Headlines
Loading...
Pintu Ayman untuk Mengharap Surga Darul Qarar

Pintu Ayman untuk Mengharap Surga Darul Qarar


Oleh. Ratty S. Leman 
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Nama surga dalam Al-Qur’an yang selanjutnya akan kita tadaburi adalah Surga Darul Qarar atau tempat tinggal yang kekal. Nama ini Allah Swt. sebutkan dalam Surah Ghafir [40] ayat 39 yang berbunyi:

ÙŠٰÙ‚َÙˆْÙ…ِ اِÙ†َّÙ…َا Ù‡ٰذِÙ‡ِ الْØ­َÙŠٰوةُ الدُّÙ†ْÙŠَا Ù…َتَاعٌ ۖÙˆَّاِÙ†َّ الْاٰØ®ِرَØ©َ Ù‡ِÙŠَ دَارُ الْÙ‚َرَارِ ٣٩

Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.”

Kehidupan di dunia ini memang fana (sementara), sedangkan kehidupan di akhirat selamanya. Hal ini harus selalu kita ingat. Bahkan Kota Bogor yang mencanangkan diri sebagai Kota Beriman merasa harus mengingatkan warganya dengan memasang lampu box di sepanjang jalan dengan kalimat ini "Dunia Sementara Akhirat Selamanya."  

Dalam Islam, Surga Darul Qarar merupakan tempat yang dijanjikan bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Kata "Darul Qarar" sendiri secara harfiah berarti "tempat tinggal yang kekal" atau "tempat kediaman yang abadi". Ini menunjukkan bahwa Surga Darul Qarar bukan hanya sekadar tempat singgah sementara, tetapi tempat tinggal yang abadi bagi mereka yang terpilih. 

Selain itu, Surga Darul Qarar juga digambarkan sebagai tempat yang indah dan nyaman. Ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis-hadis Nabi Muhammad saw. menggambarkan surga sebagai tempat yang penuh dengan kenikmatan dan kebahagiaan yang tidak pernah terbayangkan oleh manusia di dunia. Bagi umat muslim, Surga Darul Qarar adalah tujuan akhir yang ingin dicapai melalui ketaatan kepada Allah Swt. dan amal perbuatan baik. 

Surga Darul Qarar adalah tempat kekal bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, di mana mereka tidak akan pernah mati dan akan tinggal di dalamnya selamanya. Surga ini digambarkan sebagai tempat yang indah dan terbuat dari permata putih.

Masyaallah, ingin sekali menikmati Surga Darul Qarar ini. Dengan amal apakah aku bisa menggapainya? Oh iya, ada pintu Al-Ayman yang belum kita tadaburi. Pintu Al-Ayman adalah pintu surga yang diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki tingkat tawakal yang tinggi kepada Allah. 

Imam Al-Ghazali merumuskan definisi tawakal sebagai berikut, "Tawakal ialah menyandarkan kepada Allah Swt. tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram. 

Tawakal adalah sikap berserah diri sepenuhnya kepada Allah setelah berusaha semaksimal mungkin. Dalam Islam, tawakal bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan menggabungkan usaha manusia dengan keyakinan bahwa hasil akhirnya adalah kehendak Allah.
Tawakal adalah sikap terpuji yang mengajarkan kita untuk berusaha keras dan kemudian menyerahkan hasilnya kepada Allah. Dengan bertawakal, hati menjadi tenang, hidup menjadi lebih sabar, dan kita yakin bahwa Allah akan memberikan yang terbaik.

Kehidupan sampai usiaku 55 tahun ini mengajarkan untuk selalu bertawakal kepada Allah dan memperkuat tawakal itu. Bertawakal di awal, di tengah, dan di akhir. Bertawakal terus kepada Allah. "Bismillahi tawakaltu allallah. Laa haula wala quwwata illa billah." Aku bertawakal kepada Allah dan tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah. 

Contoh sederhana, aku suka menulis. Maka aku bertawakal kepada Allah atas selesai atau tidaknya tulisanku. Aku awali dengan membaca Al-Qur'an 1 juz untuk meminta keridaan Allah. Setelah itu aku menulis dengan bekal ilmu yang sudah aku dapatkan di kelas-kelas literasi. Aku terus menulis dari hati dan pikiranku. Aku bertawakal kepada Allah terhadap hasilnya. Bisa jadi langsung bagus tulisannya menurutku, bisa juga masih jelek. Jika masih kurang pas maka tugasku adalah memperbaikinya agar menjadi bagus. 

Setelah menjadi tulisan, ada yang merespon baik, ada yang terbuka wawasannya, ada yang setuju, dan ada yang merasa tercerahkan. Aku serahkan semuanya kepada Allah Swt.. Bukan aku yang pandai menulis, tetapi Allah yang memudahkan. Jika kemudian Allah menjadikan aku seorang penulis, itu atas izin-Nya semata. Bukan semata-mata kehebatanku.

Contoh penerapan sikap tawakal yang lain, misalnya saat ini kami sedang berusaha mencarikan pekerjaan untuk anak sulung kami. Kami berusaha sungguh-sungguh mencari pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. Lamaran kerja banyak dimasukkan ke perusahaan, lembaga, institusi, dan industri. Cuma belum rezeki akhirnya masih terus mencari. Kami yakin Allah pasti memberikan rezeki bagi setiap makhluk-Nya. 

Begitu juga dengan pendidikan putra kami yang kedua. Saat ini dia sedang melakukan penelitian di lapangan. Banyak kendala dan tantangan sehingga perkiraan tidak bisa lulus di semester 8 ini. Kami orang tuanya membesarkan hatinya. Kami menghargai prosesnya. Anak sudah berusaha dan berdoa itu ranah kita. Sedangkan hasil itu kekuasaan Allah. Kami hanya bisa memberi dukungan dan berdoa. Semoga segera lulus dan diwisuda. 

Kami paham keutamaan bertawakal kepada Allah. Hati menjadi tenang dan tenteram. Kami tidak terlalu khawatir dengan hasil akhir, melainkan fokus pada usaha. Kami yakin keputusan Allah yang terbaik untuk kami. 

Kami yakin, Allah akan menolong hamba-Nya yang bertawakal. Dengan bertawakal hidup menjadi lebih sabar. Kami bisa menerima segala hasil dengan lapang dada karena yakin Allah memiliki rencana terbaik dari rencana kami sendiri. 

Berkat tawakal juga kami mendapat keberanian dalam menghadapi kesulitan atau cobaan. Kami pasrahkan semua urusan hanya kepada Allah. Allah Maha Mengetahui yang tepat dan terbaik untuk hamba-hamba-Nya. Semoga dengan tawakal kami, bisa membuka pintu Al-Ayman untuk memasuki Surga Darul Qarar. Amin ya Rabbal 'alamin. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: