Akankah Kurikulum Berbasis CintaMengubah Wajah Pendidikan (Islam) Indonesia?
Oleh. Ita Ummu Maiaa
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Wajah merupakan bagian tubuh yang menjadi simbol kemuliaan atau kehinaan manusia. Ekspresi wajah sangat mudah berubah, bahkan dapat dimanipulasi demi mencapai kepentingan tertentu.
Begitu pula dengan wajah pendidikan sebuah negeri. Ketika proses pendidikan berhasil melahirkan generasi yang mampu memberikan kontribusi terbaik bagi bangsanya, maka wajah pendidikan negeri tersebut akan tampak percaya diri dan bersinar. Sebaliknya, wajah pendidikan yang muram akan terlihat ketika anak-anak didik menunjukkan perilaku negatif. Maka, dengan diresmikannya Kurikulum Berbasis Cinta, akankah wajah muram pendidikan di negeri ini berubah?
Wajah Pendidikan Ditentukan oleh Asasnya
Penampilan luar yang baik sangat ditentukan oleh kondisi dalam yang mendasarinya. Wajah yang tampak indah karena polesan akan memudar jika hati dan pikiran kotor, karena akan melahirkan perilaku yang juga buruk.
Perilaku negatif seperti tawuran, pergaulan bebas, dan intoleransi di kalangan pelajar sangat dipengaruhi oleh peran pendidikan, baik dari keluarga, masyarakat, sekolah, maupun negara. Fenomena ini mencerminkan wajah muram pendidikan, yang seharusnya mendorong kita untuk melakukan introspeksi mendalam: mengapa hal-hal tersebut masih terus terjadi?
Pergantian kurikulum berkali-kali menjadi salah satu upaya untuk mengubah wajah pendidikan, sebagaimana yang dilakukan oleh Kementerian Agama. Kementerian Agama Republik Indonesia secara resmi meluncurkan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) sebagai wajah baru pendidikan Islam yang lebih humanis, inklusif, dan spiritual. Peluncuran ini digelar di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Kamis, 24 Juli 2025. malam (Republika.co.id, 26/7/2025).
Namun, wajah pendidikan (Islam) hari ini sering kali diberi topeng seolah-olah Islam merupakan akar dari kerumitan yang terjadi di negeri ini. Cara pandang yang keliru tentu akan melahirkan penyelesaian yang juga keliru.
Permasalahan pendidikan yang masih tampak muram semestinya dilihat dari hal paling mendasar, yaitu fondasi atau asas sistem yang diberlakukan di negeri ini. Sebab, dari fondasilah akan lahir cara pandang dan penyelesaian terhadap berbagai permasalahan, termasuk pendidikan.
Saat ini, sekularisme dan kapitalisme menjadi asas yang diterapkan di hampir seluruh negeri Muslim. Sistem ini memisahkan agama dari kehidupan, serta mendasarkan kebahagiaan dan tujuan hidup pada materi. Akibatnya, aturan dan aktivitas yang dihasilkan — termasuk dalam dunia pendidikan — tidak mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan secara fitrah, tidak memuaskan akal, dan tidak menenteramkan hati.
Islam: Asas dan Kurikulum Terbaik
Islam bukan hanya agama yang mengatur ibadah ritual, melainkan asas kehidupan yang melahirkan berbagai aturan, termasuk dalam bidang pendidikan. Sistem pendidikan Islam pernah diterapkan selama lebih dari 13 abad dalam sejarah peradaban.
Islam menetapkan batas usia tanggung jawab hukum (taklif) dimulai sejak baligh. Sebelum mencapai usia tersebut, anak-anak dibimbing melalui proses pembelajaran dan pembiasaan agar siap menjadi manusia yang bertanggung jawab.
Usia baligh bagi laki-laki ditandai dengan mimpi basah atau telah berusia 15 tahun. Sedangkan bagi perempuan, ditandai dengan datangnya haid. Sebelum baligh, anak-anak dididik dengan penguatan iman, pemahaman tentang penciptaannya, serta nilai-nilai akhlak.
Setelah baligh, ketika keimanan sudah tertanam kuat, anak-anak mulai mendalami ilmu pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan minat dan bakat mereka. Inilah gambaran asas dan kurikulum Islam. Negara wajib memfasilitasi penerapannya melalui penyediaan tenaga pendidik, sarana, dan prasarana yang berkualitas. Orang tua tidak dibebani dengan biaya pendidikan karena negara menjamin pendidikan yang terjangkau, bahkan gratis bagi seluruh warga negara.
Dalam pandangan Islam, pendidikan adalah bagian dari pengurusan umat dan termasuk kebutuhan publik yang harus dipenuhi negara, sebagaimana halnya ekonomi, keamanan, kehidupan sosial, dan kebutuhan individu lainnya.
Kurikulum dan asas Islam menghadirkan pendidikan dengan cinta yang sejati — cinta yang diridai dan membawa keberkahan dari Sang Pencipta. [My]
Baca juga:

0 Comments: