Headlines
Loading...
Normalisasi Kecurangan dalam Sistem Kapitalisme

Normalisasi Kecurangan dalam Sistem Kapitalisme

Oleh. Ni’mah Fadeli
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Kejujuran menjadi harga mahal di zaman sekarang. Tuntutan hidup untuk selalu terlihat sempurna menjadikan individu-individu tak lagi mengingat norma. Saling sikut dan saling sikat menjadi hal biasa. Segala cara dilakukan agar terlihat wah di mata manusia. Menjadi penjilat demi atasan senang, suap menyuap agar bisnis lancar, merekayasa laporan untuk tambahan pemasukan menjadi hal yang mudah sekali ditemui di kalangan individu dewasa. Budaya menyontek demi mendapat nilai tinggi dan masuk sekolah atau perguruan tinggi favorit juga merupakan hal yang biasa di kalangan pelajar dan mahasiswa. Bahkan budaya menyontek telah teroganisir dengan rapi dengan makin canggihnya teknologi.

Kecurangan pun terjadi pada Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) pada Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) 2025. Penyontek diduga memasang kamera yang tidak dapat dideteksi oleh metal detector. Kamera tersebut diletakkan di kancing baju, behel gigi, sabuk, hingga kuku (beritasatu.com, 25-04-2025).

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui Wawan Wardiana Deputi Bidang  Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat menemukan kasus menyontek sebanyak 78 persen di sekolah dan 98 persen di perguruan tinggi. Sementara untuk pengajar, terdapat plagiarisme sebanyak 4 persen pada guru dan 43 persen pada dosen (kompas.com, 24-04-2025).

Berlomba Mengejar Status

Kecurangan yang marak terjadi bukan terbentuk dalam sehari. Lingkungan yang menormalisasi kecurangan menjadikannya tumbuh subur tanpa bisa dibendung. Kehidupan yang mengagungkan materi menjadikan individu haus untuk mengejar status. Kapitalisme yang menjadi sistem kehidupan di masa sekarang telah berhasil menjadikan manusia fokus untuk mengejar materi.

Prinsip hidup sekularisme yang memisahkan agama dengan kehidupan menjadikan individu tak pernah benar-benar menjalankan ajaran agama. Kebebasan dalam liberalisme yang juga diusung sistem kapitalisme ini makin menambah serakah manusia dalam meraih kenikmatan dunia.

Tidak akan ada kata puas dalam mengejar materi. Kejujuran sudah lama ditanggalkan demi meraih impian dunia. Kecurangan demi kecurangan yang terjadi seakan bukanlah sebuah dosa. Kecurangan dengan segala bentuknya terjadi pada usia muda hingga usia tua. Naudzubillah min dzalik.

Islam Anti Kecurangan

Berbuat curang atau berdusta adalah sebuah dosa. Allah Swt. bahkan mengutuk mereka yang suka berdusta.


قُتِلَ الْخَـرّٰصُوْنَ 


"Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta." (QS. Az-Zariyat: 10)

Rasulullah saw. pun menegaskan betapa bahaya seseorang jika berlaku curang.

مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّي


Siapa saja menipu (berbuat curang) maka dia bukan dari golonganku.” (HR Muslim).

Demikian tinggi nilai kejujuran dalam Islam. Sistem Islam (Khilafah) pun menyematkan pentingnya kejujuran dalam pendidikan. Kejujuran diajarkan dalam keluarga dan masyarakat dengan fasilitas penuh dari Khilafah. Sejak dini anak dibekali dengan akidah yang benar, bahwa tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah kepada Sang Pencipta. Suatu saat, setiap individu akan dimintai pertanggungjawaban atas semua yang pernah diamanahkan Allah Swt. kepadanya.

Allah Maha Pengasih sehingga tidak pernah membiarkan manusia kebingungan dalam mengarungi kehidupan. Seperangkat aturan telah Allah siapkan untuk menjadi pedoman hidup dan manusia akan selamat jika menjalankannya.

Segala bentuk kecurangan, sekecil apa pun tak akan luput dari pengawasan Allah. Begitupun kebaikan, meski tersembunyi dari mata manusia akan mendapat balasan berlipat ganda dari-Nya. Pemahaman akidah yang benar terus dilakukan pemimpin negara (khalifah) dengan segala cara agar rakyatnya tidak melakukan dosa karena menyadari bahwa setiap rakyat adalah amanah.

Individu yang terbentuk dalam Khilafah tidak akan mengejar status demi terlihat wah di mata manusia. Pendidikan Islam yang benar akan menjadikan individu tumbuh dalam ketakwaan, mencintai dan senantiasa melakukan kebenaran, juga terbiasa patuh  menjalankan hukum syariah.

Jika ditemukan kecurangan, maka sanksi tegas akan diberlakukan sesuai jenis kesalahan dan akibat yang ditimbulkan. Sanksi bersifat tegas sehingga akan menimbulkan efek jera bagi individu lain yang akan melakukan kecurangan sama.

Khatimah

Khilafah tidak menormalisasi kecurangan dalam bentuk apa pun. Syariat Islam yang diberlakukan adalah untuk kebaikan dunia dan akhirat setiap rakyat. Kemajuan teknologi yang ada akan dimanfaatkan sebagai sarana meraih pahala bukan menambah dosa karena negara dan rakyat telah menyadari bahwa tujuan hidup manusia adalah meraih rida Allah Swt.

Wallahualam am bissawab. [An]

Baca juga:

0 Comments: