Oleh. Erna Kartika Dewi
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Ada yang bilang, hal yang harus kita lakukan ketika memasuki usia di fase "lonceng pertama" adalah memperbanyak ibadah dan mengurangi tidur. Dulu, saat usiaku masih terbilang muda dan belum belajar tentang Islam secara mendalam, aku merasa aneh dengan pendapat itu. Ada pertanyaan yang muncul, "Kenapa harus begitu, ya?" "Kan badan ini capek sekali..." "Kalau tidurnya sedikit, nanti mengantuk, dong?"
Ya, mungkin itulah pendapat atau pernyataan-pernyataan yang muncul karena ketidaktahuanku saat itu. Jadi teringat yang pernah disampaikan oleh guruku bahwa bangkitnya seseorang itu tergantung pada pemikiran dan pemahamannya. Manusia akan mengatur tingkah lakunya dalam kehidupan ini sesuai dengan pemahamannya tentang kehidupan. Masya Allah tabarakallah, aku merasa itu benar adanya. Doa terbaik untuk guruku, semoga Allah senantiasa memuliakan beliau.
Alhamdulillah, terima kasih, Ya Allah, karena masih memberikan aku kesempatan untuk berubah dan terus memperbaiki diri. Meskipun masih sedikit demi sedikit, masih merangkak dan belum segesit yang lainnya, tetapi insya Allah aku telah menetapkan hati ini di sini. Terima kasih juga karena telah memberikan aku kesempatan untuk terus belajar meskipun di usia yang sudah tidak muda lagi, dan aku selalu yakin bahwa semua yang terjadi dalam hidupku ini pastinya karena izin dari Allah.
Dan akhirnya, ketika fase usia itu telah datang kepadaku, ternyata semua benar adanya. Tidur yang panjang justru tidak memberikan kenyamanan bagiku. Aku lebih menyukai tidur yang sedikit dan mengisi setiap detik waktuku dengan berbagai kegiatan yang aku berharap Allah menyukai semuanya. Termasuk menghabiskan setiap malamku dengan sujudku yang panjang.
Di saat dunia terlelap, di saat cahaya lampu meredup, dan suara kehidupan mulai sirna, aku memilih untuk terjaga. Bukan karena tidak bisa tidur, bukan pula karena gelisah yang membelenggu, tetapi karena ada sesuatu yang lebih kuat dari kantuk yang kurasa dan lebih dalam dari sekadar mimpi, yaitu kerinduan. Rindu akan perjumpaan dengan Rabb-ku, rindu yang membuatku tak bisa menunggu hingga fajar menyingsing. Aku selalu menantikan kehadiran Rabb-ku di sepertiga malamku. Dan saat seperti itu adalah saat yang selalu kunantikan setiap harinya.
Dalam keheningan malam, saat hanya ada detak jantung dan desir angin yang menyapa lembut, aku mengambil air wudu dengan gemetar. Bukan karena dingin semata, tetapi karena aku sadar, aku akan menghadap Sang Maha Agung. Dia yang selama ini tak pernah lelah mencintaiku, meskipun aku sering lalai. Dia yang tak pernah berpaling, meskipun aku sering berpaling.
Kusentuhkan dahiku ke bumi, bersujud dalam hening yang suci. Di sujud itu, aku menangis. Bukan karena kesedihan dunia, tetapi karena aku merasa terlalu banyak dosa yang menumpuk, sementara usia terus berjalan dan kematian tak pernah mengabari kapan datangnya.
"Ya Allah… aku datang pada-Mu malam ini dengan membawa keluhan dan berbagai cerita, dengan hati yang mungkin selalu penuh noda. Tapi aku yakin, Engkau lebih besar dari dosaku. Engkau lebih luas dari segala kesalahanku. Maka jangan biarkan aku tenggelam dalam keputusasaan. Peluk aku dengan ampunan-Mu…"
Sujud itu adalah tempat paling jujur bagiku. Di sana aku tak bisa berbohong, tak bisa menyembunyikan apa pun. Seluruh rasa malu, seluruh penyesalan, seluruh harap, semuanya kutumpahkan dalam lantunan doa yang tak bersuara, hanya terdengar di langit, dan aku yakin, didengar oleh-Nya. Dan lagi-lagi aku selalu merasa ini adalah momen terindahku setiap hari yang kulalui.
Di keheningan malam itu, aku merasa begitu dekat dengan-Nya. Seolah hanya ada aku dan Allah. Tak ada dunia, tak ada kegelisahan, tak ada ambisi kosong, tak ada penilaian manusia. Hanya aku sebagai seorang hamba, yang datang dengan segala kefakirannya, dengan segala kebutuhannya akan kasih sayang Rabb-nya.
Aku memohon pada-Nya, bukan hanya rezeki atau kesehatan, bukan hanya perlindungan dan keselamatan. Aku memohon yang lebih dari itu. Aku memohon agar Allah rida padaku. Agar Allah tidak murka, dan agar Allah memelukku dengan rahmat-Nya di dunia dan di akhirat. Aku juga selalu memohon surga bukan karena aku pantas, tetapi karena aku percaya pada kemurahan-Nya. Aku percaya Allah selalu menaungiku dengan keberkahan dan kasih sayang-Nya.
Malam demi malam kulalui dengan sujud yang sama. Meskipun lelah, meskipun tubuh ini ringkih, tetapi hati ini menemukan kekuatan setiap kali bersimpuh di hadapan-Nya. Karena setiap sujudku adalah bukti bahwa aku ingin kembali pada-Nya dengan selamat. Bahwa aku ingin menjadi hamba yang dikenali oleh Rabb-nya di Padang Mahsyar nanti. Hamba yang pernah menangis dalam diam, yang pernah memohon dengan penuh harap, yang pernah merintih meminta surga-Nya.
Aku tahu, jalan menuju surga tidak mudah. Banyak ujian, banyak godaan, banyak luka. Tapi aku percaya, setiap tetes air mata dalam sujud malamku akan menjadi saksi di hadapan Allah. Bahwa aku tidak pernah menyerah. Bahwa aku tidak pernah lelah mencintai-Nya.
Di dunia yang penuh hiruk-pikuk ini, sujud malam menjadi tempatku meneduhkan jiwa. Ketika manusia sibuk memburu dunia, aku ingin sibuk memburu rida Allah. Ketika banyak yang terjebak dalam gemerlap fana, aku ingin larut dalam cahaya yang abadi.
Aku tahu, aku bukan hamba yang sempurna. Aku sering khilaf dan sering jatuh. Tapi aku tidak ingin berhenti ataupun menyerah. Aku ingin terus memperbaiki diri, memperbanyak sujud, memperbanyak doa, memperbanyak amal, karena aku ingin kelak ketika Izrail datang menjemput, aku dalam keadaan rindu kepada Allah. Dan Allah pun rindu untuk menemuiku.
Sujud malam ini adalah pengakuan bahwa aku hanyalah hamba yang lemah. Tapi dengan sujud itu pula, aku kuat. Karena aku bersandar pada Yang Maha Kuat. Dengan sujud itu, aku menemukan kedamaian yang tak bisa diberikan oleh dunia, aku merasakan kehadiran-Nya dalam sepi yang suci.
Ya Allah, jika ada satu harap yang kupanjatkan dalam tiap sujudku, maka itu adalah jangan Engkau cabut rasa ini dariku. Rasa rindu untuk sujud di malam-malam sepi, rasa cinta untuk bercengkerama dengan-Mu dalam diam. Karena dalam setiap sujud itulah aku merasa hidup. Dalam setiap doa itu, aku menemukan arti keberadaanku di dunia.
Aku adalah hamba yang akan terus bersujud, malam demi malam, memohon agar Engkau tidak membiarkan hatiku berpaling. Agar Engkau terus membimbing aku menuju surga-Mu. Karena tidak ada tujuan hidupku selain bertemu dengan-Mu dalam keadaan Kau rida padaku.
Aamiin… aamiin ya rabbal alamin. []
Baca juga:

0 Comments: