Story
Kutemukan Al-Qur’an sebagai Sumber Literasi di SSCQ
Oleh. Sri Ratna Puri
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Sedari kecil, aku sudah bergaul dengan sebagian kecil aktivitas literasi. Meski saat itu, aku belum paham betul apa itu literasi. Tetapi, kalau sebatas baca-membaca buku, mengumpulkan buku, ada di masa kecilku. Pengumpul buku. Dari buku-buku SD sampai buku kuliah dulu, bahkan buku-buku anak-anakku.
Alhamdulillah, kedua kakakku menjadi guru di sekolah dasar. Jadi di rumah seperti semisekolah. Aku diajari membaca, menulis, dan berhitung. Aku tidak masuk sekolah taman kanak-kanak lo, langsung ke sekolah dasar, yang suasananya sudah familiar. Karena aku kecil, sering dibawa kakak ke sekolah. Jadi anak bawang, yang pura-pura jadi siswa.
Tetapi mungkin, pengukir pertama kali dunia literasiku itu adalah emakku. Emak suka membaca, suka menulis. Tidak hanya tulisannya yang bagus, gambarnya juga pernah menjadi juara se-Bogor Kota, di sekolah tingkat pertama. Emak juga pandai bercerita dan membuat karangan cerita.
Suatu hari, emak bilang, buku itu jendelanya dunia. Dan itu benar-benar aku dapatkan, saat pertama kali aku bisa membaca dan mengartikan kata demi kata yang susah payah kueja hurufnya. Jendela dunia terasa tiba-tiba terbuka sangat lebar. Kuingat, kata-kata yang pertama kali aku baca adalah kata-kata yang ada di papan plang sebuah salon rambut. Kurang lebih seperti ini bacaannya: Salon Rambut Pria dan Wanita.
Sejak saat itu, setiap ada tulisan, aku baca. Tulisan di sobekan koran, tulisan di botol kecap, kaleng susu, dan lain-lain. Oh iya, pada saat membaca, terutama bacaan buku bergambar (seperti buku Bahasa Indonesia Ini Budi), gambar-gambar tersebut kuperhatikan dengan saksama, sampai-sampai gambar itu seperti nyata.
Aku Remaja
Menginjak masa remaja, saat aku duduk di bangku tingkat sekolah pertama, aku pernah menjadi penjaga perpustakaan. Di sana, kudapati bacaan yang lebih beragam. Terutama bacaan terkait ensiklopedia, biologi, dan kimia. Ada juga majalah-majalah sekolah.
Masuk di jenjang seragam putih abu-abu, mulailah sering membaca novel, cerpen, dan cerbung. Ditambah setelah ikut kajian keputrian, nuansa bacaanku lebih terarah. Ada buku bacaan wajib dan buku bacaan tambahan. Buku Materi Dasar Islam, Bunga Rampai Pemikiran Islam, Buletin Al-Islam, Studia, majalah Permata sampai novel-novel islami karya Helvi Tiana Rosa, Asma Nida, Gol A Gong, dan banyak lagi yang lain.
Singkat cerita, demi menyebarkan opini Islam, aku menyalin ulang, alias menjiplak tema tulisan di buletin Studia. Kalau sekarang, dikenal dengan istilah ATM. Amati, tulis, dan modifikasi tulisan yang sudah ada. Parafrasa, tepatnya. Hanya berbekal semangat, tanpa ilmu alat yang tepat. Sampai-sampai, aku pun nekat beberapa kali mengirimkan surat pembaca di surat kabar harian Radar Banten. Alhamdulillah, beberapa di antaranya berhasil tayang.
Mengenal Al-Qur’an sebagai Sumber Literasi di SSCQ
Selang beberapa tahun berjalan, di tahun 2022, sebuah ajakan datang. Ajakan untuk bergabung dengan salah satu komunitas pecinta Al-Qur’an secara online, dengan aktivitas utamanya ODOJ. One day one juz. Pesertanya dari mana-mana. Baik luar provinsi sampai luar negara. Qadarullah, muassisnya telah aku kenal sebelumnya. Di sebuah komunitas menulis Revowriter. Umi Lilik S. Yani.
Awalnya, aku hanya berani menjadi peserta eksternal. Menyimak dari luar lingkaran. Di saat ada agenda umum seperti Kajian Online SSCQ, aku hadir. Ada challenge, sesekali aku nimbrung. Sampai akhirnya, aku putuskan untuk benar-benar bergabung.
Ternyata melalui SSCQ ini, dunia literasiku lebih terbuka lagi. Selain aku menemukan, bahwa ilmu literasi tidak hanya terkait tentang membaca buku, mengumpulkan buku, dan tulisan, tapi menyimak info atau fakta apa pun itu melalui pancaindra yang Allah Swt. anugerahkan kepada manusia dan menyampaikannya, itulah literasi. Keterangan ini aku dapatkan setelah belajar di kelas literasi. Baik SSCQ Literasi maupun kelas Literasi Khusus SSCQ, yang diselenggarakan empat kali pertemuan dalam waktu sebulan.
Di kelas literasi aku diajarkan, didorong untuk terus belajar, lalu menangkap ilmu lewat testimoni. Oh iya, apa bedanya antara kelas SSCQ Literasi dan kelas Literasi Khusus? Sebenarnya, menurutku keduanya hampir sama. Namun, beda penekanan saja. Di SSCQ Literasi bahasannya lebih umum. Tapi di kelas Literasi khusus, sesuai dengan namanya, bahasannya lebih khusus dan bersambung.
Misalnya saja di kelas SSCQ Literasi, biasanya di pertemuan pertama berisi salam sapa dari sang muassis yang disertai penjelasan kurikulum ODOJ Plus-Plus SSCQ, berikut tema umum yang diangkat di bulan tersebut. Sedang di pekan-pekan selanjutnya, tema bisa saja sama dengan pemateri yang berbeda-beda. Namun, di kelas Literasi Khusus, tema dan pemateri sama, sesekali pematerinya berbeda.
Sebelum melanjutkan cerita literasiku, ada hal penting yang ingin kusampaikan, bahwa aku menemukan sesuatu yang istimewa. Al-Qur’an, menjadi sumber literasiku. Karena Al-Qur’an tidak sekadar bisa dibaca, digali, dan dipahami. Tetapi, dalam Al-Qur’an ada tuntutan untuk kita mengamalkan serta menyampaikan kepada manusia, agar rahmat-Nya menyebar ke seluruh dunia. Menurutku, Al-Qur’an sumber literasi yang komplet.
Al-Qur’an sangat bisa disampaikan melalui tulisan. Mulai dari tulisan sederhana, sampai tulisan formal dengan bahasan yang mendalam. Sebagaimana hal ini yang diberlakukan SSCQ. Di salah satu kurikulumnya, mengharuskan semua peserta setiap hari membuat laporan dengan menuliskan satu ayat yang paling berkesan. Dan di challenge buku antologi, sering menjadikan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi dan literasi.
Ada banyak hikmah yang kurasakan setelah menunaikan kurikulum ini (walau jujur, kadang ada saatnya harus memaksakan diri). Aku berusaha untuk fokus ketika membaca terjemahan dan merenungkan apa kandungan dalam ayat-ayat-Nya. Imbasnya, hal positif berdatangan. Mulai dari rasa mendapatkan jalan keluar sampai jawaban dari segala permasalahan kehidupan. Dan itu langsung dari firman-firman Allah Swt..
Ketika hati gundah, lalu aku membuka lembaran Al-Qur’an, maka lambat laun kudapatkan ketenangan. Kehampaan hilang, hati menjadi lapang. Atau, ketika ada masalah dengan orang lain, kucari-cari lagi ayat-ayat Al-Qur’an sebagai jalan keluar. Ketika menyampaikan indahnya ajaran Islam, ayat-ayat Al-Qur’an memberikan bobot penguatan.
Selain itu, kumerasa semacam ada kontrol amal, sehingga menuntut aku lebih berhati-hati dan memikirkannya berulang kali. Aku pun merasa ada yang mengingatkan, untuk senantiasa menghadirkan rasa syukur atas kondisi apa pun. Bila mengeluh, aku malu dengan Allah dan sahabat literasi SSCQ yang lain.
Terkait ujian, Allah telah mengabarkan di QS Al-Baqarah ayat 155 dan 286, bahwa ujian berupa kesempitan, kesedihan, kelaparan, ketakutan, dan kekurangan merupakan sunatullah. Dan Allah pasti hanya akan memberikan ujian, sesuai kemampuan hamba-Nya. Namun, balasan bagi orang-orang yang berhasil melalui ujian, adalah kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, bila gagal melalui ujian, maka kemurkaan dan kesengsaraan sebagai imbalan. Nauzubillah.
Aku pun malu kepada sahabat literasiku di SSCQ, karena banyak juga dari mereka yang sedang Allah uji. Ada yang sedang menghadapi kesempitan ekonomi, tapi tetap bisa berbagi lewat harta dan karya. Ada yang diuji sakit, tapi malah semakin produktif. Masyaallah, membuat iri. Ini pula alasan rasa syukurku menjadi bagian dari komunitas SSCQ.
Sebenarnya, masih banyak hal positif yang ingin kuceritakan. Insyaallah, di lain kesempatan. Harapanku, sedikit kisah literasiku ini bisa menginspirasi. Dan semoga di tahun keempat milad SSCQ Literasi, yang jatuh di tanggal 23 Agustus 2025, akan semakin banyak orang yang tercerahkan dan mau menggaungkan Al-Qur’an. Tahniah SSCQ Literasi, barakallahu fiikum. [Ni]
Baca juga:

0 Comments: