah dari QS Asy-Syu’ara ayat 90:

وَأُزْلِفَتِ ٱلْجَنَّةُ لِلْمُتَّقِينَ

Dan didekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Asy-Syu’ara: 90)

Ayat ini menggambarkan suasana hari kiamat, di mana surga didekatkan (dihadirkan dengan dekat dan jelas) kepada orang-orang yang bertakwa, sebagai bentuk penghormatan, penghargaan, dan kabar gembira bagi mereka yang selama hidup di dunia senantiasa menjaga diri dari dosa dan patuh kepada Allah.

Betapa mulianya derajat orang-orang yang bertakwa di sisi Allah. Mereka diperlakukan istimewa dengan balasan surga. Takwa adalah kunci keselamatan baik di akhirat, Dengan demikian takwa adalah syarat utama untuk memperoleh kebahagiaan sejati di akhirat. Bukan harta, jabatan, atau popularitas.

   Orang bertakwa adalah mereka yang rela menahan diri dari larangan Allah, meski berat. Di akhirat, kesabaran itu dibalas dengan  surga yang didekatkan kepada mereka.

Para penghuni neraka akan takut dan menyesal, justru orang bertakwa mendapatkan kehormatan dan ketenangan.  Hal ini tentulah menjadi pendorong saya untuk memperbaiki diri,
karena betapa besar penghormatan Allah kepada orang bertakwa. Kita terus memperbaiki diri dan berusaha termasuk dalam golongan orang-orang yang bertakwa.

***

Kini, ketika masa pensiun, anak-anak telah mandiri. Waktu yang dulu habis  untuk mengurus, membesarkan, melayani anak anak. Kini waktu lebih banyak untuk diri sendiri, sehingga bisa menyediakan waktu untuk tadabur Qur'an.

Bersyukur dan lega bahwa saya telah  melewati waktu untuk membesarkan dan membimbing anak sebagai titipan Allah. Semua saya lakukan dengan niat ibadah. Semua anak-anak telah mandiri secara finansial. Tetapi dalam pandangan Islam materi bukanlah ukuran kesuksesan. Kesuksesan sesungguhnya yaitu  bila saya, suami dan keempat anak kandung saya menjadi penghuni surganya Allah.

Oleh karena itu saya menyadari bahwa masa ini bukan akhir, melainkan awal dari sebuah fase baru. Saya tetap mengontrol ibadah anak-anak, mengingatkan dan mengajarkan bahwa kebahagiaan hakiki bagi muslim adalah masuk surga.

Maka makna hidup bagi saya bukan lagi tentang membuktikan apa-apa pada dunia, tetapi mendengarkan hati nurani. Oleh karena itu saya mulai menyusun agenda harian, bukan untuk mengejar target, tetapi untuk menemukan makna. Selalu berharap Allah memberi hidayah agar saya senantiasa berada pada jalan yang lurus sesuai tuntunan Islam.[Rn]

Baca juga:

0 Comments: