Jauhatsu, Kapitalisme, dan Kehidupan Tanpa Iman
Oleh. Safira
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Tahukah kalian bahwa beban hidup dan tekanan kerja di Jepang sangatlah tinggi? Hal ini membuat sebagian orang mengalami stres berat mencari alternatif untuk menghindari kondisi ekstrem, seperti bunuh diri. Salah satu fenomena yang muncul akibat tekanan sosial ini adalah jauhatsu, yaitu tindakan seseorang yang sengaja menghilang dan meninggalkan kehidupan yang telah mereka bangun sebelumnya (radarkediri.jawapos.com, 09/02/2025).
Dalam fenomena jauhatsu individu benar-benar mengganti identitas mereka dan memulai hidup baru di tempat lain, jauh dari lingkungan lama yang membebani mereka. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pelarian dari tekanan sosial yang sangat berat. Lebih mengejutkan lagi, praktik ini tidak dianggap ilegal oleh negara, sehingga banyak orang yang benar-benar memilih jalur ini sebagai solusi terakhir.
Fenomena ini mencerminkan bagaimana orientasi kapitalisme yang mengutamakan kebahagiaan dan kepuasan materi sebesar-besarnya dapat membawa dampak yang berbahaya. Ketika hidup hanya berpusat pada pencarian kesenangan tanpa mempertimbangkan aspek moral dan spiritual, manusia bisa tersesat dalam berbagai perilaku yang merugikan. Contohnya adalah perjudian, orang yang telah terjerumus dalam kebiasaan ini sering kali enggan berhenti, sampai akhirnya mengalami kebangkrutan dan terjebak dalam hutang besar. Alih-alih mengatasi stres, mereka justru makin tenggelam dalam beban hidup yang lebih berat.
Kehidupan tanpa iman memang penuh kesengsaraan, terlebih jika sistem negaranya justru mendukung pola hidup yang jauh dari nilai-nilai spiritual. Kapitalisme yang diterapkan tanpa batas sering kali membawa dampak buruk yang sangat luas. Allah telah berfirman dalam surah Adz-Dzariyat ayat 56 mengenai tujuan hidup yang benar, yaitu untuk mengabdi kepada-Nya. Dengan memahami tujuan hidup ini, manusia akan terikat dengan syariat Allah, sehingga ketika menghadapi ujian hidup mereka bisa bersabar dan mencari solusi yang benar.
Jika Islam diterapkan dalam masyarakat, maka masyarakat akan memahami nilai-nilai Islam dengan lebih baik dan menerapkan konsep amar ma’ruf nahi munkar sebagai bentuk kontrol sosial. Negara yang berlandaskan Islam akan memastikan bahwa rakyatnya memiliki pola pikir dan pola sikap yang kuat melalui sistem pendidikan berbasis Islam.
Inilah solusi yang sebenarnya, di mana kehidupan dijalani dengan keseimbangan antara kebahagiaan duniawi dan ketenangan spiritual, sehingga individu tidak akan mudah jatuh dalam tekanan hidup yang menghancurkan. [Hz]
Baca juga:

0 Comments: