Oleh. Eka Suryati
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Setiap manusia pada hakikatnya adalah seorang musafir. Kita berjalan menempuh waktu, melewati lembah-lembah ujian, menapaki jalan-jalan harapan, dan kadang harus melalui tanjakan cobaan yang melelahkan. Dunia hanyalah persinggahan sementara, tempat kita diuji apakah pantas atau tidak menuju kampung akhirat yang kekal. Dan dalam hati setiap orang beriman, selalu ada satu tujuan suci yang tak pernah padam: ingin pulang ke tempat terbaik, ke negeri abadi yang dijanjikan Allah.
Bayangkan sebuah tempat yang tiada pernah terbayang oleh mata, tak pernah terdengar oleh telinga, dan tak pernah terlintas dalam benak manusia, itulah surga. Di dalamnya, segala kenikmatan disediakan tanpa batas: sungai-sungai yang mengalir di bawahnya, istana-istana dari emas dan perak, pepohonan rindang yang buahnya selalu tersedia, serta udara yang menyejukkan jiwa. Tak ada letih, tak ada luka, tak ada air mata. Hanya kedamaian abadi, canda tawa para penduduknya, dan nikmat terbesar: melihat wajah Allah Yang Maha Mulia. Sungguh, surga adalah janji agung dari Tuhan bagi hamba-hamba-Nya yang bertakwa dan bersabar di dunia fana ini.
Surga bukan sekadar tempat yang indah, ia adalah rumah sejati, tempat kembali yang didamba setiap jiwa yang beriman. Setelah lelah menempuh perjalanan panjang di dunia, surga adalah pelabuhan terakhir yang penuh pelipur. Di sanalah rindu-rindu akan terobati, kehilangan akan diganti, dan pengorbanan akan dibalas tanpa hitung. Mereka yang merindukan perjumpaan dengan Rabb-nya, yang hidup dengan iman dan amal, menjadikan surga sebagai tujuan utama dalam setiap detak napas. Maka tak heran jika surga menjadi impian tertinggi, cita-cita suci yang menghidupkan harapan dalam dada para pencari rida-Nya.
Surga yang indah dengan segala fasilitasnya yang Allah berikan itu merupakan tempat yang tidak mudah untuk digapai. Perlu perjuangan yang keras agar bisa sampai ke sana. Walaupun surga adalah tempat asal kita dahulu, namun pesona dunia yang membius terkadang membuat kita lalai. Dunia memang sementara, tapi lenanya kadang membuat kita lupa, seakan-akan ingin hidup selamanya di dalamnya.
Kita kadang lalai untuk mengejar akhirat, padahal kalau kita tidak sungguh-sungguh, tentulah kita akan kembali ke tempat yang menjadi lawan dari surga, yaitu neraka. Kalau kita mencoba bertanya terhadap sesuatu yang sangat menyentuh inti dari kehidupan manusia: mengapa kita sering lalai pada akhirat padahal konsekuensinya begitu besar? Salah satu alasannya adalah karena dunia tampak nyata di depan mata, sementara akhirat bersifat gaib dan butuh iman untuk meyakininya.
Gemerlap dunia bisa memikat hati, mengalihkan pandangan dari tujuan hakiki. Kita sering terjebak dalam rutinitas, sibuk mengejar kenyamanan sementara, hingga lupa bahwa hidup ini singkat dan bukan tempat tinggal abadi. Padahal, jika kita tidak bersungguh-sungguh mempersiapkan bekal akhirat, maka kita sedang berjalan menuju tempat yang menyengsarakan. Tempat itu menjadi tempat yang penuh azab dan penyesalan.
Kita lalai bukan karena tidak tahu, tapi karena kurang merenung. Kurang mengingat bahwa setiap detik mendekatkan kita pada kematian. Seandainya kita benar-benar sadar bahwa hidup ini adalah ujian, dan bahwa surga hanya diberikan kepada mereka yang berjuang dengan sungguh-sungguh, tentu kita akan lebih berhati-hati. Karena jika tidak, maka kita sedang mempertaruhkan tempat kembali kita kelak: surga yang penuh kenikmatan atau neraka yang penuh siksaan.
Lalu, bagaimana dengan diri ini yang kadang masih sering lalai, masih sering menyia-nyiakan peluang emas dan waktu yang sangat berharga? Agar kelak ketika sampai saatnya kembali menghadap pada Allah, bisa memperoleh tiket ke surga? Surga adalah tempat terindah, impianku untuk masuk ke dalamnya, bersama orang-orang beriman lainnya. Terkadang di tengah malam yang sunyi, air mata berurai, merenungi perjalanan hidup yang telah dilalui. Walau sadar, ilmu belum seberapa, iman masih sering goyah, namun keinginan bertemu Allah di surga kelak, bukanlah keinginan yang kaleng-kaleng. Itu merupakan keinginan yang selalu dilangitkan dalam doa, diucapkan oleh lisan dan ingin sekali dilaksanakan oleh segenap jiwa dan raga.
Apa yang harus aku lakukan, ya Rabb? Langkah apa yang dapat aku perbuat agar menggapai surga-Mu yang sangat indah, tempat kembali terbaik, yang tak akan lagi kesengsaraan saat telah masuk ke dalamnya? Diri ini masih awam, hati ini masih rawan, dosa-dosa juga kadang tak sadar terukir di hati, melalui perbuatan yang tak kau ridai.
Pada sepanjang perjalanan hidup ini, perbuatan mana yang telah membuat-Mu rida, sehingga surga itu layak kumasuki? Aku takut, belum pernah membuat-Mu mencintaiku, atau layak untuk Engkau cintai. Ya, Rabb ... aku takut neraka-Mu.
Namun aku juga bertanya, sudah layakkah aku menuju surga-Mu. Aku ingin memandang wajah-Mu kelak, aku ingin bertemu Rasulullah dan semua hamba-hamba pilihan-Mu.
Namun diri ini sadar masih jauh dari kata sempurna, untuk menggapai cahaya-Mu. Aku masih tertatih-tatih dalam mencintai-Mu. Di saat para sahabat surga sudah berlari, aku masih berjalan terseok-seok. Beri hamba kekuatan-Mu, ya Rabb. Jangan tinggalkan aku sendirian. Rangkullah diriku dalam cahaya hidayah-Mu. Kuatkan aku untuk berjalan di jalan taat. Aku mau mencintai-Mu. Aku mau terus mengingat-Mu.
Saat ini, aku sedang berjalan untuk menggapai cinta-Mu. Ridai aku ada di komunitas yang membuatku bisa kuat, karena ada para sahabat yang saling mengingatkan dalam kebaikan. Biarkan aku bergandengan tangan bersama para sahabat surga, yang selalu saling menguatkan kala lena dunia kadang melalaikan.
Biarkan aku berada bersama mereka yang selalu melantunkan ayat-ayat cinta dari kalam-Mu yang sangat indah. Bertilawah, bukan sekadar bertilawah, tapi ingin memahaminya agar ku tahu betapa indahnya aturan Islam, dan aturan itu ada pada kandungan Al-Qur'an yang ingin kubaca setiap harinya. Aku ingin taat pada aturan-Mu.
Aku tahu perjalanan ini masih panjang, dan tidak mudah. Akan ada luka, air mata, dan mungkin jatuh bangun dalam ketaatan. Tapi aku tak ingin menyerah. Sebab aku tahu, Engkau melihat setiap usaha kecilku. Aku percaya, setiap langkah menuju-Mu tak akan pernah sia-sia. Setiap air mata yang jatuh karena-Mu, setiap amal tersembunyi, setiap istighfar lirih di sepertiga malam, semua itu Engkau catat sebagai bukti cinta. Dan dengan itu, aku ingin terus berjalan meski tertatih. Karena aku tahu, Engkau tidak meminta kesempurnaan. Engkau hanya ingin aku tak berhenti mendekat.
Tempat kembali yang paling indah itu sedang kutuju. Aku ingin sampai ke sana, ya Rabb. Tempat di mana tak ada lagi tangis kesedihan, tak ada lagi perpisahan, tak ada lagi ujian berat. Hanya ada pelukan kasih-Mu, cahaya wajah-Mu, dan kebersamaan abadi dengan orang-orang yang mencintai-Mu. Maka jangan biarkan aku terhenti di tengah jalan. Jangan biarkan dunia menjauhkan aku dari-Mu. Pegang erat tanganku dalam perjalanan ini, dan tuntun aku menuju surga-Mu—tempat kembali yang paling indah, rumah yang sesungguhnya, yang selama ini kurindukan. Aamiin ya Rabbal ‘alamin. [ry].
Kotabumi, 16 Juli 2025
Baca juga:

0 Comments: