Headlines
Loading...
Kota Bogor, Tepatkah Jadi Kota Sains Kreatif?

Kota Bogor, Tepatkah Jadi Kota Sains Kreatif?

‎Oleh. Resti Ummu Faeyza
‎(Kontributor SSCQMedia.Com)


SSCQMedia.Com—‎Modernisasi ekonomi kreatif seperti saat ini menjadi tantangan tersendiri bagi setiap kepala daerah untuk memberikan inovasi-inovasi baru yang dapat menjadi sumber pemasukan bagi daerahnya. Makin banyaknya usaha-usaha kecil menengah juga menjadi salah satu faktor yang bisa memicu lahirnya kreatifitas usaha dari masyarakat. Yang tentu saja diharapkan, bukan hanya untuk kepentingan setiap pelaku usaha, tetapi juga dapat menopang perekonomian daerahnya.

‎Tak terkecuali Kota Bogor. Walikota Bogor, Dedie Rachim, dalam pertemuannya dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya, di Kantor Kemenparekraf pada Kamis, 15 Mei 2025, membicarakan terkait arah pembangunan jangka panjang Kota Bogor yang tertuang dalam Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2025–2045. Kota Bogor menargetkan diri menjadi kota sains kreatif, maju, dan berkelanjutan. (iNewsBogor.id, 16/5/2025)

‎Bentuk-bentuk ekonomi kreatif yang akan diunggulkan oleh pemerintah Kota Bogor di antaranya yaitu sektor kerajinan tangan, kuliner, dan fashion. Kota Bogor sendiri sebenarnya sudah memantapkan diri untuk menjadi Kota Sains Kreatif dan tidak lagi mengedepankan sektor jasa sejak 2024 lalu. Tetapi hal ini terlihat tidak sesuai dengan potensi-potensi yang dimiliki oleh wilayah tersebut dan juga masyarakatnya.

‎Kota Bogor yang sejatinya merupakan salah satu wilayah yang asri dengan ciri khas keberadaan Kebun Raya Bogor di dalamnya, menjadi salah satu bentuk potensi di bidang pelestarian alam. Dengan curah hujan yang tinggi, Kota Bogor dapat dipastikan memiliki tanah yang subur. Belum lagi adanya perguruan tinggi yang fokus terhadap alam, pertanian, peternakan,juga perkebunan (Institut Pertanian Bogor). Ditambah dengan banyaknya balai-balai penelitian.

‎Dengan kondisi tersebut, seharusnya Kota Bogor dapat dijadikan sebagai salah satu rekomendasi pusat riset nasional. Sayangnya, saat ini potensi-potensi tersebut justru tenggelam dan tidak menjadi prioritas. Padahal hal itu bisa menjadi salah satu penopang perekonomian dan perkembangan ilmu pengetahuan. Bukan hanya untuk Kota Bogor, tetapi juga untuk kepentingan negara.

‎Saat ini, sistem kapitalisme yang hanya memperhatikan potensi wilayah dari sisi keuntungan semata, tidak lagi peduli dengan dampak-dampak yang muncul dari setiap usaha yang dijalankan oleh masyarakat. Kondisi wilayah yang cenderung berbasis pertanian, peternakan dan sebagainya kurang mendapat perhatian dan dukungan, disebabkan salah satunya bahwa bidang tersebut nampak tidak menghasilkan cuan yang besar dan cepat. Padahal, jika dibandingkan dengan usaha-usaha berbasis kuliner dan fashion, pengembangan di bidang pertanian dan sebagainya dapat memberikan timbal balik yang baik khususnya dalam hal kestabilan ekosistem dan dampak yang positif bagi alam dan tempat tinggal masyarakat.

‎Dari sini tampak bahwa seharusnya pemerintah dapat melihat lebih jauh apa saja sebenarnya potensi dari wilayah yang dipimpinnya dan apa saja dampak-dampak dari setiap usaha yang layak mendapatkan prioritas. Baik itu dampak kepada lingkungan, maupun kepada kehidupan masyarakat itu sendirian. Sebab, adanya program Kota Sains Kreatif ini tidak menjadi jaminan atas kesejahteraan setiap individu di wilayahnya.

‎Dalam Islam, setiap wilayah yang memiliki potensi khususnya yang dapat menopang perekonomian, akan dikelola oleh negara. Dan hasilnya akan didistribusikan untuk kepentingan seluruh wilayah tersebut. Di dalam Islam, ada yang dinamakan dengan kepemilikan umum. Seandainya sebuah kota dengan potensi yang dapat menjadikannya sebagai pusat riset nasional, maka negara akan mengambil alih pengelolaannya dan akan menjadikan setiap hasilnya untuk meriayah masyarakat dalam kota tersebut bahkan bisa jadi untuk menopang kebutuhan wilayah lainnya.

‎Inilah yang tidak ada dalam sistem ekonomi kapitalis. Potensi wilayah dalam sistem ekonomi kapitalis justru tidak jarang malah diberikan pengelolaannya kepada asing. Atau dikelola oleh pemerintah, namun hasilnya tidak berdampak pada kesejahteraan rakyat. Saking jahatnya, sistem ini hanya menginginkan keuntungan untuk golongan tertentu, tanpa mengutamakan hak rakyatnya.

‎Pada akhirnya, gagasan untuk menjadikan Kota Bogor sebagai Kota Sains Kreatif yang dimaksudkan untuk membantu perekonomian dirasa tidak tepat. Bahkan tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Semoga masyarakat dan para pemimpin daerah bisa menyadari bahwa kunci dari rapuhnya kondisi perekonomian ini bukan sekadar memerlukan kreatifitas pelaku usahanya, tetapi juga memerlukan solusi yang mendasar bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.  Wallahualam. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: