Oleh. VieDihardjo
(Alumnus Hubungan Internasional)
SSCQMedia.Com—Dosen Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Abdul Gaffar Karim, menyatakan bahwa Khilafah bukan ajaran Islam. Menurutnya, Khilafah adalah sistem pengelolaan pemerintahan sepeninggal Rasulullah. Sejak Abu Bakar r.a. hingga Ali bin Abi Thalib r.a. bergantian memimpin seumur hidupnya. Menurut Gaffar, “Cara memilihnya berbeda-beda, itu karena tidak ada rujukan definitif tentang praktik sistem pemerintahan dalam Islam, yang ada adalah rujukan moral (jatim.nu.or.id, 25/8/2020).
Pemikiran senada pernah diungkap oleh Prof.Nadirsyah Hosen, Dosen Ilmu Hukum di Monash University, Australia. Menurutnya, “Tidak ada istilah Khilafah dalam al-Qur’an. Tidak ada istilah Khalifatullah fil Ardh dalam al-Qur’an. Dan hanya dua kali al-Qur’an menggunakan istilah Khalifah, yang ditujukan untuk Nabi Adam dan Nabi Dawud” (jatim.nu.or.id, 25/8/2020).
Benarkah demikian?
Pengakuan Orientalis Barat Tentang Khilafah
Romantisisme adalah penggambaran fakta yang mengedepankan dan pembangunan citra secara dramatis seperti dalam mimpi (dream like). Sementara eksistensi Khilafah adalah sebuah fakta yang tidak terbantahkan selama 1300 tahun (13 abad), mengatur 2/3 wilayah dunia. Di bawah Kekhilafahan peradaban agung itu lahir dan diakui bahkan oleh dunia Barat.
Tak kurang pengakuan itu bahkan datang dari Presiden Barrack Obama yang menyatakan saat dia berpidato pada 5 Juli 2009, bahwa peradaban berutang besar pada Islam. Islamlah yang mengusung lentera ilmu selama berabad-abad dan membawa jalan kebangkitan kembali dan pencerahan di Eropa.
Will Durant, seorang orientalis Barat dalam bukunya, The Story of Civilization mengakui bahwa para Khalifah telah memberikan jaminan keamanan pada manusia hingga batas yang luar biasa. Mereka menyediakan peluang bagi siapapun yang memerlukan dan memberikan kesejahteraan selama berabab-abad dalam luasan wilayah yang belum bisa disamakan hingga oleh para pemimpin setelah masa mereka.
Durant juga mencatat bahwa berbagai ilmu, sastra, seni, filsafat tersebar luas, bahkan Asia Barat adalah bagian dunia yang paling maju selama lima abad. Agama Islam telah mampu mempersatukan berbagai wilayah dari Cina, Indonesia, India ,Indonesia (Nusantara) hingga Persia, Syam, Jazirah Arab, Mesir, Maroko, dan Spanyol. Islam menguasai hati, akhlak, membentuk kehidupan islami, membangun harapan, memberi kesejahteraan, hingga kemuliaan masyarakat hingga berabad-abad.
Dalam hal ekonomi, Khalifah Abdurrahman III mencatatkan penerimaan negara sebesar 12.045.000 dinar emas dari sektor pertanian, industri, dan perdagangan, dan tidak bersumber dari berbagai pajak.
Dalam hal penyediaan fasilitas kesehatan, Khalifah Nuruddin di Damaskus tahun 1160 M telah membangun rumah sakit Al Bimaristan yang bertahan selama 3 abad (300 tahun) yang memberikan pelayanan kesehatan dan menyediakan obat-obatan gratis.
Kehebatan Khilafah telah dicatat secara jujur oleh Will Durant dalam Story of Civilization.
Senada dengan Durant, W.E Hocking menyatakan bahwa Islam telah membawa apa pun yang tumbuh dan dapat dibanggakan oleh dunia Barat (The Spirit of World Politics).
Khilafah Membawa Berkah
Penerapan syariah Islam dalam institusi Khilafah adalah untuk mengurus kemaslahatan manusia di dunia dan di akhirat.
Selama 13 abad, Islam mengatur dunia. Keselamatan dan kemuliaan manusia mampu diwujudkan oleh Khilafah Islamiah. Secara fisik, agama, ilmu, dan rezeki bisa diperoleh dalam tingkatan maksimal. Bahkan kekhawatiran terjadinya kezaliman dapat dihindarkan.
Oleh karena itu, di tengah kekacauan hidup yang diciptakan oleh Kapitalisme Sekularisme, maka penerapan Islam kaffah dalam sistem pemerintahan Khilafah menjadi hal yang penting segera dilakukan.
Islam rahmatan lil ’alamiin, Islam sebagai rahmat bagi seluruh dunia menjadi niscaya karena syariat Islam diterapkan secara menyeluruh (kaffah) hingga kaum Nasrani Syam pada tahun 13 H menulis surat kepada Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah yang isinya: “Wahai kaum Muslim, kalian lebih kami cintai daripada Romawi, mereka seagama dengan kami. Kalian lebih menepati janji kepada kami, lebih lembut kepada kami dan tidak menzalimi kami. Kalian lebih baik dalam mengurusi kami. Romawi hanya ingin mendominasi segala urusan kami dan menguasai rumah-rumah kami.” (Al-Baladzuri, Futûh al-Buldân, 139 dalam Al Wa’ie 4/5/2018)
Masyhur bahwasanya masa pemerintahan Umar Bin Abdul Aziz dalam rentang yang cukup singkat, yaitu tahun 717-720 (2 tahun 9 bulan), mampu menghadirkan keadilan dan kesejahteraan yang luar biasa.
Beliau telah menerapkan Islam secara menyeluruh dalam semua aspek. Dalam ekonomi, beliau memberikan seluruh aset pribadi dan keluarganya pada Baitulmal, bahkan tidak mengambil harta fai yang menjadi haknya.
Umar Bin Abdul Aziz mendistribusi zakat untuk pengentasan kemiskinan dan mendorong pertumbuhan ekonomi global sehingga rakyat menjadi kaya dan makmur. Sampai-sampai, orang-orang yang ingin memberi zakat kesulitan menemukan orang-orang yang akan menerima zakat.
Kekayaaan Kekhilafahan tersebar luas dari Basrah, Irak hingga Afrika. Kesejahteraan dan keadilan benar-benar terjamin.
Khilafah bukan hanya romantisisme sejarah, ia adalah keniscayaan karena telah mampu mengatur 2/3 dunia dalam satu kepemimpinan selama 13 abad. Rahmat dan berkah akan terlimpah ketika Islam diterapkan secara kaffah. Oleh karena itu, mari mengganti sistem rusak Kapitalisme Sekularisme kepada sistem Khilafah ’ala min hajin nubuwwah.
Wallahu’alam bisshowab. []
Baca juga:

0 Comments: