Headlines
Loading...
Menghimpun Amalan dalam Setiap Detak Kehidupan

Menghimpun Amalan dalam Setiap Detak Kehidupan


Oleh. Erna Kartika Dewi
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Dalam diamnya malam dan riuhnya siang, hati seorang hamba terus mencari makna. Sebuah tujuan agung yang tak lekang oleh waktu, tak pudar oleh usia: surga, tempat segala lelah menjadi tawa, segala air mata menjadi cahaya. Namun, jalan ke sana bukan sekadar angan atau harapan kosong. Ia adalah jalan penuh amal, penuh cinta kepada Allah, dan penuh kasih kepada sesama.

Seperti halnya aku, seorang hamba yang masih terus berupaya melayakkan diri di hadapan Allah. Rasanya apa pun ingin aku lakukan demi meraih rida dan kasih sayang-Nya.

Langkah-langkah yang kutempuh selain yang telah kuceritakan sebelumnya adalah menuntut ilmu. Bagiku, ilmu adalah cahaya yang menerangi jiwa, membuka tabir ketidaktahuan, dan menuntun hati menuju rida-Nya. Setiap kali aku duduk di majelis ilmu, membaca kitab suci Al-Qur’an, mendengarkan tausiyah, atau merenungi ayat-ayat Allah, aku merasa seperti sedang membuka pintu surga sedikit demi sedikit.

Rasulullah Saw. bersabda:
Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.”

Betapa indah janji ini. Bahkan saat aku lelah menahan kantuk demi memahami satu ayat, atau bersabar dalam mempelajari satu hukum agama, di situlah aku merasa langkah kaki ini sedang menuju taman-taman abadi.

Berikutnya yang kulakukan adalah bersedekah, karena bagiku sedekah menghapus dosa dan mengundang rahmat. Aku selalu terngiang ucapan Bunda Lilik, sang muassis SSCQ, bahwa tak harus menunggu kaya untuk bersedekah. Sebab sedekah bukan soal jumlah, melainkan ketulusan. Ketika tangan kanan memberi dan tangan kiri tak tahu, di situlah Allah menurunkan rahmat. Dalam sepotong roti untuk fakir, senyum kepada anak yatim, atau sebotol air untuk musafir yang kehausan—semuanya adalah jembatan menuju surga.

Bahkan kata-kata lembut, bantuan kecil untuk orang yang sedang susah, atau sekadar mendengarkan keluh kesah saudara kita, semua adalah bentuk sedekah yang tak kalah mulia. Masya Allah, semoga Allah menjaga hati ini, semangat ini, dan keistiqamahan dalam bersedekah.

Langkah berikutnya adalah membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an bukan sekadar bacaan, tetapi nafas bagi setiap muslim. Setiap hurufnya adalah pahala, setiap ayatnya obat hati. Saat kita membuka mushaf, membaca lirih, perlahan, dan penuh penghayatan, sejatinya kita sedang berbincang mesra dengan Sang Pencipta.

Ketika di dunia kita membaca Al-Qur’an sebagai petunjuk, insyaallah di akhirat kelak Al-Qur’an akan menjadi syafaat bagi kita. Ia akan bersaksi di hadapan Allah:
Ya Allah, hamba ini dulu selalu melafazkanku, mencintaiku, dan tak pernah lelah menatapku meski dalam gelap malam bahkan sambil terkantuk-kantuk.”

Langkah selanjutnya yang akan terus kulakukan adalah puasa. Rasulullah Saw. bersabda, “Puasa adalah perisai.” Puasa menahan kita dari hawa nafsu, melatih kesabaran, menenangkan hati, serta mengangkat derajat. Tak hanya di bulan Ramadan, tetapi juga puasa sunnah Senin-Kamis, Ayyamul Bidh, Puasa Daud, Puasa Arafah, dan lainnya—semua adalah persembahan cinta kepada Allah.

Selain itu, aku juga harus menjaga salat hingga akhir hayat. Semua umat Muslim mengetahui bahwa salat adalah tiang agama. Salat bukan sekadar gerakan, melainkan perjumpaan dengan Allah. Saat aku sujud paling dalam, aku merasa begitu dekat dengan-Nya. Aku bisa menangis, mengadu, dan berharap. Tiada amal yang lebih dicintai Allah daripada salat yang khusyuk. Ketika kita bangun di malam hari, meninggalkan hangatnya tempat tidur hanya untuk sujud di hadapan-Nya, saat itulah kita sedang membangun istana di surga.

Jalan menuju surga tidak selalu besar dan megah. Ia bisa tersembunyi dalam hal-hal kecil yang sering kita anggap sepele: tersenyum kepada saudara, menyingkirkan batu dari jalan, atau menolong makhluk Allah. Dalam hadis disebutkan, ada seseorang masuk surga hanya karena menyingkirkan ranting berduri dari jalan. Ia tidak memiliki banyak ilmu atau harta, tetapi Allah mencintainya karena ia memudahkan urusan makhluk-Nya.

Tak ada surga bagi mereka yang suka menyakiti. Jalan menuju surga dipenuhi kasih sayang. Ketika kita memaafkan orang yang menyakiti, menahan amarah, atau menolong dalam kesempitan, Allah melihat dan menyiapkan ganjaran yang jauh lebih besar.

Saat kita menyantuni anak yatim, menghibur orang tua kesepian, mendampingi orang sakit, atau sekadar berdoa tulus untuk orang lain dalam keheningan malam—semua itu adalah batu bata dari istana surga yang kita bangun.

Masya Allah tabarakallah, ternyata ada banyak hal sederhana untuk meniti jalan menuju surga, meski jalan itu tidak mudah dan tidak datang begitu saja. Amal menuju surga bukan tentang banyaknya, tetapi konsistensinya. 

Rasulullah Saw. bersabda:
Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang paling konsisten, meskipun sedikit.”

Maka, jangan remehkan zikir yang kau ucap setiap pagi, meski hanya satu menit. Jangan abaikan salat sunnah dua rakaat yang kau lakukan, meski tidak selalu sempurna.

Ketika kita terus berusaha, memperbaiki diri, dan tidak menyerah dalam beramal, di situlah cinta Allah semakin dekat.

Ya Allah, surga itu nyata, dan surga itu sedang menanti kami semua.
Wahai jiwa yang merindu surga, ketahuilah bahwa setiap niat baikmu dan setiap langkah kecilmu di jalan Allah tak pernah sia-sia. Malaikat mencatat, Allah melihat, dan surga pun rindu akan kehadiranmu.

Jangan tunggu sempurna untuk beramal. Mulailah dari yang sederhana: ucapkan salam, tebar senyum, sisihkan sedikit rezeki, hafalkan satu ayat, sujud lebih lama malam ini. Dan berdoalah:
Ya Allah, bimbing aku dalam setiap amal yang Engkau cintai, hingga kelak Engkau izinkan aku masuk ke dalam surga-Mu tanpa hisab.”

Surga itu nyata, dekat, dan menunggu orang-orang seperti kita yang terus berusaha, meski tak selalu sempurna.

Wallahualam bissawab. [US]

Baca juga:

0 Comments: