Headlines
Loading...
Berusaha Meraih Surga Khuldi Melalui Pintu Rayyan

Berusaha Meraih Surga Khuldi Melalui Pintu Rayyan

Oleh. Ratty S. Leman

(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Alhamdulillah, kita telah berjalan-jalan sampai di surga kedelapan. Rasanya sungguh sangat menakjubkan melihat surga-surga yang begitu indah. Tak mungkin hati nurani kita menolaknya; pasti sangat ingin masuk ke salah satunya. Namun, kita perlu memikirkan, mempersiapkan, dan membawa bekal amal apa yang hendak diperjuangkan agar dapat menggapainya.

Pertama, di Surga Firdaus, kita bisa masuk dari pintu salat. Kedua, di Surga ‘Adn, kita bisa masuk dari pintu sabar. Ketiga, di Surga Na‘im, kita bisa masuk dari pintu sedekah. Keempat, di Surga Ma‘wā, kita bisa masuk dari pintu jihad melalui aktivitas dakwah. Kelima, di Surga Dārussalām, kita bisa masuk dari pintu berbakti kepada kedua orang tua. Keenam, di Surga Dārul Muqāmah, kita bisa masuk dari pintu silaturahmi. Ketujuh, di Surga Maqāmul Amīn, kita bisa masuk dari pintu menahan marah. Kedelapan, di Surga Khuldi, kita bisa masuk melalui pintu Rayyān (puasa). Kesembilan, kita bisa masuk Surga Dārul Qarār dari pintu Al-Aymān. Kesepuluh, kita bisa berusaha masuk dari pintu haji dan umrah.

Ada sepuluh tingkatan surga yang bisa kita capai dari pintu-pintu amal yang telah disediakan oleh Allah. Beberapa yang penulis sebutkan di atas hanya sebagai contoh. Silakan beramal secara maksimal untuk berusaha menggapai surga yang tertinggi dengan amalan masing-masing.

Tak terkecuali untuk mendapatkan Surga Khuldi ini. Harus ada amalan andalan yang menjadi jalan menuju surga tersebut. Surga Khuldi adalah salah satu tingkatan surga yang dijanjikan Allah Swt. bagi orang-orang yang bertakwa. Ia digambarkan sebagai tempat kekal, tempat tinggal abadi bagi mereka yang taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Kata khuldi sendiri berarti kekal abadi.

Surga Khuldi merupakan salah satu dari beberapa tingkatan surga yang disebutkan dalam Al-Qur’an, dan dalam beberapa riwayat disebutkan berada pada tingkatan kedelapan. Meskipun merupakan tingkatan kedelapan, yang namanya surga tetaplah indah dan membuat betah. Bahkan, konon emperan surganya saja sudah indah dan sejuknya bukan main—apalagi jika masuk ke dalamnya. Masyaallah.

Surga Khuldi disebutkan dalam Surah Qaf:
"Masuklah ke (dalam surga) dengan aman dan damai. Itulah hari yang abadi." (QS Qaf: 34).

Surga abadi ini diperuntukkan bagi orang-orang yang taat terhadap perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Hal ini juga tercantum dalam firman Allah pada Surah Al-Furqan ayat 15.

Penghuni Surga Khuldi akan mendapatkan segala sesuatu yang mereka inginkan—bahkan melebihi dari apa yang mereka bayangkan—serta akan merasakan kenikmatan yang kekal. Mereka tidak akan pernah keluar dari surga tersebut, melainkan tinggal di dalamnya secara abadi.

Penghuni Surga Khuldi digambarkan sebagai orang-orang yang sangat betah di surga karena segala fasilitas yang disediakan Allah Swt., termasuk makanan lezat yang makin dimakan makin bertambah kelezatannya, pemandangan indah, sungai-sungai jernih, dan lain sebagainya.

Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Surga Khuldi diciptakan dari marjan merah dan kuning.
Surga Khuldi adalah balasan yang dijanjikan Allah bagi hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh, sebuah tempat yang kekal dengan segala kenikmatan yang tak terhingga.

Masyaallah. Maka, untuk memasukinya, aku memilih mempersiapkannya dengan amal puasaku. Alhamdulillah, saum Ramadan sebulan penuh sudah aku lakukan sejak kelas 2 SD, usia 7 atau 8 tahun, hingga sekarang, usia 55 tahun. Semoga Allah menerima amal puasa Ramadan yang aku jalani ini.

Ada harap-harap cemas jika amal tak sempurna, tak maksimal, atau bahkan tak diterima. Maka, sejak SMP, aku menambahkan puasa Senin–Kamis, dan berlanjut saat menjadi mahasiswa, bahkan setelah menikah dan menjadi ibu rumah tangga.

Hari demi hari berlalu sampai pada tahun 2020, aku harus menjalani puasa Daud. Aku didiagnosis menderita diabetes tipe 2, dan disarankan dokter untuk melakukan intermittent fasting serta mengikuti program pola makan low carbo. Aku menjalani semuanya dengan ikhlas, dan aku mengusulkan kepada sang dokter, “Bagaimana kalau aku puasa Daud?” Dokternya menjawab, “Itu lebih bagus, tetapi saat berbuka puasa ingat, harus low carbo dan perbanyak protein.”

Alhamdulillah, sudah hampir lima tahun ini aku menjalani puasa Daud. Aku tidak sedih, tidak marah, dan ikhlas menjalaninya. Aku tidak marah kepada Allah—mengapa orang lain boleh makan bebas sepuasnya sedangkan aku dibatasi dan disuruh banyak-banyak berpuasa?

Aku justru bersyukur. Mungkin inilah cara Allah mengasihiku sebagai hamba-Nya. Allah ingin aku masuk surga dari pintu Ar-Rayyān, yaitu pintu orang-orang yang berpuasa. Aku berbaik sangka kepada Allah. Inilah bahasa cinta-Nya kepadaku. Alhamdulillah, kutapaki jalan ini dengan sabar dan hati-hati. Semoga aku bisa sampai ke surga yang telah dijanjikan-Nya ini. Aamiin, Yā Mujība as-Sā’ilīn.

[An]

Baca juga:

0 Comments: