Headlines
Loading...
Sekularisme, Biang Kehancuran Keluarga

Sekularisme, Biang Kehancuran Keluarga

Oleh. Windry Lestari, ST
(Kontributor SSCQMedia.Com)


SSCQMedia.Com—Menjijikkan, mungkin itulah kata yang pantas disematkan atas keberadaan grup inses yang ada di platform media sosial Facebook yang sedang ramai dipersoalkan. Grup yang isinya sangat kotor dan menjijikkan itu secara terang-terangan memamerkan aktivitas seksual pada keluarga sendiri, bahkan kepada anaknya yang masih balita. Diketahui total pengikutnya mencapai 40 ribuan. Mereka menjadikan anak-anak sebagai objek fantasi seksual dan menormalisasi hubungan sedarah (inses) (mojok.co, 16/5/2025).

Entah sudah berapa lama grup itu ada, yang pasti keberadaannya menunjukkan betapa rendahnya derajat manusia saat ini. Ke mana hati dan akal pikiran mereka?

Keberadaan grup itu merupakan realita yang mengerikan. Realita yang menggambarkan hilangnya fungsi keluarga, hingga jatuh sampai pada taraf terendah. Kehidupan keluarga yang seharusnya dipenuhi cinta kasih dan pendidikan, sebagai manifestasi naluri berkasih sayang, berubah menjadi tempat pelampiasan nafsu berahi. Jika dari keluarga saja sudah salah kaprah dalam penyaluran rasa kasih sayang, lantas di mana lagi akan ditemukan rasa cinta kasih yang tulus?

Hancurnya Fungsi Keluarga

Fakta menjijikkan itu lahir akibat mindset sesat kehidupan saat ini yang memisahkan ad-diin dari kehidupan alias sekuler. Sekularisme melahirkan sistem kehidupan kapitalisme, yaitu sistem kehidupan yang hanya mengedepankan kepuasan materi semata termasuk kepuasan jasadiyah (fisik). Ditambah lagi derasnya rangsangan seksual dari berbagai media dan rapuhnya keimanan, menjadikan seseorang tak mampu menempatkan nalurinya secara benar. Fungsi religious terabaikan.

Pandangan orang-orang barat penganut ideologi kapitalis dan orang-orang timur penganut ideologi komunis terhadap hubungan pria dan wanita merupakan pandangan yang bersifat seksual semata, bukan pandangan dalam rangka melestarikan jenis manusia. Karena itu, mereka dengan sengaja menciptakan fakta-fakta yang terindera dengan pikiran-pikiran yang mengundang hasrat seksual di hadapan pria dan wanita dalam rangka membangkitkan naluri seksual untuk memperoleh kepuasan. Mereka menganggap tidak terpuaskannya naluri ini akan mengakibatkan bahaya pada manusia, baik bahaya fisik, psikis, maupun akalnya. Itulah sebabnya, dalam masyarakat kapitalisme banyak bermunculan konten-konten pembangkit syahwat baik dalam bentuk tulisan atau pun video. Aktivitas pemicu syahwat seperti ihktilat (campur baur) antara pria dan wanita tanpa ada hajat seperti di dalam rumah, tempat rekreasi, di jalan, di kolam renang, dan di tempat lainnya menjadi _lifestyle_. Padahal semua aktivitas ini menjadi penyebab terbentuknya pemikiran dan fantasi kotor serta merusak _ghorizah nau’_atau naluri melestarikan keturunan. Kondisi inilah yang menciptakan fakta-fakta menjijikkan. Keluarga yang seharusnya memberikan kasih sayang yang murni menjadi tempat pelampiasan hawa nafsu yang hina.

Paham sekulerisme ini pula yang menghilangkan berbagai fungsi keluarga. Fungsi protektif misalkan, jelas sudah tidak ada. Seharusnya keluarga menjadi tempat berlindung bagi anak, justru pelindung itu berubah menjadi predator yang menghancurkan hidupnya. Kasus inses ini tidak bisa lagi diselesaikan hanya dengan sekedar sanksi hukum, sanksi sosial, edukasi, seminar parenting dan sebagainya. Harus ada sanksi hukum yang tegas untuk menghentikan siklus bejat tersebut.

Penjagaan Islam

Allah Swt. sebagai pencipta manusia, memang telah memberikan gharizah nau’ pada manusia agar mereka memiliki rasa cinta kasih. Tujuannya agar manusia bisa melestarikan keturunannya. Allah Swt. berfirman:

وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةًۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

Di antara tanda-tanda (kebesaran-Nya) ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang.” (QS. Ar-Rum: 21)

Rasa ini dibutuhkan dalam sebuah hubungan, baik itu hubungan antara orang tua dengan anak, suami dan istri, saudara kandung, maupun kepada sesama manusia agar berjalan secara ma’ruf.

Dengan konsep yang benar maka hubungan kasih sayang kepada keluarga dibangun secara tepat sesuai perintah Allah Swt. Ayah dan ibu sayang kepada anaknya karena sang anak adalah amanah yang dititipkan Allah Swt. kepada mereka untuk dididik menjadi anak yang saleh/salihah. Sebaliknya, anak akan berbakti kepada orang tua dan saling menyayangi antar saudara kandung karena keimanan.

Kehidupan keluarga yang menjadikan Al-Qur'an sebagai standar beramal akan menghasilkan hubungan yang berkah lagi baik. Orang tua bertanggung jawab penuh terhadap proses pengasuhan dan pendidikan anak-anaknya. Mengasuh secara syariat, mendidik pun sesara syariat. Pandangan orang tua terhadap anak adalah pandangan penuh kasih sayang dan merupakan investasi dunia akhirat sebagai bekal menghadap Allah Swt. kelak. Tidak mungkin ada peristiwa inses karena orang tua memahami benar bahwa itu adalah dosa besar. Pihak keluarga dan masyarakat sama-sama memandang perbuatan itu sebagai perbuatan hina, tercela dan menjijikkan. Penting bagi orang tua untuk terus mempelajari ilmu agama, agar terjaga dari hal-hal yang diharamkan Allah Swt.

Namun, pandangan ini hanya akan bersifat personal jika tidak diterapkan dan dijaga oleh negara. Fungsi pelaksana dan penjaga, di dalam Islam merupakan syariat yang harus dimiliki oleh sebuah negara. Karena itu, syariat memerintahkan negara. Negara Islam akan memastikan sistem pergaulan berjalan sesuai syariat dari level masyarakat hingga individu. Konten-konten porno, mindset atau aktivitas yang mengarah pelampiasan syahwat dengan cara yang salah, menjadi tugas negara untuk menjamin ketiadaannya di tengah masyarakat. Selanjutnya negara akan memberlakukan sanksi yang tegas, jika masih terjadi. Ketegasan sanksi tersebut akan mencegah munculnya pelaku baru. Dengan begitu pandangan inses tidak menyebar, bahkan tidak muncul dan masyarakat hidup dalam kehidupan yang suci dan cinta yang murni.
Wallahualam. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: