Headlines
Loading...
Pintu Sabar, Mengetuk Surga Darul Muqamah

Pintu Sabar, Mengetuk Surga Darul Muqamah

Oleh. Ratty S. Leman

(Kontributor SSCQMedia.com)

SSCQMedia.com —Agama Islam adalah agama yang senantiasa mengajarkan kebaikan kepada umat-Nya. Allah telah menjanjikan Surga Darul Muqamah yang dibangun dari permata putih bagi orang-orang yang banyak berbuat kebaikan, sebagaimana dalam firman Allah dalam Surah Fathir ayat 34–35:

“Dan mereka mengatakan, ‘Segala puji bagi Allah yang telah menghapus duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Dialah yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) karena karunia-Nya; di dalamnya kami tidak merasa lelah dan tidak pula merasa lesu.’”

Surga yang keenam ialah Surga Darul Muqamah, atau surga tempat kekal. Surga ini diperuntukkan bagi mereka yang ikhlas dalam beribadah, mencintai Allah Swt. dan Rasul-Nya, serta mengikuti sunah Nabi Muhammad saw. Para penghuninya akan mendapatkan keabadian, kemuliaan, dan keridaan Allah Swt.

Amal andalan apa yang akan aku perjuangkan dengan ikhlas agar kelak mendapatkan kenikmatan Surga Darul Muqamah? Kucari pintu-pintu masuk surga. Kunci apa yang harus aku miliki agar bisa memasuki Surga Darul Muqamah ini? Bismillahirrahmanirrahim. Kucoba pintu tobat, sabar, dan syukur untuk memasukinya.

Ceritanya, aku dikaruniai Allah seorang anak yang sangat istimewa. Diagnosa saat ananda berusia 18 bulan adalah ADHD. Saat usia 3 tahun, ia dinyatakan autisme, dan pada usia 4 tahun, diagnosanya berubah menjadi disfasia saja.

Aku menerima dengan ikhlas, pasrah, rida, dan tawakal atas karunia Allah ini. Anak adalah amanah besar yang dititipkan kepada kita sebagai orang tuanya. Diberi amanah apa pun itu, harus diterima dari Allah Sang Maha Pemberi yang tidak pernah salah menitipkan kepada siapa amanah itu diberikan.

Bagi saya, amanah anak istimewa adalah sebuah privilege yang tidak semua orang dipilih untuk mendapatkannya. Kuu capkan alhamdulillah dan astaghfirullah atas semua pemberian Allah. Semoga aku mampu mengemban amanah ini. Semoga Allah senantiasa memberiku rasa syukur, sabar, ikhlas, dan tawakal.

Mempunyai anak spesial atau istimewa ini tidaklah mudah. Butuh kesabaran dan ketulusan tingkat tinggi, baik dalam segala sesuatu yang berhubungan dengan anak itu sendiri, keluarga kecil, keluarga besar, lingkungan sekitar, tetangga, lingkungan sekolah, maupun masyarakat luas.

Jika kita bisa dengan lapang dada menerima segala kelebihan dan kekurangannya, tidak demikian dengan orang lain. Bagaimana tatapan mereka, perasaan mereka, sikap mereka—tentu menjadi ujian tersendiri bagi kita yang dikaruniai anak istimewa ini.

Menghadapi semua itu, resepnya cuma satu: ikhlas, sabar, dan maafkan mereka. Jalani hidup yang telah Allah gariskan untuk kita. Terima qada dan qadar, baik ataupun buruk. Semua ketetapan atau takdir dari Allah adalah baik. Jika kita atau orang lain memandangnya buruk, belum tentu demikian dalam pandangan Allah. Bisa jadi justru itulah yang terbaik menurut Allah. Jadi, hadapi dengan ringan hati dan tetap tersenyum bahagia.

Ibadah-ibadah kita seperti salat, puasa, zakat, haji, dan ibadah lainnya mungkin banyak kekurangannya. Maka Allah menyempurnakannya dengan pahala tobat dan sabar.

Semoga dengan kesabaran kita mendampingi anak istimewa kita seumur hidup, Allah akan memberikan pahala yang sempurna dan menggugurkan dosa-dosa kita.

Sabar adalah ibadah hati, amalan tersembunyi, dan hanya Allah yang Maha Mengetahui kadar kesabaran itu. Sabar itu tidak terbatas karena pahala yang Allah berikan pun tak terbatas. Hanya mereka yang dikaruniai anak istimewa yang dapat merasakannya. Sedangkan yang tidak diberi privilege itu, tidak akan bisa memahami sepenuhnya.

Semoga para orang tua yang diberi kunci surga itu tidak menyia-nyiakannya dengan memberikannya kepada orang lain, mengabaikannya, bahkan membuangnya. Jaga kunci itu, pegang erat-erat agar tidak hilang. Kunci surga itu telah diberikan Allah di dunia ini, jangan sampai lepas.

Terima, jalani, rawat, asuh, didik, dan bimbing mereka menuju Allah. Kenalkan mereka kepada Allah, Rasulullah, dan Al-Qur’an. Ajarkan bahwa Allah telah menyebar para malaikat, baik dari langit maupun di bumi, yang akan menolong mereka. Didik mereka agar rida terhadap takdir dan tidak marah kepada Allah atas kondisinya. Yakinkan mereka bahwa ada hari akhir, dan ketika di akhirat nanti, Allah telah menyediakan surga yang tinggi—setinggi penderitaan mereka di dunia. Semakin besar penderitaan, semakin tinggi surganya.

Begitulah, ada ahli afiyah dan ahli musibah. Ahli afiyah (orang yang senantiasa diberi kenikmatan) ketika di dunia merasa iri terhadap kenikmatan ahlul musibah (orang yang senantiasa mendapat musibah) ketika di akhirat. Surga yang diberikan beserta kenikmatannya lebih banyak dan lebih tinggi. Sampai-sampai ahli afiyah berkata, seandainya bisa diulang kembali ke dunia ini, mereka ingin kulitnya digunting-gunting agar mendapatkan surga seperti surganya ahlul musibah.

Masyaallah. Wallahu a‘lam bish-shawab.
[Hz]


Baca juga:

0 Comments: