Headlines
Loading...
Rasa Berbeda di Hari yang Fitri

Rasa Berbeda di Hari yang Fitri

Oleh. Hanif Eka Meiana
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Bulan Ramadan adalah bulan yang selalu dinantikan oleh segenap umat muslim di dunia. Bulan yang terbuka banyak pintu kebaikan dan mengalir banyak pahala dalam setiap amal ibadah. Seperti yang pernah kita dengar dari ceramah atau kutipan hadis, bahwa amal itu tergantung akhirnya. Mendekati hari kemenangan banyak yang berebut ingin memperoleh kemuliaan. 

Itu pula yang terjadi padaku. Hari-hari terakhir Ramadan terasa begitu cepat dan kita tamak berebut pahala jariyah. Berharap akhir dari Ramadan kali ini akan mendatangkan kebahagiaan yang membuncah. Namun harapanku tidak semua dapat terpenuhi. 

Di hari nan fitri terbayang keceriaan sambut kemenangan, bermaaf-maafan, dan menjalin silah ukhuwah bersama kerabat, tetangga dan teman terdekat. Benar, bahagia itu aku rasakan saat dapat berkumpul dengan keluarga dan melaksanakan salat Idulfitri bersama. Terlebih lagi kami kedatangan tamu dari jauh, sepupu dan om yang tinggal di Pasuruan datang dan berlebaran bersama. 

Di saat yang sama ada kesedihan yang merasuk dalam relung hatiku. Lebaran tahun ini kami tidak berbarengan dengan pemerintah maupun ormas lainnya di Indonesia. Dengan mengikuti rukyat global, diketahui bahwa hilal sudah tampak di beberapa negara,  hal tersebut menandakan bahwa 1 Syawal jatuh pada hari Ahad, 30 Maret 2025. Sedang pemerintah Indonesia menetapkan 1 Syawal jatuh pada hari Senin, 31 Maret 2025.

Perbedaan ini menandakan belum adanya persatuan umat dalam hal penetapan 1 Syawal. Aku dan keluargaku pun merasa berbeda sendiri karena tetangga hampir semuanya mengikuti ketetapan dari pemerintah, sedang kami berlebaran terlebih dulu di hari Ahad mengikuti rukyat global. 

Saat tiba di lapangan Jelobo untuk melaksanakan salat Id, kami bertemu dengan teman-teman seperjuangan di Klaten. Bahagia bisa merasakan hari kemenangan dengan orang-orang yang berjuang untuk Islam. Namun saat khatib menyampaikan khutbah Idul fitrinya tak terasa air mataku mengalir tanpa mampu di bendung. 

Beliau menyampaikan soal Palestina, soal berbagai kerusakan yang terjadi di umat, juga karut-marutnya perpolitikan yang terjadi di Indonesia akibat tidak ditegakkannya hukum Allah. Di hari nan fitri itu menyisakan pedih dalam hati. Tak banyak yang bisa dilakukan selain berupaya maksimal dalam dakwah untuk menyadarkan kepada umat pentingnya junnah atau perisai yang akan mampu melindungi kaum muslim serta mensejahterakan umat secara keseluruhan. Juga dengan upaya pribadi sebagai hujjah (bukti) di hadapan Allah kelak. 

Saat kita mampu berhari raya dengan keluarga, kaum muslim di Palestina berduka dan berjuang sendiri mempertahankan akidah Islam. Marah dan kesal karena sikap pengecut para pemimpin negeri muslim yang hanya diam saat saudaranya dibantai. Sebagian masyarakat pun abai, mengadang dakwah dan masih saja mengkonsumsi produk-produk yang terafiliasi dengan Israel. 

Belum habis rasa sedihku, tiba-tiba aku mendapat chat dari seseorang. Beliau ingin curhat masalah keluarganya. Kuajaklah ia bertemu saat yang lain sedang menunaikan salat Id di hari Senin. Bersama mamaku, kami mendengarkan cerita beliau. Sesekali beliau menyeka air matanya dan merasakan kesedihan lantaran apa yang tengah beliau alami. 

Aku yang seringkali mendapatkan curhat dari beberapa temanku hanya mampu memberikan nasehat dan masukan yang bisa aku sampaikan. Selama ini jika ada yang punya masalah, aku hanya bisa memberi motivasi dan mendoakan yang terbaik untuknya. Belum mampu menyelesaikan persoalan hingga tuntas. Lagi-lagi kesedihan menjalari relung hatiku. 

Hal itu memang hal wajar bahwa sebagai seorang pengemban dakwah kita dituntut untuk siap ketika umat membutuhkan. Di samping itu juga perlu untuk bertanya kondisi umat, mendengarkan isi hatinya dan yang paling penting menawarkan solusi Islam. Jikapun belum dapat terpecahkan maka solusi terbaik adalah dengan menyampaikan nasehat, mengajaknya bersabar dan rida pada ketetapan Allah serta meminta pertolongan langsung kepada yang memberikan ujian yakni Allah Swt. 

Setelah kami selesai mendengar curhatan beliau, aku dan mamaku pun segera kembali ke rumah untuk bersiap menyambut tamu-tamu yang akan datang. Tak lama setelah itu aku mendapatkan kabar bahwa bapak mertua sakit dan dibawa ke IGD. Perasaan khawatir dan sedih kembali muncul. Saat menerima kedatangan tamu dari para tetangga, aku terus memantau kondisi bapak. 

Aku dan suami sebelumnya sudah berencana akan ke Jogja setelah mengikuti pertemuan trah (garis keturunan silsilah) dan di tanggal 4 April kami juga sudah membeli tiket travel untuk berangkat ke Semarang ke rumah mertua. Pihak keluargaku pun juga bertanya bagaimana kondisi bapak mertua. Info terakhir dari adik iparku menyampaikan jika Bapak sudah lebih baik dan bisa segera pulang. Namun di tengah acara trah, Ibu Mertua menyampaikan jika bapak kena batu ginjal dan esoknya akan segera dioperasi. 

Mendengar hal itu aku dan suami bertambah cemas dan memutuskan untuk segera ke Jogja dan menunda keberangkatan kami ke Semarang. Walaupun disayangkan akhirnya tiket kami hangus, tetapi kesehatan Bapak lebih penting. Alhamdulillah operasi berjalan lancar dan Bapak dapat pulih kembali. Terlihat di wajah beliau masih terlihat lemas dan agak kurusan. 

Kami menghabiskan waktu seminggu di Jogja. Menginap di penginapan dan fokus pada kesembuhan Bapak. Aku juga belum sempat bertemu dengan keluarga dari Mama karena kami masih di Jogja. Aku dan anak-anak menikmati waktu kami berkumpul bersama. Walau hanya sebentar namun cukup mengobati rindu pada Ibu dan Bapak Mertua. 

Yang aku rasakan adalah lebaran tahun ini berbeda sekali dengan tahun-tahun sebelumnya. Aku mendapat banyak pelajaran berharga dan hikmah yang dapat di petik dari kejadian diatas. Tentang kesabaran, keikhlasan, kesungguhan dalam dakwah, dan lainnya. Harapanku semoga Bapak, Ibu, Mama, dan Papa selalu sehat. Keluarga tetap rukun begitu pula dengan tetangga, lebih maksimal lagi dalam dakwah, umat segera sadar untuk kembali pada aturan Islam, para pemimpin negeri-negeri muslim tergerak hatinya untuk segera mengirimkan tentara membebaskan Palestina dan juga junnah atau perisai yang melindungi umat segera tegak. Aamiin Allahumma Aamiin. [ry].

Klaten, 30 April 2025

Baca juga:

0 Comments: