Oleh. Ummu Arrosyidah
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Siapa yang tidak ingin mengunjungi Baitullah? Tentu, setiap muslim rindu untuk menginjakkan kakinya ke tanah Makkah sebagai tamu Allah. Kerinduan ini lahir karena banyaknya keutamaan jika kita menjadi tamu Allah. Di antara keutamaan ibadah haji adalah sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, “Jemaah haji dan umrah adalah tamu Allah. Allah memanggil mereka, lalu mereka memenuhi panggilan-Nya dan mereka meminta kepada-Nya, lalu Allah memberikan permintaan mereka.” (HR. Al-Bazzar).
Pada 2025, tercatat kurang lebih dua juta muslim menunaikan ibadah haji. Mereka datang dari seluruh penjuru dunia. Dari belahan dunia paling timur hingga barat. Dari yang berkulit putih hingga hitam legam. Kaum muslimin bersatu tanpa lagi memandang status sosial, ras, golongan maupun “hijab” kebangsaan. Sungguh pemandangan yang menakjubkan!
Persatuan umat dalam haji melukiskan indahnya ukhuah islamiah. Sayangnya, manisnya ukhuah islamiah muslim dari seluruh penjuru dunia dapat dirasakan setahun sekali saja. Selepas mereka meninggalkan tanah suci, jalinan itu seakan pudar kembali. Umat Islam kembali ke naungan bendera kebangsaan dan tak peduli dengan nasib saudara seiman di belahan penjuru dunia lainnya.
Salah satu bukti terhijabnya persatuan umat adalah genosida yang terus berlanjut di Gaza. Meski muslim Gaza berteriak dengan keras, tetapi negeri muslim di sekitarnya hanya diam seribu bahasa. Para penguasa mereka justru sibuk memperbaiki hubungan dengan Amerika yang mendukung penuh genosida di Gaza. Maka, tak berlebihan jika dalam sebuah video pendek, ada muslim Gaza yang menyebut para penguasa muslim tak ubahnya sebagai budak Trump.
Ukhuah yang tercerabut dari hati umat, sejatinya menunjukkan bahwa tubuh umat sedang tidak baik-baik saja. Permasalahan ini telah lama terjadi, yaitu sejak Barat memutilasi kekuasaan daulah Islam dan memberikan bendera yang berbeda-beda kepada mereka. Tak berhenti di situ, Barat juga menanamkan nasionalisme sehingga mengakar kuat di tengah-tengah umat.
Saat ini ajaran nasionalisme dianggap lebih sakral dari ukhuah islamiah dan persatuan umat yang diajarkan oleh Baginda Nabi sholallaahu ‘alaihi wasallam. Padahal bagindalah sebaik-baik suri teladan sebagaimana yang Allah sampaikan di dalam Al-Qur’an. Maka, menjadi kewajiban bagi kaum muslimin untuk berittiba’ kepada beliau, yaitu menjadikan ukhuah islamiah dan persatuan umat menembus sekat-sekat kebangsaan.
Ukhuah islamiah dan persatuan umat tidak akan terwujud kecuali ada institusi yang menaunginya. Institusi yang akan membentuk pemikiran, perasaan dan peraturan yang sama di tengah-tengah umat berdasarkan tuntunan Al Khalik. Institusi yang pernah tegak 13 abad lamanya dan membuktikan kesaktiannya dalam mewujudkan persatuan umat, yaitu daulah Islam.
Wallahualam bisawab. [My]
Baca juga:

0 Comments: