Duka Iduladha: Genosida Masih Berlangsung di Palestina
SSCQMedia.Com—Gema takbir berkumandang di seantero jagat raya. Umat Muslim berbahagia menyambut Iduladha. Namun, kebahagiaan ini tak dirasakan oleh saudara kita di Gaza. Tahun ini menjadi tahun keempat mereka menjalani hari raya di tengah blokade dan tekanan dari Israel. Di hari pertama saja, tercatat 33 warga Gaza meninggal akibat serangan Israel. Di hari kedua pun sedikitnya 17 warga Palestina meninggal di wilayah Selatan Gaza, terutama di Khan Younis dan Rafah. Tenda-tenda pengungsi menjadi sasaran penembakan yang mengakibatkan puluhan orang menderita luka-luka.
Sebelumnya, Israel juga melakukan penembakan kepada warga Palestina di sekitar tempat-tempat pusat bantuan kemanusiaan. Sejak 27 Mei 2025 tercatat 115 warga meninggal dan 580 warga luka-luka saat mereka berusaha mencari bantuan. (beritasatu.com, 7/6/2025).
Sungguh biadab. Israel yang berhati batu melakukan genosida kepada warga Palestina. Mereka tak melihat siapa yang menjadi sasaran senjatanya. Warga sipil dan para wanita, bahkan bayi-bayi yang masih merah yang tak berdosa pun menjadi target sasarannya. Bagi Zionis, Palestina tak boleh eksis. Tak boleh ada bayi-bayi Muslim yang terlahir di Palestina harus dibumihanguskan.
Zionis pun menjadikan kelaparan sebagai strategi keji untuk membunuh pelan-pelan generasi Palestina. Di hari raya, hari yang suci, Zionis tetap menumpahkan darah, merenggut kebahagiaan, serta menyelimuti bumi Palestina dengan duka hingga di luar batas kemanusiaan.
Mirisnya, negara-negara besar diam. Penguasa Muslim sibuk beretorika, tanpa bertindak nyata dengan mengirimkan pasukan tentara untuk menghentikan genosida. Mereka tidak tersentuh hati dan pikirannya, walau menyaksikan kekejaman yang luar biasa ini. Bukankah warga Palestina yang mempertahankan tanah, harta, keluarga, dan agama adalah bagian dari manusia, yang harusnya diberi pertolongan?
Bungkamnya pemimpin Muslim hari ini, menunjukkan hilangnya sifat dasar manusia. Hal ini terjadi karena di negeri-negeri Muslim menerapkan sistem kehidupan kapitalisme. Sistem hidup yang menempatkan nilai materi sebagai nilai tertinggi. Sekaligus rasa superior diikuti dengan kebencian atas manusia lainnya.
Padahal, sejak 14 abad yang lalu, Rasulullah berpesan agar kaum muslimin dapat menegakkan keadilan dan menjauhi sifat benci dan permusuhan. Sebaliknya harus menjaga keharmonisan, persaudaraan dan persatuan.
Menerapkan sistem hidup asing dari Barat seperti sekularisme dan nasionalisme, berdampak pada munculnya sifat ketidakadilan penguasa pada warga Palestina. Meski ulama dan umat sudah menyerukan jihad, tetapi hingga hari ini, tak ada satu negara pun yang menyambut seruan itu.
Jihad hanya mungkin terjadi saat sistem pemerintahan Islam dijadikan dasar dalam mengelola negara, tentu di bawah komando seorang khalifah. Oleh karenanya, umat harus tetap berjuang untuk menegakkan Islam kafah dan Khilafah.
Jihad dengan mengerahkan pasukan militer, hingga penjajah Israel dan anteknya terusir dari bumi Palestina, hanya mungkin terjadi kala khalifah kaum muslimin mengumandangkannya. Oleh sebab itu, umat harus membuang jauh cara hidup Barat yang menyesatkan.
Upaya menegakkan Khilafah, membutuhkan kepemimpinan jemaah dakwah ideologis yang konsisten menyerukan tegaknya institusi pemersatu umat. Jemaah dakwah yang terus istikamah menjelaskan pentingnya berislam kafah. Dengan sikap yang konsisten, umat akan menjawab seruan jemaah dakwah ini. Umat akan memberikan kepercayaannya dan berjuang bersama untuk menjemput nashrullah (pertolongan Allah).
Umat harus meyakini, bahwa Israel pasti dapat dikalahkan. Karena ini adalah janji Allah. Suatu saat dunia akan satu suara menolak genosida, mengutuk kebiadaban Israel, dan bersama-sama dengan jemaah Islam ideologis untuk menghancurkannya. Wallahu a'lam bi ash-showab. [US]
Baca juga:

0 Comments: