Oleh. Wirani Salsabila
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Alhamdulillah, syukur tak terhingga aku bisa mengenal komunitas Sahabat Surga Cinta Quran (SSCQ). Aku bergabung dengan SSCQ di challenge ke-7. Jadi, sudah hampir empat tahun. Keberadaanku di SSCQ ini kurang lebih sama seperti umur anakku yang keempat. Aku ingat sekali, dulu pertama kali ikut, aku baru selesai melahirkan. Setelah masa nifas berakhir, aku pun bergabung dengan SSCQ.
Keinginan bisa bergabung dengan grup ODOJ (one day one juz) sebenarnya sudah sejak lama. Namun, belum terealisasi. Masih maju mundur cantik, khawatir tak bisa istikamah. Sampai suatu waktu, entah mengapa keinginan itu muncul. Ada magnet tersendiri setelah melihat dan membaca tulisan teman-teman di Facebook, yang mana mereka sudah bergabung di SSCQ. Tulisan mereka banyak berbicara bahwa setiap kita punya masalah, pasti ada jawabannya di dalam Al-Qur'an. Maka, bismillah, aku pun memantapkan diri untuk ikut komunitas ini. Kuhubungi nomor WhatsApp muasisnya, Bunda Lilik Yani. Alhamdulillah, langsung direspon cepat oleh beliau.
"Tapi sudah masuk day ketiga, Mbak. Gapapa ya, masih bisa ngejar?" tanya Bunda Lilik.
"Iya, Bun. Semoga bisa, insyaallah." jawabku.
Pengalaman pertama ikut ternyata sudah di hari ketiga challenge. Berarti tertinggal 2 juz. Kukuatkan tekad, insyaallah masih bisa.
Aku sudah berada di grup kecil dan langsung disambut ramah oleh penanggung jawab grup, yaitu Mbak Yuyun. Demikianlah panggilan akrabku ke beliau saat itu. Padahal beliau adalah seorang ustazah yang sudah memiliki banyak pengalaman. Mohon maaf ya, Ustazah, atas ketidaktahuanku.
Setelah beberapa hari dengan aktivitas tilawah dan laporan di grup oleh PJ. Sebuah acara SSCQ Literasi. Aku agak lupa judulnya apa. Kutanyakan bagaimana caranya ikut? Karena aku tertarik sekali dengan temanya. Tentang manajemen waktu kalau tak salah. Suatu hal yang sangat dibutuhkan untuk ibu sepertiku. Masih jatuh bangun mengelola waktu dengan baik.
"Maaf, Mb Wirani belum bisa ikut kalau acara SSCQ Literasi ini. Nanti ya, kalau khatam 30 juz. Baru dapat tiket kelas literasinya. Insyaallah." jelas Ustazah Yuyun.
Ya ..., dalam hati agak kecewa karena belum bisa mendapatkan ilmu yang sangat penting. Tak apalah. Semoga bisa khatam, dan bisa ikut kelas literasi di challenge selanjutnya.
Akhirnya, challenge ke-7 kala itu bisa berhasil dilalui. Khatam 30 juz. Bahagia rasanya. Benar-benar bahagia. Hadiah sebuah Al-Qur'an terjemah per kata pun kudapat. Satu lagi hadiah yaitu tiket menuju kelas SSCQ Literasi. Alhamdulillah, senang rasanya.
Di challenge ke-8, kelas SSCQ Literasi sudah bisa kunikmati. Menikmati berbagai ilmu, tanpa harus pergi jauh-jauh, tanpa biaya sepeser pun. Ya Allah, begitu bersyukurnya aku.
Kelas SSCQ Literasi dalam sebulan ada empat pertemuan. Pertemuan pertama adalah Launching SSCQ Literasi. Launching ini selalu menarik untuk diikuti. Ibaratnya etalase toko. Di launching ini kita bisa tahu secara singkat apa itu SSCQ dan kurikulumnya, juga materi-materi yang akan disampaikan di kelas SSCQ Literasi nanti. Dari sini harapannya para member lebih siap dan semangat mengikuti challenge dan kelas SSCQ Literasi. Di launching ini kami pun mau tak mau terbakar semangat untuk menulis, ketika Bunda Lilik memperlihatkan biodatanya. Masyaallah, puluhan buku hasil karyanya membuat decak kagum. Selalu ada motivasi buat kami. Kalau beliau saja bisa, kami juga pasti bisa.
Launching Literasi adalah bincang mesra para member SSCQ dan sang muassis. Kami selalu menanti momen ini. Terasa ketulusan hati beliau meriayah kami. Bunda Lilik sering mengingatkan kami pentingnya menjaga silah ukhuwah. Mengingatkan kami juga tentang persatuan umat. Seperti kepada saudara-saudara kita di Palestina.
"Jangan pernah lupakan mereka. Teruslah menyuarakan Islam untuk kebebasan Palestina. Lewat apa? Ya, salah satunya lewat aksara. Kita sampaikan ketidakridaan kita atas genosida yang terjadi. Kita sampaikan pula solusinya apa. Tulisan-tulisan kita akan jadi saksi bahwa kita tak diam saja, kita ikut melakukan perjuangan bebaskan Palestina. SSCQ melalui Palestina Memanggilmu menghimpun tulisan-tulisan seputar Palestina," ujar Bunda Lilik.
Masih berbicara tentang SSCQ Literasi. Setiap orang tentu punya kemampuan menulis, membaca, dan berbicara. Bedanya adalah sesering apakah kemampuan tersebut digunakan dan dikembangkan. Ibarat pisau, ketajamannya tergantung sering tidaknya pisau itu digunakan dan diasah. Sama halnya kemampuan membaca, menulis, dan berbicara yang kita miliki. Harus selalu digunakan dan diasah agar makin lihai dan piawai.
Masyaallah, kelas SSCQ Literasi membuka ruang yang selebar-lebarnya bagi para anggotanya untuk belajar lebih dalam lagi. Belajar semakin lihai dan piawai dalam menulis, membaca, dan berbicara. Bagaimana tidak? Setiap kali selesai kelas, kami ada tugas membuat pesan dan kesan selama acara. Tentu mau tidak mau tugas ini membuat kami terbiasa menulis. Dari yang awalnya bingung mau nulis apa, tak bisa berkata-kata, atau sebaliknya yang nulisnya lancar jaya hingga tak perhatikan tanda baca dan tanpa EYD. Semua perlahan tetapi pasti akan bisa diperbaiki. Yang penting pertama mau saja menulis. Apa yang ada di dalam hati. Seburuk apa pun tulisan kita. Itu adalah buah pikiran kita. Tak ada yang namanya tulisan receh. Percaya dirilah untuk menulis sepanjang tulisan itu tak melanggar syarak.
Selanjutnya tentang membaca. Membaca adalah hal yang tak bisa dipisahkan dari menulis. Kita bisa menulis karena sudah membaca. Sesudah membaca kita pun perlu menulis agar semakin banyak yang mendapatkan manfaat dari apa yang kita baca. SSCQ di kelas literasi juga ada bedah buku. Buku-buku dengan sudut pandang Islam. Bisa tentang parenting, sirah, dakwah, dan sebagainya.
Alhamdulillah, bulan Mei 2025 lalu, aku diberikan kesempatan oleh Bunda Lilik untuk berbagi tentang buku yang sudah tuntas kubaca. Buku itu berjudul Positive Parenting, karya Muhammad Fauzil Adhim. Buku yang akhirnya tuntas kubaca dari awal sampai akhir karena aku mengikuti program SSCQ bernama Muhasabah Literasi. Muhasabah Literasi ini adalah program membaca setiap hari, lalu menuliskan kutipan dari apa yang sudah dibaca.
Sebenarnya aku agak kaget ketika mendapat amanah menjadi pemateri. Sepertinya aku terlewat tak membaca pengumuman saat launching. Saat itu anakku yang terkecil sedang sakit, sudah beberapa hari demam. Namun, aku berdoa semoga kesempatan yang diberikan bisa berbuah pahala dan jadi wasilah untuk kesehatan anakku. Bismillah, kataku. Dan benar sekali, setelah acara bedah buku itu anakku sembuh. Alhamdulillah, Allah mengabulkan doaku.
Setelah menulis dan membaca adalah kemampuan berbicara. Berbicara tak asal berbicara. Bicara yang pakai rasa, tepat sasaran dan penyajian. Tentu ini perlu ilmu. Apalagi kalau bukan ilmu public speaking (PS). Belajar ini setahuku butuh biaya yang lumayan. Namun, di SSCQ bisa didapat cuma-cuma. Padahal pematerinya tak main-main. Teh Maya Rohmah jadi andalannya SSCQ. Mastah PS yang sudah berpengalaman mengisi di mana-mana, sasarannya merata dari muda hingga tua. Masyaallah. Belajar PS bagiku hal yang mendebarkan. Hehe. Masih belum bisa menghilangkan rasa grogi dan kadang tiba-tiba blank, lupa mau berkata apa. Banyak sekali aku belajar dari pemateri. Aku praktikkan dalam keseharian, saat berbincang dengan anak, atau orang lain. Begitu pun ketika dalam forum dakwah, berhadapan dengan banyak orang.
SSCQ Literasi sangat berarti bagiku. SSCQ Literasi memberiku bekal agar lebih baik ke depan. Lebih menghargai waktu. Mengisi hidup dengan banyak menulis, membaca, dan berbicara. Terlebih karena ada kewajiban dakwah yang ada di pundak kita. Ketiga kemampuan itu adalah hal yang harus kita miliki.
Tak terasa keberadaan SSCQ Literasi sudah hampir empat tahun. Jelang milad keempat SSCQ Literasi kudoakan, semoga SSCQ Literasi semakin menebar manfaat untuk semua. Terkhusus untuk para membernya dan umat pada umumnya. Semoga lewat wasilah SSCQ Literasi akan mampu membuka cakrawala umat bahwa hanya Islamlah yang mampu memberikan kebahagiaan hidup abadi di dunia maupun di akhirat. Amin. Wallahualam bissawab. [ry].
Semarang, 29 Juni 2025
Baca juga:

0 Comments: