Masalah Palestina, Jangan Dipersempit dengan Isu Kemanusiaan
Oleh. Ummu Anjaly, S.K.M
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Genosida Israel di Gaza yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 50.000 warga Palestina. Presiden Prabowo merespon peristiwa tersebut dengan menyatakan bahwa siap untuk menampung sementara warga Palestina yang terdampak perang di Gaza. Tujuan dari sang presiden adalah untuk memberikan perawatan medis dan dukungan psikologis hingga kondisi di Gaza memungkinkan para pengungsi untuk kembali ke tanah air mereka.
Pada kesempatan yang sama, Prabowo menyatakan kesiapan Indonesia untuk mengirimkan pesawat guna menjemput para korban yang berjumlah sekitar 1000 orang dalam gelombang pertama evakuasi. Namun, rencana ini belum mencapai titik final. Indonesia masih berkonsultasi dengan pihak yang berwenang dari Palestina, Turki, Uni Emirat Arab, dan beberapa negara Timur Tengah lainnya. Menteri Luar Negeri, Sugiono, telah berkoordinasi dengan pemerintah Palestina tentang mekanisme evakuasi masyarakat Gaza. (E-paper.mediaindonesia.com, 25/4/2025)
Bukan Sekadar Isu Kemanusiaan
Keinginan pemerintah untuk memindahkan sementara warga Gaza ke Indonesia yang dikemas dalam misi kemanusiaan, sebenarnya menimbulkan kekhawatiran mendalam pada berbagai pihak. Mereka meyakini, persoalan Palestina bukan sekadar persoalan kemanusiaan. Bukan pula semata-mata bicara tentang mereka yang mengalami trauma atau anak-anak yang menjadi yatim piatu.
Masalah Palestina harus diteropong dari kacamata ideologis dan agama. Apalagi faktanya, penjajahan dan pendudukan Israel terhadap Palestina, telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Dengan melihat persoalan Palestina dari kacamata kemanusiaan, ini akan mengaburkan umat dari persoalan yang sebenarnya. Melakukan evakuasi, menampung warga muslim Gaza di tempat penampungan sementara, jelas akan menjauhkan umat dari solusi hakiki yang telah ditetapkan oleh syarak, yakni jihad fisabilillah untuk membebaskan negeri anbiya dari penjajahan.
Solusi kemanusiaan tidak akan mampu menyelesaikan akar persoalan, bahkan berpeluang memperlemah posisi umat Islam dunia untuk mengirimkan pasukan militernya ke Gaza. Solusi kemanusiaan seperti ini justru tampak membebek pada narasi dan kepentingan Barat. Amerika Serikat sebagai pendukung utama entitas Zionis akan makin jemawa. Nahasnya lagi, hal ini akan memuluskan langkah Amerika Serikat dalam menjalankan agenda geopolitiknya di Timur Tengah.
Solusi Ideologis
Jihad adalah jawaban atas genosida Israel atas Palestina. Kita tidak boleh membiarkan Zionis merebut tanah suci milik kaum muslimin. Kita harus melakukan upaya agar para penguasa negeri-negeri muslim berpaling dari solusi-solusi yang ditawarkan oleh Barat.
Sungguh, tidak akan ada keadilan sejati bagi warga Palestina selama kita masih mengabaikan akar persoalan dan solusi ideologis yang telah digariskan oleh syarak.
Persoalan Palestina adalah konflik antara dua negara atau bangsa. Berarti, harus pula dilawan oleh sebuah negara karena ini adalah masalah penjajahan atas tanah kaum muslimin, penistaan atas kesucian tanah para nabi, dan pendudukan atas wilayah Islam yang wajib dijaga dan dibela oleh seluruh umat.
Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an surah Al-Anfal ayat 39, bahwa sesungguhnya syarak telah mengisyaratkan jihad untuk menghapus fitnah yakni kekafiran dan penindasan terhadap Islam dan umatnya, serta menegakkan kedaulatan Islam secara paripurna.
Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam memerintahkan agar kita mengubah dengan tangan (ini bisa diartikan dengan kekuasaan) saat melihat kemungkaran. Apa yang dilakukan oleh Zionis Israel jelas-jelas sebuah kemungkaran dan kezaliman. Khilafah adalah satu-satunya institusi yang mampu untuk mengerahkan kekuatan militer umat Islam secara menyeluruh untuk membebaskan Palestina.
"Sesungguhnya imam atau khalifah itu adalah perisai di belakangnya orang-orang berperang dan dengannya mereka berlindung," demikian Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda.
Maka, jelaslah bahwa jihad harus diorganisasi dan dipimpin oleh seorang khalifah. Negeri-negeri muslim yang saat ini terpisah-pisah dalam berbagai negara bangsa, mereka yang dikungkung dengan paham nasionalisme, akan berhimpun kembali di bawah naungan Khilafah.
Orang-orang yang berhimpun dan berjuang bersama di dalam kelompok dakwah Islam ideologis, harus memahamkan umat tentang apa saja upaya Barat terutama Amerika Serikat dalam menjaga eksistensi entitas Zionis dan memastikan hegemoni mereka tetap kuat di Timur Tengah.
Sadarkan umat bahwa tidak ada solusi selain kembali kepada syariat Islam secara kafah di bawah naungan Khilafah. []
Baca juga:

0 Comments: