Oleh: Ratty S. Leman
(Kontributor SSCQMedia.com)
SSCQMedia.com—Alhamdulillah, bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala karena hari ini masih diizinkan untuk bangun tidur dan beraktivitas pagi hari. Selawat serta salam kita haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.
Hari Jumat ini adalah hari pertama di bulan Agustus 2025. Selamat datang bulan Agustus di hari Jumat yang penuh berkah ini. Hari pertama yang disambut dengan selawat Nabi, lantunan surah Al-Kahfi, surah Yasin, dan ditambah surah Al-Isra untuk saudara-saudara kita di Gaza, Palestina. Mereka adalah para pahlawan di garis depan yang bertugas menjaga Masjidilaqsa, kiblat pertama umat Islam; tanah Baitulmakdis sebagai tanah kharajiyah kaum muslimin; dan tanah yang dipijak para nabi.
Selamat datang bulan Agustus 2025. Bulan ini adalah bulannya milad kelas literasi Sahabat Surga Cinta Qur'an dan bulan milad Bunda Lilik Yani, maka challenge istikamah menulis selama 30 hari ini diadakan. Alhamdulillah, bulan ini juga bulan miladku, milad pernikahanku, dan milad anak sulungku.
Alhamdulillah, bulan ini juga bulan anakku mulai kerja magang di Jakarta dan bulan aku menjadi reseller resmi produk frozen food dari "Teras Halal" sebagai sebuah komunitas untuk mengedukasi masyarakat tentang arti pentingnya menghadirkan makanan dan minuman yang halal, tayib, dan berkah.
Bulan Agustus juga bertepatan dengan milad negeri kita tercinta, Indonesia. Namun, di balik gebyar perayaan milad kemerdekaan ini, banyak kisah sedih yang kita rasakan bersama. Kemerdekaan yang sudah diraih dari tahun 1945 sampai 2025, sudah menghasilkan apa? Apakah cita-cita luhur dan tujuan kemerdekaan sudah tercapai? Usia 80 tahun bukan usia anak muda; usia 80 tahun adalah usia kakek atau nenek yang sudah tua. Apakah harus lemah? Sebagai sebuah bangsa yang merdeka, tentu saja harus semakin kuat dan kukuh.
Tetapi, kenyataannya bagaimana? Apa yang kita alami saat ini? Kemiskinan, pengangguran, ekonomi terpuruk, politik dikendalikan asing, sosial budaya masyarakatnya rusak karena terpengaruh oleh sekularisme dan liberalisme. Pertahanan dan keamanannya tidak kukuh karena dalam pengaruh asing dan aseng. Ah, negeriku Indonesia. Ibu pertiwi menangis deras, sesenggukan merasakannya.
Lomba-lomba menyambut kemerdekaan tak semeriah dulu. Masyarakat sudah merasakan beratnya beban hidup. Kegembiraan yang ditampakkan serasa palsu. Ampuni kami ya Allah, yang belum bisa memperbaiki keadaan ini. Namun, kami tetap berusaha. Berdakwah kepada masyarakat luas tentang arti pentingnya kembali kepada kehidupan yang Islami yang sudah Allah perintahkan dan sudah Rasulullah contohkan. Semoga negeri yang baldatun tayibatun wa rabbun gafur segera terwujud.
Pagi ini aku mencoba mengingat-ingat kembali, kapan aku pertama kali mengenal SSCQ dan di mana? Setelah kuingat-ingat kembali dan membaca buku "Sejarah Perjalanan Perjuangan Bersama SSCQ", akhirnya ketemu benang merahnya.
Saat akhir 2019 dan menjelang 2020, aku sakit parah. Tak bisa bangun dari tempat tidur selama 3 bulan. Salat dipaksa berdiri, badan oleng. Akhirnya salat sambil duduk, terkadang sambil tiduran di kasur. Sangat menyedihkan sekali waktu itu. Namun, aku menyadari harus ikhlas dan sabar menjalani sakit ini. Kesabaran yang tidak terbatas karena pahala sabar itu tak terbatas. Harus menetapi kesabaran sebagai sebuah amalan rahasia, yakni amalan hati yang hanya Allah Maha Mengetahui seberapa kadar kesabaran dan keikhlasan kita akan takdir Allah. Rukun imanku yang keenam sedang diuji, yakni rida terhadap kada dan kadar dari Allah Ta'ala.
Alhamdulillah, atas saran teman, aku disuruh masuk ke grup terapi Qur'an Az-Zahrawain di bawah bimbingan Ustaz Nurudin Al-Indunisi dari Rehab Hati Pusat. Apa itu terapi Az-Zahrawain? Akhirnya aku ikut program itu meski dari rumah. Aku ikuti terapi demi terapi dengan teliti. Waktu itu bulan Rajab mulai terapinya hingga berakhir di bulan Ramadan. Aku bertekad, bulan Ramadan aku harus bisa saum sebulan penuh. Aku harus sembuh. Minta pertolongan Allah. Alhamdulillah, aku bisa menjalani terapi sekitar 3 bulan itu dengan baik dan akhirnya atas izin Allah aku juga bisa saum Ramadan sebulan penuh.
Nikmat Allah yang mana lagi yang hendak kamu dustakan? Pengalaman terapi Al-Qur'an ini aku bukukan dalam buku solo berjudul "Terapi Az-Zahrawain: Rajab, Syakban, Ramadan."
Setelah selesai terapi Az-Zahrawain, aku mencari-cari grup ODOJ (One Day One Juz) agar istikamah terapi Al-Qur'annya. Pertama kali gabung ODOL Kota Bogor.
Waktu terus berjalan. Kebetulan waktu itu sedang pandemi Covid-19, sehingga banyak di rumah. Banyak kajian bertebaran di media sosial. Saat itu aku bertemu dengan Kuliah Selamat Pagi (KSP) bimbingan Ustaz Bachtiar Nasir dan Tadabur Hidayah Al-Qur'an juga bimbingan Ustaz Bachtiar Nasir dan Ustaz Deden Makiyarudin. KSP setiap pagi dan Tadabur Qur'an setiap malam menjadi majelis surgaku setiap hari.
Waktu terus berjalan sampai akhirnya di hari Sabtu, tanggal 21 Juli 2021, aku bertemu dengan sebuah komunitas bernama Sahabat Surga Cinta Qur'an. Sebuah komunitas yang mengajak kita untuk tilawah setiap hari, membaca terjemah setiap hari, dan menuliskan hasil bertadabur setiap hari. Masyaallah, ingin sekali ikut, tapi masih ragu-ragu. Terbersit dalam hatiku, apakah aku sanggup untuk menjalaninya?
Demikian storytelling-ku hari ini yang menceritakan kapan aku bertemu komunitas SSCQ. Besok aku sambung lagi ya di Bab 2 dengan tema siapa yang pertama kali menjadi jalan wasilah mengajakku bergabung di SSCQ.
Bogor, 1 Agustus 2025
Baca juga:

0 Comments: