Headlines
Loading...


Oleh. Erna Kartika Dewi 
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Di antara keramaian dunia yang terus berputar, aku memilih diam dalam perenungan. Dalam kesunyian yang kadang menyapa hati saat malam datang, aku selalu bertanya pada diriku sendiri, "Apa yang telah aku siapkan untuk kehidupan yang kekal?"

Di tengah kelemahan dan kekuranganku sebagai seorang hamba, aku menemukan satu amalan yang membuatku merasa lebih dekat dengan Allah, yaitu puasa.

Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an:

ÙŠٰٓـاَÙŠُّÙ‡َا الَّذِÙŠۡÙ†َ اٰÙ…َÙ†ُÙˆۡا Ùƒُتِبَ عَÙ„َÙŠۡÚ©ُÙ…ُ الصِّÙŠَامُ Ú©َÙ…َا Ùƒُتِبَ عَÙ„َÙ‰ الَّذِÙŠۡÙ†َ Ù…ِÙ†ۡ Ù‚َبۡÙ„ِÚ©ُÙ…ۡ Ù„َعَÙ„َّÙƒُÙ…ۡ تَتَّÙ‚ُÙˆۡÙ†َۙ

Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
(QS Al-Baqarah: 183)

Ayat ini menjelaskan kewajiban puasa Ramadan, namun juga menjadi dasar bahwa puasa adalah ibadah yang disyariatkan dalam Islam, termasuk puasa sunah. 

Puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga. Ia adalah latihan jiwa, penyucian hati, dan jalan sunyi yang penuh cahaya menuju rida Allah. 
Aku tidak hanya menjalaninya di bulan Ramadan, tapi juga mencoba menjaga puasa sunah Senin dan Kamis, ayyamul bidh, bahkan puasa Daud. 

Aku melakukan semua itu bukan karena aku merasa kuat, tapi justru karena aku merasa begitu lemah dan butuh ampunan dari-Nya. Puasa menjadi tamengku dari segala godaan dunia, menjadi benteng kala nafsu mulai bicara.

Setiap kali fajar menyingsing, saat matahari belum lagi menampakkan sinarnya, aku sudah terjaga. Air wudu membasahi wajahku, dan kudekatkan diriku pada Allah dengan sujud yang panjang. Lalu kuangkat tangan dan berdoa, 
Ya Allah, aku berpuasa untuk-Mu. Aku ingin menjadi hamba-Mu yang Kaucintai, yang Kauridai, dan yang Kaumasukkan ke dalam surga-Mu tanpa hisab.”

Tak jarang tubuh ini letih. Saat beraktivitas, tubuhku kadang bergetar karena lemah. Tapi anehnya, di balik semua kelelahan itu, ada kekuatan yang tak terlihat. Ada semangat yang terus menyala, karena aku tahu di balik rasa lapar ini, ada cinta Allah yang sedang aku cari.

Setiap detik yang kulewati dalam keadaan berpuasa adalah harapan. Harapan bahwa Allah menerima amalku. Harapan bahwa dosa-dosaku diampuni. Harapan bahwa aku sedang menempuh jalan yang benar, meski sempit dan tak mudah.

Aku teringat sabda Rasulullah saw., "Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang disebut Ar-Rayyan. Tidak ada yang masuk darinya kecuali orang-orang yang berpuasa ...."

Hadis itu selalu membangkitkan harapanku. Bayangan tentang pintu Ar-Rayyan itu menari-nari dalam benakku. Aku ingin menjadi salah satu di antara mereka. Aku ingin, ketika hari hisab datang, aku dipanggil masuk dari pintu itu, karena Allah rida padaku.

Puasa mengajarkanku banyak hal. Di antaranya mendidikku untuk menahan amarah, menjaga lisan, dan menundukkan pandangan. Puasa menyadarkanku bahwa surga tidak bisa diraih dengan kemalasan dan kelalaian. Setiap kali aku ingin menyerah, aku ingat tujuan akhirku, yaitu surga yang penuh kenikmatan, dan rida Allah yang lebih berharga dari segalanya.

Aku tahu, hidup ini singkat. Dunia ini hanya tempat singgah. Maka aku ingin setiap langkahku menuju akhirat diisi dengan amalan yang paling dicintai Allah. Aku tidak ingin menjadi hamba yang hanya sibuk dengan dunia lalu lupa bahwa kematian semakin dekat.

Ada saat-saat di mana aku merasa sangat rapuh. Ketika ujian datang, ketika kesedihan melanda, ketika tubuhku sakit, aku tetap berusaha menjaga puasaku. Karena aku yakin, puasa bukan hanya amalan fisik, tapi juga bentuk cinta dan penyerahan diri pada Sang Pencipta.

Ketika azan magrib berkumandang, dan seteguk air membasahi tenggorokanku, aku selalu menunduk dan berdoa, “Ya Allah, terimalah puasaku. Jangan Engkau tolak amalku yang sedikit ini. Aku ingin dekat dengan-Mu, aku ingin masuk ke dalam surga-Mu.” Ada air mata yang kadang mengalir, bukan karena lapar, tapi karena rasa syukur yang tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata.

Hari-hari pun berlalu, dan usiaku terus bertambah. Tapi niatku tak pernah berubah. Aku ingin berpulang dalam keadaan berpuasa, atau minimal dalam jalan meniti ibadah puasa. Aku ingin akhir hidupku menjadi bukti bahwa aku mencintai Allah, dan bahwa aku telah berjuang, meski tak sempurna.

Puasa, bagiku, adalah surat cinta kepada Tuhanku. Ia bukan beban, tapi anugerah. Bukan sekadar kewajiban, tapi kesempatan. Setiap hari yang kulalui dalam puasa adalah hari yang membawaku lebih dekat ke surga, dan semoga semakin mendekatkan diriku pada rida-Nya.

Dan bila kelak ajal datang menjemput, aku berharap Allah melihatku sebagai hamba yang bersungguh-sungguh. Seorang hamba yang walaupun banyak kekurangan, tetapi tak pernah berhenti mencoba. Seorang hamba yang menjadikan puasa sebagai bukti cinta, dan sebagai langkah kecil menuju tempat yang abadi yaitu surga yang penuh kenikmatan, bersama Allah dan Rasul-Nya.

Ya Allah, terimalah puasaku, terimalah segala usahaku. Aku hanya ingin satu hal, rida dan surga-Mu.

Amin ... amin Ya Rabbal 'alamin. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: