Headlines
Loading...
Langkahku ke SSCQ, Bukan Suatu Kebetulan

Langkahku ke SSCQ, Bukan Suatu Kebetulan

Oleh: Eka Suryati
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Menapaki jalan hidayah adalah sebuah cerita indah tersendiri. Keindahannya bukan sekadar karena kisah yang seru atau menarik, melainkan karena ada cinta-Nya yang sangat berperan. Dalam renunganku saat sendiri, rasa syukur kupanjatkan ke hadirat Allah, karena kuasa-Nyalah aku menjadi diriku yang utuh. Utuh karena merasakan cinta sejati, cinta-Nya yang didamba setiap insan beriman.

Jalan hidayah itu tidak ada yang kebetulan. Semua sudah menjadi rencana-Nya, hingga diri ini senantiasa mengucap syukur. Banyak orang berperan hingga aku berada di sini, di SSCQ, yang menjadi wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Jika sahabat lain langsung bergabung ke kelas utama dan kelas tambahan di WhatsApp, langkahku menuju SSCQ sedikit berliku. Aku cukup lama tergabung di komunitas SSCQ di Facebook, baru kemudian ikut di grup-grup WhatsApp.

Motivasi dari Miya 

Miya—begitu aku memanggil Nelly Azzahra—adalah sapaan mesra kami untuknya. Bagiku, Miya adalah sahabat, guru, dan motivator dalam menulis. Aku yang awalnya tidak berniat menjadi penulis, selalu mendapat dukungan darinya. Ia mengatakan bahwa aku memiliki bakat menulis. Menurutnya, kepandaian menulis bukan hanya soal bakat, tetapi juga kemauan untuk berkarya bagi kebaikan dan dinikmati banyak orang.

Katanya, saat tulisan kita dibaca, akan ada jejak kebaikan yang tertinggal, dan itu bisa menjadi pahala jariyah. “Apakah tidak mau mendapat amal jariyah dari kemauan menulis?” begitu Miya memotivasiku.

Langkahku bergabung secara utuh di SSCQ juga terjadi atas motivasinya. Sebuah notifikasi di layar gawainya memberiku jalan untuk menjejakkan kaki di SSCQ. Aku merasa, berawal dari ajakan Miya-lah akhirnya aku menjadi bagian dari SSCQ hingga kini. Bagiku, itu bukanlah kebetulan, melainkan jalan menuju hidayah yang Allah tunjukkan agar rasa cinta kepada-Nya semakin tumbuh.

Ajakan penuh motivasi dari Miya membuatku tak kuasa menolak, meski sempat beralasan untuk menghindari ikut challenge saat itu. Akhirnya, aku masuk ke grup khusus peserta challenge. Seperti kata Miya, kata kunci telah diberikan selama 30 hari. Peserta hanya tinggal mengikuti kata kunci itu untuk menulis naskah demi naskah. Tim media SSCQ akan menilai dan menayangkannya jika tulisan dianggap layak dan memenuhi syarat.

Hari demi hari berlalu, aku juga tergabung dalam grup kontributor agar tahu jika tulisanku tayang. Aku tidak terlalu berharap tulisanku dimuat. Bisa istikamah menulis selama satu bulan tanpa henti saja sudah luar biasa bagiku. Itu adalah pengalaman pertamaku mengikuti sebuah challenge.

Ternyata benar kata Miya, bahwa aku bisa. Motivasi itu sangat menguatkan ketika rasa percaya diri untuk menulis masih minim. Bukan hanya mampu menyelesaikan challenge, beberapa tulisanku juga tayang di media. Rasanya seperti mendapat anugerah indah. Itu membuat rasa percaya diri untuk terus menulis semakin menguat, seiring seringnya aku ikut challenge SSCQ.

Bergabung di Kelas Utama

Awalnya, aku hanya berada di kelas teras dan beberapa kelas tambahan. Memang jalannya begitu, aku bergabung di SSCQ melalui wasilah menulis. Hadiah manis dari Bunda Lilik karena berhasil ikut challenge adalah kesempatan masuk ke kelas literasi dan literasi khusus. Dari sana, kemampuan menulisku semakin terasah, karena peserta pertemuan diwajibkan membuat tulisan berupa pesan dan kesan.

Sebuah flyer ajakan mengikuti kajian daring membuatku penasaran. Akhirnya, aku memberanikan diri ikut kajian online pertamaku. Pesan dan kesan kukirimkan secara pribadi kepada Bunda Erna Kartika Dewi atau yang biasa disapa Teh Irna. Ternyata, belum ada kelas untukku membagikan tautan pesan-kesan tersebut.

Teh Irna bertanya,
“Bunda belum ikut kelas A atau B pada challenge ODOJ?”

Aku menjawab,
“Belum, Teh. Belum ikut di kelas ODOJ.”

Akhirnya, tawaran datang dari Teh Irna dan Bunda Neni Arini agar aku bergabung di kelas utama. Lucu juga jika diingat, sudah masuk banyak kelas di SSCQ, tapi belum bergabung di kelas ODOJ sebagai kelas utama. Bunda Lilik pun baru menyadari hal itu. Tawaran manis pun datang sebagai penguat agar aku masuk kelas utama.

Akhirnya, aku bergabung di kelas utama. Awalnya memilih kelas C agar bisa belajar bertahap dan istikamah bertilawah. Namun, karena kelas C sudah tutup, aku bergabung di kelas B. Target setengah juz per hari terpenuhi, bahkan tersisa cukup waktu sehingga aku bisa melanjutkan tilawah hingga khatam 30 juz pada bulan pertamaku di ODOJ. Hal itu menumbuhkan rasa percaya diri untuk naik ke kelas A dan menargetkan satu juz per hari.

Waktu terus berlalu, hari-hariku tak lagi sama. Kini, aku disibukkan dengan kegiatan yang baik dan penuh hikmah. Tilawah setiap hari tak lagi menunggu Ramadan. Menariknya, di SSCQ tilawah tidak hanya membaca ayat, tetapi juga disertai terjemahan dan menuliskan ayat yang paling berkesan untuk diambil hikmahnya.

Rasa syukurku berada di komunitas ini membuatku berusaha menunaikan tugas kurikulum dengan baik. Istikamah adalah kuncinya. Langkahku menuju SSCQ bukan kebetulan, melainkan panggilan jiwa untuk mendekat kepada Yang Maha Kuasa.

Kotabumi, 2 Agustus 2025 [Hz]


Baca juga:

0 Comments: